Share

Bab 7

Penulis: Ara putri
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-01 10:06:08

Sakit hati rasanya saat cinta tak dapat dimiliki, Karena itu Lebih baik melupakan dari pada mengenang masa lalu. Sudah lima bulan berlalu semenjak ditinggalkan Ferdi, dan lambat Iaun ia mulai merasa terbiasa. Meskipun belum hilang tapi dengan waktu yang ia lewati cukup untuk memudarkan luka yang ia rasakan.

 

Selama lima bulan ini ia merasa hidupnya kembali merasa normal,  meskipun ada beberapa teman lamanya yang selalu ingin tahu dengan hubungan mereka yang kandas.  Tapi intan selalu menghindari mereka, agar ia tak perlu lagi membahas hal yang sama.

 

Intan melangkah Pelan menuju Kantor tempat ia bekerja baru-baru ini. Sudah dua minggu ia bekerja disana dan ia sangat bersyukur mendapat teman-teman yang baik membuat Ia mudah merasa nyaman.

 

“Assalamualaikum, dan selamat pagi semuanya,” ucap Intan menyapa rekan kerjanya.

 

“Waalaikum salam.  Duh, bahagia kali nampaknya anak gadis ini.” Intan terkekeh geli mendapat godaan dari  teman satu ruangnya.

 

“Iya dong kak, pagi-pagi itu harus dimulai dengan bahagia, agar kerja semakin semangat.” balas Intan diangguki teman-teman yang lain.

 

Inilah yang disukai Intan,  mendapatkan teman yang baik dan suka bercanda, membuat ia merasa lebih mudah untuk melewati hari-harinya.

 

Setelah sedikit berbasa basi,  mereka semua kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sampai  matahari ingin terbenam, barulah mereka akan berhenti dan kembali berpisah untuk bertemu esok hari lagi.

 

Inilah yang disukai Intan,  dengan pekerjaan yang begitu banyak meyita perhatiannya, membuat ia lebih baik.  Dengan begini dirinya lebih bayak menghabiskan waktu dengan bekerja bukan menghayati rasa sakit hatinya. Sejenak ia bisa melupakan, walaupun pada akhirnya ia tetap sama.

 

*****

 

Memberikan hati pada sosok yang disebut kekasih, adalah hal paling bodor yang dilakukan seseorang. Dan sekarang Intan menyadari itu memang benar, dan sekarang ia merasakan penyesalan  yang teramat sangat.

 

Intan melangkah di rak-rak yang berisi berbagai  makanan ringan.  Sepulang dari kerja dirinya memilih singgah dulu untuk mencari keperluannya. Dirinya yang terlalu sibuk dengan belanjaannya, gadis itu tak menyadari jika dua wanita mendekati dirinya.

 

“Halo, nona Intan!” Intan tersentak kaget mendengar panggilan seseorang.

 

Ia tertegun melihat keberadaan Nabila bersama Bella, istri baru Ferdi.  Intan ingin meninggalkan mereka,  tapi saat merasakan tangganya dicetak seseorang ia terpaksa berhenti.

 

“Ada perlu apa dengan ku?!” tanya intan tak senang. Tapi dua wanita itu malah tersenyum sinis.

 

“jadi dia, perempuan yang ingin merebut suami aku?” tanya Bella menunjuk intan tak sopan.

 

Nabila mengangguk mengiyakan, “pelakor yang dibilang tante Farah ... Dia mantan karyawan ku di restoran.”

 

Intan melotot mendengar sebutan Nabila untuknya, “siapa yang kalian sebut pelakor?” tanya Intan marah.

 

“Siapa lagi! Apa kau tidak bisa mencari pria lain? Dia itu sudah menjadi mantanmu, tapi kau masih saja keganjenan sama suamiku!”

 

Hati Intan mencelos mendengar tuduhan keji itu, apalagi beberapa orang sudah mulai menatap dirinya sinis, membuat ia merasa malu.

 

“jaga mulutmu Bel! Aku tidak punya hubungan apapun lagi dengan Ferdi!” bentak intan tak terima.

 

“kamu pikir aku percaya? Bahkan suami ku sendiri yang bilang ingin kembali padamu! Jika bukan kamu yang goda mana mungkin dia berkata seperti itu!”

