Beranda / Romansa / Sang mantan / 3. Tamu tak diundang

Share

3. Tamu tak diundang

Penulis: Ade Tiwi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-26 22:08:52

"Inka!!!" teriakan suara seorang wanita paruh baya yang tengah membangunkan Inka dari tidur nyenyaknya dari luar pintu kamarnya.

Merasa heran melihat anak gadisnya itu yang tumben-tumbenan bangun kesiangan. Apa ia tidak masuk kerja ke pabrik? batin ibu Inka menduga-duga.

Wanita paruh baya itu membuka mulutnya ingin berteriak memanggil nama Inka, tapi seketika terbungkam saat melihat sang suami tercinta.

"Inka belum bangun?" tanya suaminya.

"Belum,"

"Apa dia libur bekerja." sang istri mengendikkan kedua bahunya tanda tak tahu.

"Sebaiknya mama bangunin lagi sih Inka." ibu Inka mengangguk seraya berjalan ke arah kamar putrinya.

Di buka pintu kamar Inka dan seketika kaget melihat isi dalam kamar anaknya yang seperti kapal pecah sehabis perang.

"Inka!!!" teriaknya nyaring ysng sudah tak bisa lagi menahan emosinya.

Inka yang tadinya tertidur pulas seketika tersentak bangun mendengar jeritan mamanya. Lantas dengan cepat Inka bangkit dari tidurnya dan menatap horor sang mama tercinta.

"Astaga Inka! Apa yang terjadi padamu? ckck." dengus mama Ina tak percaya melihat kondisi Inka saat ini.

Kedua mata yang sembab dan bengkak, belum lagi riasan make-up di wajah Inka yang morat-marit.

"Kau habis menangis?" Inka menggeleng.

"Jangan bohong!" ancam Ina merasa gelagat anaknya yang aneh.

Inka menganggukkan kepalanya pertanda jika ia tak berbohong. 

"Terus, kenapa keadaan kamu sama kamar ini sama. Sama-sama kacaunya, apa yang terjadi, huh?" 

Inka menelan ludahnya kuat, kenapa jadi begini? Seharusnya ia sudah membereskan segala ke-kacauan ini atau paling tidak mengunci pintu kamarnya, agar sang mama tak begitu mudahnya keluar masuk kamarnya.

"A--aku memang menangis ma," akui Inka jujur. "Aku menangis karena menonton drama favorit ku, ceritanya sedih banget ma." 

Nyatanya, di akhir kalimatnya Inka berbohong. Ia menambahkan suara dan mimik wajah sedih agar sang mama percaya.

"Banyak tingkah nonton drama segala. Yaudah, sekarang kamu mandi sana! Takutnya kesiangan datang ke pabrik." titah bu Ina yang langsung di jawab gelengan oleh Inka.

"Aku tidak bekerja lagi di situ ma."

"Apa?" kaget bu Ina mendengarkan ucapan putrinya.

"Ke--kenapa bisa? Kamu buat salah kah?"

"Sepertinya iya ma. Inka di pecat bekerja di pabrik." bohong Inka terpaksa, karena tidak mungkin kan, iya mengatakan yang sebenarnya mengenai Mohan pada keluarganya.

"Jadi, sekarang bagaimana?" tanya bu Ina lesu.

"Uhm, Inka akan cari pekerjaan lain ma." 

"Hhhh, ya sudahlah kalau begitu. Sekarang kamu mandi gih, bersihin tubuh kamu yang bau banget nih." titah bu Ina sekaligus pura-pura mengejek Inka yang bau.

Inka terkekeh sembari menuruti perintah sang mama, ia berjalan ke arah kamar mandi bersiap melakukan rutinitas pagi.

Bu Ina geleng-geleng kepala melihat kekakuan sang anak gadisnya, di usianya yang sudah 20'an tetapi sikap ke-kanakkannya masih ada, dan juga kebiasaan malas mandinya itu semakin menjadi.

Baru saja bu Ina melangkahkan kakinya sampai di meja makan, suara ketukan di pintu rumah terdengar nyaring. Kedua orang tua Inka mengernyit dalam bingung menatap pintu, siapa tamu yang datang ke rumah mereka sepagi ini?

