Share

Bab 8

Intan menetap nyalang pria yang di depannya. tak menyangka dirinya akan bertemu lagi dengan pria ini. Pria yang menoreh luka sampai sekarang tak dapat ia sembuhkan.

 

“Apa yang kau lakukan disini?!” tanya intan tak senang. 

 

Pasalnya pria ini  pagi-pagi sudah berada didepan rumahnya.  Untung saja kakaknya sudah berangkat kerja, begitu pula dengan ibunya yang pergi kepasar. 

 

“Aku merindukan mu,” ucap ferdi sendu. 

 

Ferdi menatap Intan penuh kerinduan, ini pertama kali mereka bertemu setelah pesta pernikahan itu. Saat itu ia tak bisa bertemu dengan mantan kekasihnya ini dengan lama,  dan setelah lima bulan tak bertemu bertapa ia sangat merindukan sang pujaan hati. 

 

Tetapi melihat tatapan kebencian yang intan berikan membuat ia semakin sedih,  apa gadis ini sangat membencinya? 

 

“Rindu? Cih...,” Intan berdecak kesal. “Sayangnya aku tak sudi dirindukan orang seperti mu!”

 

Ferdi mendesah kasar. Ternyata Intan benar-benar sangat membencinya, ini akan semakin membuat ia sulit mendapatkan hati gadis ini lagi. 

 

Intan segera beranjak untuk pergi,  tapi Ferdi malah menarik tangan intan membuat gadis itu terpekik kaget. Tak hanya sampai disitu,  Ferdi tanpa memedulikan protes Intan, ia memeluk gadis itu dengan kuat. 

 

“Intan sayang ... Aku mohon jangan benci aku, kamu sangat mencintai mu.” Bisik Fardi lirih, membuat Intan meremang sesaat, saat nafas Ferdi menyentuh daun telinganya. 

 

“Dasar pria gila! Lepaskan aku!” teriak Intan marah. Berusaha melepaskan pelukan Ferdi, tapi pria itu malah semakin mengeratkan pelukannya. 

 

Intan semakin merasa malu saat beberapa orang-orang lewat didepan rumah mereka,  mereka pasti berpikir macam-macam. 

 

“Ferdi! Lepaskan!”

 

Pada usaha terakhir Intan berhasil melepas pelukan Ferdi,  dengan marah ia langsung menampar Ferdi. 

 

“Bajingan! Beraninya kau menyentuh ku.”

 

Intan berlari menjauh, ia takut Ferdi akan semakin berbuat nekat padanya.  Saat melewati ibu-ibu tetangganya, intan tertunduk malu. Tapi untung saja mereka semua tak ada yang bertanya membuat intan bernafas lega. Dengan cepat Intan masuk dalam taksi,  melihat Ferdi yang masih berusaha mengajarnya membuat ia merasa sedikit takut. 

 

Taksi melaju meninggalkan pekarangan rumah Intan dengan ditemani teriakan Ferdi yang masih memanggil namanya. Intan Merasa sedikit sedih melihat cowok yang pernah ia cintai, tapi mau bagaimana lagi,  dirinya tak ingin nanti dibilang pelakor lagi. 

 

 

******

 

 

Intan melangkah dengan memasuki perkantoran tempat ia bekerja, ia sedikit memburu langkahnya karena ia sudah terlambat lima menit. Ini semua karena ulah Ferdi yang mencegatnya tadi, membuat pagi harinya yang indah berubah menjadi kacau. 

 

“Pagi semuanya,” sapa intan seperti pagi biasanya. 

 

“pagi juga ... Kamu kok terlambat?”

 

“Ada sedikit masalah di jalan, makanya telat, mbak.” Jawab intan. 

 

“Tadi kamu ditanya sama mbak Lisa,”

 

“loh... Kenapa mbak?  Apa karena aku terlambat?” Intan merasa cemas,  ia takut dirinya kembali dipecat dari pekerjaan.

 

“Gak tau,  coba aja dulu temui ke ruangannya.”

 

 

.....

 

Saat keluar dari ruangan atasannya,  wajah intan ditekuk.  Pagi ini dirinya benar-benar sial,  sudah bertemu mantan dan sekarang malah dimarahi karena telat datang. 

 

Dirinya hanya pegawai baru, jadi wajar jika sang atasan memarahinya. Untung saja dia tak dipecat, jika iya habis sudah masa depannya. 

 

“bagaimana?” tanya mbak Lilis.

 

“Gak apa-apa kok, mbak. Cuma dimarahi dikit,”

 

Wanita yang bernama Lilis itu menepuk pelan bahu Intan, “Gak apa-apa, namanya juga karyawan baru.  Dulu awal mbak bekerja juga seperti itu kok, malah lebih parah lagi.” 