 

Intan mengeleng tak percaya, bagaimana mungkin mereka bisa berpikir dirinya akan merebut berarti Ferdi kembali iya bahkan sudah sangat benci pada pria penghianat itu.

 

Tak ingin melanjutkan pertengkaran ini lagi,  intan memilih pergi dari mereka berdua. Bukan dia tak ingin membalas ucapan Bela, Ia hanya tahu orang-orang takkan percaya ya dengan ucapannya.

 

Hatinya kembali merasa perih, dengan cepat ia menyelesaikan belanjanya setelah itu ia langsung meninggalkan supermarket.

 

****

 

Tubuh Intan merosot ke lantai, ucapan Bella Tadi sore masih terngiang di ingatan Gadis itu. hatinya telah kau sakit saat luka lama itu kembali mereka goreskan. Padahal Ia sudah meninggalkan Masa lalu itu Tapi entah mengapa Ibu Ferdi Semakin menjadi mengusik kehidupan nya.

 

“Ya Allah kenapa Rasanya begitu menyakitkan saat mereka merendahkan Harga Diriku, Padahal mereka tahu akulah pihak  terluka Disini.” Ia terisak sendiri. Intan merasa tak rela saat mereka mempermalukan dirinya didepan umum,  tapi untuk membalas ia sendiri tak tahu caranya.

 

Setelah puas menangis, iya menghembus nafas lelah berulang kali titik malam ini kembali ia menangis karena pria yang sama, sekarang Iya semakin merasa menyesal bertemu dengan Ferdi, jika pada akhirnya hanya meninggalkan luka.

 

Suara ponsel bergetar tanda pesan masuk mengalihkan perhatian Garis patah hati itu dari lonteng kamarnya kuma ia segera mengambil ponselnya diatas maka.

 

Satu pesan masuk dari nomor baru di w******p-nya. Intan mengernyit heran ia merasa tak mengenal nomor baru ini.

 

“Asalamualaikim” bunyi pesan yang tertulis.

 

Intan semakin heran, siapa kira-kira yang mengirimnya pesan malam-malam seperti ini. Apalagi nomor itu tak memiliki foto sampul, membuat ia semakin ragu untuk membalasnya. Tapi pada akhirnya ia tetap membalas pesan misterius itu, ia takut jika itu urusan penting dari kantor.

 

“Siapa?” balas Intan.

 

Tak butuh waktu lama pesan baru muncul lagi, “ kau melupakanku? Aku orang yang kamu pilih menjadi calon suamimu.”

 

Intan hampir saja melempar hp-nya, iya terlalu Kaget mendapat pesan balasan dari nomorMisterius itu. Intan  mengigit bibirnya merasa gugup dengan balasan orang di seberang yang mengaku sebagai calon suaminya.

 

Intan berpikir apa mungkin ini Zaki, Pria yang ditemuinya di bawah pohon besar itu itu. Memikirkannya entah mengapa membuat ia begidik ngeri. Iya berpikir, Bagaimana jika pria yang Ia goda kemarin menganggap serius dengan ucapannya? Padahal saat itu Ia hanya ingin bercanda saja.

 

“Tak mungkin! Pria setampan dia mana mungkin menyukaiku,” gumam Intan, ia masih bolak balik melihat pesan misterius, apa mungkin seseorang sedang mengerjainya?

 

Tapi saat ia ingin  mengembalikan ponselnya di atas nakas, benda pipih itu kembali bergetar,  membuat intan berdecak kesal.

 

“ jangan mengacuhkan pesanku ... atau aku akan melamarmu malam ini juga!”

 

Intan terbelalak kaget, pesan ancaman pria misterius ini membuat Iya ketakutan, dirinya seolah mendapatkan mimpi buruk, benar-benar mengerikan!

 

“Berhenti mengirim pesan omong kosong, atau saya akan memblokir nomor anda!”

 

Setelah beberapa menit menunggu orang itu tak membalas pesannya lagi. Intan bernafas dekat rumah setelah meletakkan ponselnya ia kembali bersiap untuk istirahat.  Untuk hari ini cukup drama hidupnya, dan sekarang ia harus menyiapkan energi untuk bertahan hari esok.

 

Dalam diam ia kembali berpikir,  siapa kira-kira yang mencoba mengganggunya?