Dengan langkah cepat serta penasaran pun bu Ina berjalan ingin membuka pintu.

Cklek...

Senyuman yang terbit di wajah cantik bu Ina, seketika lenyap saat melihat siapa sosok orang yang berdiri di hadapannya saat ini.

"Kau!!!" teriak bu Ina nyaring sambil menudingkan jari telunjuknya ke arah Mohan dengan wajah marah.

"Sa--saya__"

"Pergi dari sini!" usir bu Ina memotong ucapan Mohan..

"Izinkan saya bertemu dengan Inka bu." mohon Mohan pada bu Ina.

"Pergi!" lagi bu Ina mengusir Mohan.

Tepat saat Mohan ingin membuka suaranya, Bu Ina segera menutup pintu rumahnya.

BLAAAMMM.

Mohan menatap nanar pintu di depannya yang kini tertutup rapat oleh sang pemilik rumah, dan di banting begitu kuatnya.

"Siapa ma?" tanya suaminya penasaran, di tambah lagi raut wajahnya istrinya yang terlihat sangat kesal. Dan juga tadi mendengar suara teriakan istrinya kala membuka pintu.

"Hanya tamu yang tak di undang, dan tidak penting!" jawab bu Ina singkat dan cepat.

Tamu yang tak di undang? batin papa Inka menebak-nebak.

"Jangan ada yang membukakan pintu, biarkan saja orang itu." titah bu Ina sebelum berlalu dari hadapan suaminya.

"Mohan!!! kenapa pria itu kembali lagi ke-kehidupan anakku. Inka, Apakah anak itu sudah tahu tentang hal ini?" batin bu Ina bertanya-tanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sang mantan   50. Ekstra part

    "Ciyeee, selamat sayangku!" teriak Kanz naik ke atas pelaminan untuk menyalami sepasang pengantin.Kanz langsung mendekatkan wajahnya mencium pipi kanan dan kiri Inka, kemudian Kanz memeluk Inka sambil kepalanya mengarah ke arah Mohan dan memeletkan lidahnya.Mohan melotot pada Kanz yang tengah mengejeknya, meskipun begitu Mohan tetap membiarkan Kanz yang memeluk Inka karena Mohan sekarang tak merasa cemburu pada pria itu, bahkan saat Kanz memanggil Inka dengan sebutan sayang sekali pun. Mohan sudah menganggap Kanz sebagai teman baiknya, sebab pria itu yang selama ini telah membantu memperbaiki hubungannya dengan Inka yang sempat terpisah."Bagaimana perasaanmu Inka?" tanya Kanz setelah melepaskan pelukannya.Inka tersenyum tersipu, "luar biasa, sangat bahagia!" kata Inka nyaris menjerit bahagia.Kanz tersenyum dan beralih menatap Mohan, matanya menyipit memperhatikan Mohan dari bawah ke atas. "Hmm, kau tampan juga ternyata kalau di dan

  • Sang mantan   49. Pernikahan

    Hari yang dinanti akhirnya pun tiba, setelah menunggu beberapa hari yang waktunya terasa sangat lama berputar. Kini tiba saatnya Inka dan Mohan akan resmi menjadi suami istri setelah melewati hari ini.Semua orang tampak berbahagia menyambut suka cita hari pernikahan Mohan dan Inka. Tak terkecuali termasuk sepasang mempelai pengantin yang tampak menyambut antusias hari ini, raut keduanya pun tampak tegang kerena rasa gugup yang menjalari.Barusan Inka keluar dari ruangan rias khusus pengantin, Inka di dandani secantik mungkin dengan gaun pengantin yang sangat indah. Mohan benar-benar memberikan segala sesuatunya yang terbaik untuk hari pernikahannya yang kedua.Memang, ini pernikahan kedua bagi Mohan. Tetapi, pernikahan pertama yang dapat Mohan rasakan dengan perasaan bahagia yang membuat dadanya membuncah gembira.Inka keluar dengan di iringi iringan-iringan pengantin dan musik orkestra yang mengalun merdu yang mengiringi setiap langkah