 

“benarkah?”

 

“Iya, waktu itu kepala divisi ini cowok, mana galak lagi.  Mbak bahkan sampai nangis waktu itu,” cerita mbak Lilis membuat  Intan merasa bersyukur,  setidaknya tadi Bu lisa hanya mengingat dirinya agak tak terlambat lagi.

 

“Alhamdullilah ya mbak, sekarang atasan kita lebih baik.  Untung saja dia sudah pergi, jadi mbak Gak perlu lagi bertemu dengan dia. “

 

Mbak Lilis tertawa melihat  wajah Intan yang sangat bersyukur, “dikantor memang gak bertemu, tapi di rumah mah mana bisa mbak hindari.”

 

Intan merasa bingung, kenapa wanita ini bilang di rumah mereka selalu bertemu, “memangnya sekarang mbak tetangga sama dia?”

 

Tawa Lilis benar-benar pecah saat mendengar pertanyaan Intan. Tapi sebelum sempat  ia menjelaskan  pria yang di samping intan menjawab dengan geli. 

 

“Bukan tetangga, tapi pria itu menjadi suaminya sekarang.”

 

Intan terbelalak kaget. “Serius mbak?” Lilis mengangguk mengiyakan.  “kok kayak novel ya mbak? Setelah benci jadi cinta, seperti novel yang sering aku baca.”

 

Lagi-lagi mereka yang ada di ruangan itu tertawa mendengar ucapan Intan.  Tapi saat mendengar seseorang  berdeham, membuat mereka semua diam dan kembali sibuk bekerja. 

 

Intan yang masih merasa penasaran, membuat ia menerka-nerka bagaimana kisah cinta Lilis ini sehingga mereka sampai menikah. 

 

Sekarang ia ingat dengan  Zaki,  pria yang pernah ditemunya.  Apa mungkin nanti mereka juga berjodoh? Memikirkan itu membuat intan senyum-senyum sendiri.

 

 

******”

 

 

Intan mengunjungi kafe yang tak terlalu jauh dari rumahnya. Dimalam minggu ini ia tak tahu harus kemana,  tak punya kekasih,  teman pun tak ada.  Jadi ia memutuskan melepas penat sesaat di tempat ini. 

 

Intan mengeluarkan ponselnya, memilih sibuk dengan benda pipih itu dari pada melihat pasangan kekasih yang bermesraan di dalam kafe itu. Tapi saat ia merasakan kehadiran seseorang yang duduk didepanya membuat ia mendongak. 

 

“Sendiri, lagi?”

 

Intan hampir saja berteriak, untung saja dia dengan cepat bisa menguasai diri.  Dia bukan kaget dengan kehadiran seseorang didepanya,  tapi ia kaget saat tahu siapa yang sedang duduk manis didepanya. 

 

“Kamu?” masih tak percaya apa yang dilihatnya. 

 

Zaki tersenyum manis melihat gadis didepanya benar-benar syok, ternyata kejutannya berhasil. 

 

“Lama tak bertemu  ... Aku harap pertemuan kali ini akan bertahan lama,” ucap Zaki membuat Intan semakin syok. 

 

“Kamu ... Kenapa ada disini?” Entah kenapa suaranya terdengar gugup,  membuat pria didepanyaq ini mengulum senyum. 

 

“Tentu saja untuk bertemu dengan calon istriku. Kamu lupa sekarang malam minggu?”

 

Intan membuang nafas kasar,  ia kesal bercampur malu saat Zaki mengatakan dirinya calon istri. Ingin rasanya ia pergi dari sini tapi ia juga tak tega mengabaikan  pria yang beberapa hari ini selalu ia pikirkan. 

 

“Kau bicara apa? Berhenti berkata dan.” Banten Intan. 

 

Zaki tak peduli dengan sikap Intan yang terkesan cuek, padahal saat pertama kali bertemu gadis itu yang lebih dulu menggodanya. Gadis ini bahkan berteriak histeris seperti orang gila dipinggir jalan. Mengapa Zaki memberi nama gadis ini, gadis patah hati. 

 

“Kenapa kamu bilang aku berbicara? kamu yang lebih dulu memintaku untuk meminangmu?” 

 

biru...

 

Wajah Intan memerah, ia merasa malu saat Zaki mengingatkan kejadian itu. “Maaf, saat itu aku hanya ingin bercanda,” ucap intan pelan. 

 

“Tapi aku menganggap itu sebagai permintaan ... Jadi dengan baik hati aku akan permintaanmu.” Zaki menggoda Intan, membuat gadis itu tak lagi berkutik. Tapi apa yang diucapkannya itu tidak bohong, dirinya memang benar-benar ingin memiliki gadis manis ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status