 

Jika benar orang misterius itu pria yang pernah ditemunya di bawah pohon itu, tamat lah riwayat hidupnya.  Tapi intan tak yakin,  lagi pula dari mana Zaki mengetahui nomor ponselnya?  Ia yakin ini pasti seseorang yang kurang kerjaan ingin mengganggunya.

 

Tak ingin menerka-nerka lagi, akhirnya gadis itu jatuh tertidur. menikmati alam mimpi lebih indah dibandingkan dengan dunia real, dengan beginilah ia benar-benar bisa melupakan kejamnya kehidupan.

 

*******

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sang pemilik Hati   Kisah akhir kita

    “Akhirnya, hubungan mereka menjadi sangat baik,” gumam Naila. Naila turut merasa senang melihat kebahagiaan kakak dan kakak iparnya. Meskipun pada akhirnya ia sendiri mendapatkan luka ini, tapi ia tetap saja merasa bahagia. Dengan mereka yang berhasil menyingkirkan Najwa, akhirnya keluarga baru kakaknya bisa kembali damai dan menjalani hidup dengan normal kembali.“Kamu kenapa senyum-senyum?” Tanya Bima yang muncul dari belakang Naila.“Lagi bahagia lihat mereka ... Serasi bangat kan?”Bima menganggukkan kepalanya. Ia juga merasa bahagia melihat adik perempuan satu-satunya itu bahagia. Tapi ia hanya sedikit merasa heran, tidakkah gadis ini merasa sedikit marah pada Intan?“Apa sekarang kamu membenci adikku?”Naila menarik perhatiannya dari dua sejoli itu, kembali ia menatap heran Bima.“Maksud mas Bima bagaimana?”Bima mengangkat bahunya, “barang kali aja ... Kan adikku sudah membuat mu sakit seperti sekarang ini. Jika kamu marah pun itu hal yang wajar,” Naila tersenyum mendengar pe

  • Sang pemilik Hati   masih ingin berpisah?

    Hah?Intan mengernyit tak mengerti. “Penjara? Kenapa sepenjara?” Intan semakin kesal. Suaminya pasti mencoba mengalihkan pembicaraan. “Karena sekarang mas sudah memenjarakan Najwa. Demi kamu Dan demi keluarga kita. Dia tidak akan mengganggu kita lagi.” ucap Zaki meyakinkan.Intan terkejut tak percaya. Tidak mungkin, tidak mungkin seorang Zaki akan memenjarakan sepupu kesayangannya itu kan? Intan menolak untuk percaya dengan itu.“Kamu pasti berbohong. Gak mungkin kamu tega, mas.” Intan menggeleng tak percaya.“Kalau kamu gak percaya, ayo kita ke kantor polisi sekarang.” Zaki sungguh-sungguh mengatakannya, “sudah seperti ini, tapi kamu masih tidak mempercayai suamimu?” Antara percaya dan tak percaya. Sekarang intan jadi takut, apa benar gadis itu dipenjara karenanya? Jika ia sekarang musuhnya akan bertambah banyak. Intan tak senang, meskipun gadis itu sudah banyak melakukan hal buruk padanya, tapi entah kenapa ia merasa kasian. “Aku ... Aku,” tak tahu lagi. Sekarang intan merasa bin

  • Sang pemilik Hati   Naila lumpuh

    “Bunda ... Bagaimana keadaan Naila?” Intan baru saja kembali lagi ke rumah sakit setelah ia sempat pulang untuk beristirahat sebentar. Itu mertuanya yang suruh, jika tidak mungkin dirinya tak akan beranjak sedikit pun dari buangan Naila.Tika menarik nafas panjang, dengan suara bergetar ia berkata “Naila sudah sadar, nak. Tapi ...,”“Tapi kenapa?” “Kata dokter ... Untuk sementara waktu mungkin Naila gak bisa jalan, Tan.” Tangis yang ia coba tahan akhirnya pecah juga. Melihat anaknya terbaring lemah tak berdaya hati ibu mana yang tidak terluka. Dirinya tidak ingin ini semua terjadi, tapi ia juga tak bisa menyalahkan siapapun atas takdir ini.Intan segera berlari memeluk tubuh yang terguncang hebat itu. Ia tak tega melihat ibu mertuanya menangis seperti ini. Seharusnya dirinya yang ditabrak dan terluka, mungkin tidak akan membuat orang-orang akan merasa sedih seperti sekarang ini.“Bun, maaf. Jangan menangis lagi. Ini semua salah Intan, semua gak akan jadi begini jika saj...,” Tika la