  • Sang mantan   48. Menghitung hari

    Inka dan Mohan sama-sama sudah tidak sabar menunggu hari pernikahan mereka tiba. Tak perlu waktu lama bagi Mohan untuk mempersiapkan segala keperluan pernikahannya, kini tinggal menunggu seminggu lagi bagi mereka untuk melangsungkan pernikahan."Kau senang sayang?" tanya Mohan.Inka menggeleng, "aku bahkan sangat gugup menunggu hari itu tiba yang akan datang sebentar lagi. Huffftt!" desah Inka menenggelamkan wajahnya ke meja makan di rumah Mohan."Santai sayang, jangan merasa gugup." Mohan sebenarnya juga merasa tersiksa melihat Inka yang selalu merasa gugup apabila mengingat hari pernikahan mereka.Inka mengangkat kepalanya dari meja, "berapa tamu undangan yang akan hadir ke acara pesta pernikahan kita?" tanya Inka penasaran."Tak banyak, palingan banyak dari kalangan sesama pebisnis dan teman-temanku saja.""Hanya itu?" Mohan mengangguk."Kenapa?" tanya Mohan sembari merapikan anak rambut Inka.Inka mengigit bibir

  • Sang mantan   47. Rencana pernikahan

    "Sudahlah, mari kita mulai lupakan semua hal yang telah berlalu, melupakan semua hal yang menyakitkan. Dan mari kita mulai memikirkan masa depan, memikirkan hal baik yang akan kita lalui selanjutnya." kata Bu Ina tak ingin ada kesedihan lagi bagi keluarganya."Mulai pikirkan dari sekarang rencana pernikahan kalian." kata ayah Inka membuka suaranya yang tiba-tiba membahas soal pernikahan Inka dan Mohan."Pernikahan?" pekik Mohan dan Inka secara bersamaan.Ayah Inka mengangguk, "tentu kalian ingin hubungan ini sampai ke jenjang pernikahan, kan?" tanya ayah Inka.Inka dan Mohan kompak menganggukkan kepalanya lagi, "tentu ayah," Inka tersenyum bahagia."Makanya cepat mulai di pikirkan dari sekarang." kata ayah Inka lagi sebelum beranjak pergi dari situ."Benar apa kata ayahmu Inka, ibu setuju dan kalian mulailah memikirkan rencana pernikahan kalian." Bu Ina mengedipkan sebelah matanya menggoda dan ikut bangkit berdiri menyusul suaminya.I

  • Sang mantan   46. Restu

    Inka menggenggam tangan Mohan yang tampak sedikit gemataran karena gugup dengan malam ini. Sesuai dengan permintaan sang ibu yang menyuruhnya untuk mengundang Mohan agar datang malam ini ke rumahnya. Awalnya Mohan menolak dan syok mendengarnya, tapi Inka menjelaskan pada Mohan jika kedua orang tuanya sudah memaafkan dan merestui hubungan mereka.Meskipun begitu tapi tetap saja bagi Mohan rasanya sangat gugup dan canggung. Terlebih lagi beberapa waktu yang lalu kedua orang tua Inka menunjukkan sikap ketidak sukaan yang terkesan sangat membenci Mohan. Lalu dengan tiba-tibanya secara mendadak Inka mengabarkan kabar yang membahagiakan.Mohan tentu saja sangat bahagia, namun ia juga tak ingin jika kebahagiaannya itu hanya candaan dari orang tua Inka saja. Mohan tak ingin jika ini hanyalah sebuah mimpi yang indah.Kanz yang duduk di depan mereka berdua pun terkekeh melihat sikap gugup yang Mohan tunjukkan. Mohan bahkan sampai mendelikkan matanya agar Kanz berhen

  • Sang mantan   45. Sebuah keputusan (2)

    "Ibu!" pekik Inka senang begitu membuka pintu kamarnya dan melihat sang ibu yang tengah berdiri di ambang pintu.Bu Ina menatap putrinya dengan tatapan sendu, melangkah mendekati Inka dan memeluknya. Mendapat perlakuan yang manis seperti itu dari ibunya, Inka sempat tertegun untuk beberapa saat dengan mata mengerjap berulang kali.Benarkah ini nyata? Benarkah ternyata saat ini yang tengah memeluk Inka adalah ibunya.Ragu-ragu tangan Inka bergerak ingin membalas pelukan Bu Ina. Syok saat mendengar suara isakan sang ibu yang terdengar sangat pilu."Ibu, tidak apa-apa?" Inka memberanikan dirinya bertanya pada Bu Ina.Beliau tidak menjawab pertanyaan putrinya dan lebih memilih semakin mengeratkan pelukannya. Suara isakan tangis Bu Ina pun semakin kuat, Inka tentu sangat kalut dengan ibunya yang menangis.Melepaskan pelukan, Inka menangkup kedua pipi ibunya. "Ibu, ada apa?" tanya Inka panik dengan mata berkaca-kaca.Bu Ina memegang k

