Share

3. Tamu tak diundang

"Inka!!!" teriakan suara seorang wanita paruh baya yang tengah membangunkan Inka dari tidur nyenyaknya dari luar pintu kamarnya.

Merasa heran melihat anak gadisnya itu yang tumben-tumbenan bangun kesiangan. Apa ia tidak masuk kerja ke pabrik? batin ibu Inka menduga-duga.

Wanita paruh baya itu membuka mulutnya ingin berteriak memanggil nama Inka, tapi seketika terbungkam saat melihat sang suami tercinta.

"Inka belum bangun?" tanya suaminya.

"Belum,"

"Apa dia libur bekerja." sang istri mengendikkan kedua bahunya tanda tak tahu.

"Sebaiknya mama bangunin lagi sih Inka." ibu Inka mengangguk seraya berjalan ke arah kamar putrinya.

Di buka pintu kamar Inka dan seketika kaget melihat isi dalam kamar anaknya yang seperti kapal pecah sehabis perang.

"Inka!!!" teriaknya nyaring ysng sudah tak bisa lagi menahan emosinya.

Inka yang tadinya tertidur pulas seketika tersentak bangun mendengar jeritan mamanya. Lantas dengan cepat Inka bangkit dari tidurnya dan menatap horor sang mama tercinta.

"Astaga Inka! Apa yang terjadi padamu? ckck." dengus mama Ina tak percaya melihat kondisi Inka saat ini.

Kedua mata yang sembab dan bengkak, belum lagi riasan make-up di wajah Inka yang morat-marit.

"Kau habis menangis?" Inka menggeleng.

"Jangan bohong!" ancam Ina merasa gelagat anaknya yang aneh.

Inka menganggukkan kepalanya pertanda jika ia tak berbohong. 

"Terus, kenapa keadaan kamu sama kamar ini sama. Sama-sama kacaunya, apa yang terjadi, huh?" 

Inka menelan ludahnya kuat, kenapa jadi begini? Seharusnya ia sudah membereskan segala ke-kacauan ini atau paling tidak mengunci pintu kamarnya, agar sang mama tak begitu mudahnya keluar masuk kamarnya.

"A--aku memang menangis ma," akui Inka jujur. "Aku menangis karena menonton drama favorit ku, ceritanya sedih banget ma." 

Nyatanya, di akhir kalimatnya Inka berbohong. Ia menambahkan suara dan mimik wajah sedih agar sang mama percaya.

"Banyak tingkah nonton drama segala. Yaudah, sekarang kamu mandi sana! Takutnya kesiangan datang ke pabrik." titah bu Ina yang langsung di jawab gelengan oleh Inka.

"Aku tidak bekerja lagi di situ ma."

"Apa?" kaget bu Ina mendengarkan ucapan putrinya.

"Ke--kenapa bisa? Kamu buat salah kah?"

"Sepertinya iya ma. Inka di pecat bekerja di pabrik." bohong Inka terpaksa, karena tidak mungkin kan, iya mengatakan yang sebenarnya mengenai Mohan pada keluarganya.

"Jadi, sekarang bagaimana?" tanya bu Ina lesu.

"Uhm, Inka akan cari pekerjaan lain ma." 

"Hhhh, ya sudahlah kalau begitu. Sekarang kamu mandi gih, bersihin tubuh kamu yang bau banget nih." titah bu Ina sekaligus pura-pura mengejek Inka yang bau.

Inka terkekeh sembari menuruti perintah sang mama, ia berjalan ke arah kamar mandi bersiap melakukan rutinitas pagi.

Bu Ina geleng-geleng kepala melihat kekakuan sang anak gadisnya, di usianya yang sudah 20'an tetapi sikap ke-kanakkannya masih ada, dan juga kebiasaan malas mandinya itu semakin menjadi.

Baru saja bu Ina melangkahkan kakinya sampai di meja makan, suara ketukan di pintu rumah terdengar nyaring. Kedua orang tua Inka mengernyit dalam bingung menatap pintu, siapa tamu yang datang ke rumah mereka sepagi ini?

Dengan langkah cepat serta penasaran pun bu Ina berjalan ingin membuka pintu.

Cklek...

Senyuman yang terbit di wajah cantik bu Ina, seketika lenyap saat melihat siapa sosok orang yang berdiri di hadapannya saat ini.

"Kau!!!" teriak bu Ina nyaring sambil menudingkan jari telunjuknya ke arah Mohan dengan wajah marah.

"Sa--saya__"

"Pergi dari sini!" usir bu Ina memotong ucapan Mohan..

"Izinkan saya bertemu dengan Inka bu." mohon Mohan pada bu Ina.

"Pergi!" lagi bu Ina mengusir Mohan.

Tepat saat Mohan ingin membuka suaranya, Bu Ina segera menutup pintu rumahnya.

BLAAAMMM.

Mohan menatap nanar pintu di depannya yang kini tertutup rapat oleh sang pemilik rumah, dan di banting begitu kuatnya.

"Siapa ma?" tanya suaminya penasaran, di tambah lagi raut wajahnya istrinya yang terlihat sangat kesal. Dan juga tadi mendengar suara teriakan istrinya kala membuka pintu.

"Hanya tamu yang tak di undang, dan tidak penting!" jawab bu Ina singkat dan cepat.

Tamu yang tak di undang? batin papa Inka menebak-nebak.

"Jangan ada yang membukakan pintu, biarkan saja orang itu." titah bu Ina sebelum berlalu dari hadapan suaminya.

"Mohan!!! kenapa pria itu kembali lagi ke-kehidupan anakku. Inka, Apakah anak itu sudah tahu tentang hal ini?" batin bu Ina bertanya-tanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status