  • Sang pemilik Hati   Pembalasan untuk Najwa

    Lima belas menit berlalu, Zaki menunggu seseorang dengan tak sabaran. Tak lama Najwa muncul dari balik pintu depan tangan terikat dan dijaga oleh dua orang bodyguard berbadan kekar. Bukanya merasa bersalah, Najwa malah tersenyum senang melihat Zaki yang ada didepannya.Zaki memerintahkan anak buahnya untuk segera melepaskan ikatan tangan gadis itu agar bisa berbicara leluasa.“Masih berani tersenyum?” Zaki mengaku takjub dengan keberanian gadis ini. Entah berani atau sudah gila, Zaki sendiri tak tau apa yang dialami sepupunya ini.“Tentu saja. Sepertinya aku berhasil membuat mu tertarik untuk menemui ku,” ucap Najwa penuh percaya diri.Zaki tak percaya apa yang didengarnya. Kenapa gadis masih begitu tenang? Tapi ia yakin dibalik keterangan yang dia sembunyikan ada rasa cemas yang menghantui.“Baiklah. Setelah ini dipastikan kamu tidak akan berani untuk tertawa, bahkan bibir mu tak aku biarkan sedikit pun tersenyum! Bagaimana?!”Kali ini Najwa langsung kehilangan senyumnya. Ia menatap

  • Sang pemilik Hati   Kecelakaan 2

    Suara tabrakan membuat semua orang yang melihatnya terkejut. Intan menyentuh lutut dan kepalanya yang terasa sakit karena terbentur di jalan aspal. Saat ia mencoba bangkit dan menoleh ke belakang, ia sungguh terkejut dengan apa yang ia lihat. Wajah wanita itu berubah menjadi pucat pasi melihat Naila terbaring di tengah aspal sana dengan berlumuran darah.“Naila!” Ia berteriak keras. Intan segera berdiri dan berlari ke tubuh Naila yang sudah mengeluarkan darah cukup banyak. “Ya Tuhan ... Kenapa jadi begini,” Intan menangis sambil memangku tubuh Naila. Melihat orang-orang yang hanya sibuk menonton dan tak ada niat untuk membantu, Intan berteriak keras meminta pertolongan.“Pak, tolong adik saya. Tolong bawa ke rumah sakit.” Intan memohon pada orang-orang yang melihat kecelakaan itu. Mereka segera menghubungi ambulance, dan setelah itu ia tak ingat apapun karena ia hanya sibuk memperhatikan adik iparnya itu.Setelah ambulance datang tubuh Naila segera di angkat masuk, Intan ikut menema

  • Sang pemilik Hati   Kecelakaan

    Intan mengungkapkan kepergian suaminya ke kantor ini disertai sedikit pengalaman. Sekali lagi pria itu tak ingin mengantarnya untuk memeriksa di rumah sakit, meskipun begitu berharap untuk ditemani suaminya. Sudah dua minggu berlalu, tapi Zaki masih bersiap-siap dingin pada Intan. Seperti pria itu sangat marah sekarang. Dan lagi, Intan tahu jika suaminya telah mendengar setiap kutipannya pada Ferdi kemarin itu. Pantas saja suaminya sangat marah. “Kak,” Intan terkejut melihat sang adik ipar yang sudah masuk ke dalam kamarnya, dengan cepat menguapkan sisa air matanya. “iya… Kenapa Nai?” “Kakak habis nangis ya?” “Gak kok… Oh ya, kenapa cari kakak?”Naila terlihat bingung untuk mengatakannya, “itu ... Kakak Intan mau ke rumah sakit ya? Hari ini jadwal kakak periksakan?” “Iya”, Intan masih membukanya dengan Zaki, jadi ia tak pernah mendengar inspirasi dari Naila. “Aku aja ya kak, nemenin ke rumah sakit?” Intan tersenyum, lalu mengangguk lemah. “Gak usah Nai, kakak bisa sendiri kok.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status