  • Sang mantan   44. Sebuah keputusan

    Kanz baru sampai rumah yang langsung di sambut kedua orang tuanya, pak Hans dan bu Seina mengernyit melihat putra mereka yang pulang lebih lama dari biasanya."Lembur?" sapa pak Hans bertanya alasan mengapa Kanz pulang lebih lama hari ini."Tidak pa, aku habis dari rumah Inka." jawab Kanz jujur.Bu Seina dan pak Hans saling pandang setelah mendengar jawaban Kanz, kompak menggelengkan kepala melihat sikap Kanz yang pasti akan lupa waktu jika bersama Inka.Kanz melihat gelagat aneh dari kedua orang tuanya, "jangan salah paham, ke rumah Inka karena ada sedikit masalah jadi aku berusaha membantunya.""Masalah?" pekik sepasang suami istri itu kompak. "Masalah seperti apa?""Hanya sebuah kesalah pahaman saja antara Inka dan orang tuanya." tukas Kanz melirik secara bergantian ke arah mana dan papanya yang menatapnya dengan tatapan penasaran."Aku tidak mungkin menjelaskan secara detail kepada mama dan papa, intinya ini juga berka

  • Sang mantan   43. Penyelesaian masalah

    Kanz melirik ke arah pintu utama rumah Inka yang terbuka sejak tadi, dimana berdiri ayah Inka yang hanya berdiam diri menyaksikan istri dan anaknya yang tengah bertengkar. Kanz tidak habis pikir dengan jalan pikiran ayah Inka, bukankah seharusnya pria itu melerai pertengkaran ini? Tapi, melihat keterdiaman ayah Inka Kanz sedikit berpikir jika kemungkinan saja ayah Inka termasuk suami takut istri."Ibu, tenangkan dirimu dulu, sebaiknya kita bicarakan ini secara baik-baik." bujuk Kanz sehati-hati mungkin."Diam kamu!" bentak ibu Inka. "Kenapa kamu masih disini juga? Bukankah saya sudah mengusirmu."Kanz kembali menelan air liurnya, sosok Bu ina malam ini benar-benar sangat tampak sangar dan mengerikan."Saya tidak akan pergi dari sini, saya tidak akan meninggalkan Inka menghadapi semua ini seorang diri. Bagaimana pun juga saya rasa ini hanya sebuah kesalah pahaman belaka Bu.""Berhenti memanggilku ibu!" seru Bu Ina marah mendengar K

  • Sang mantan   42. Kebongkar (2)

    "Kenapa diam saja?" tanya Kanz memperhatikan Inka yang sedari tadi hanya diam, bahkan saat sedang bersama Mohan pun Inka juga diam tak banyak bicara.Saat ini mereka berdua tengah di dalam mobil Kanz, seperti biasa Kanz menjemput Inka setiap pagi dan mengantarkan Inka pulang pada malam harinya."Entah kenapa perasaanku tak enak Kanz, aku merasa seperti sedang terjadi sesuatu hal yang buruk." ungkap Inka mengatakan hal yang meresahkan hatinya sejak dari tadi."Jadi, apakah karena itu kau hanya diam saja?" Inka mengangguk."Perasaan ku tak tenang Kanz." ungkap Inka lagi makin cemas.Kanz yang melihat kecemasan Inka pun ikut merasakan tak tenang, Kanz memberhentikan seraya menepikan mobilnya di pinggir jalan yang tak terlalu ramai."Jadi, bagaimana?" tanya Kanz menatap Inka."Entahlah, aku merasa takut ingin pulang ke rumah." lirih Inka yang juga menatap Inka dengan raut wajah memucat."Apa sebaiknya kau tidak usah pulang? B

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status