Share

Bab 4 Hari yang Buruk

Kayla mengiakan perkataan lelaki yang bahkan ia tak tahu namanya. Semua tampak terburu-buru dan panik. Rumini telah menghilang di balik pintu dan Kayla memutuskan pulang setelah lelaki di depannya bolak-balik menatap sang oma. Dia tampak sangat mengkhawatirkan Rumini.

Sebelum meninggalkan rumah super luas itu, sekali lagi Kayla menatap patung kuda dikelilingi air mancur di halaman. Kemegahannya sangat kontras dengan Rumini yang bila tak memakai pakaian dengan bahan berkelas, tampak seperti gelandangan di tengah hujan. 

Hari yang aneh. Tak jauh berbeda dengan hidupnya yang juga aneh.

***

"Mau ke mana?" tanya Bryan dengan raut wajah heran melihat Kayla telah mengenakan dress berwarna biru muda yang melekat sempurna membalut tubuh indahnya.

Pertengkaran kemarin masih menyisakan bias-bias kemarahan di wajah Kayla. Wanita itu tak berbicara sepatah kata pun sejak tadi malam. Namun seperti biasa, Bryan bersikap seakan tak terjadi apapun sebelumnya. Begitu gampang dirinya menganggap apa yang dimuntahkan mulut dan dilakukan tangannya, tak berarti apa-apa bagi orang lain.

Kayla tak menjawab pertanyaan Bryan, ia melewati sang suami yang terus memandanginya dengan tatapan penuh selidik. 

Wanita itu  sangat cantik dengan rambut indahnya menjuntai hingga ke pinggang. Gelombang pada rambutnya mengingatkan pada putri peserta kontes kecantikan. 

Kayla Diannova, di mata orang yang mengenalnya dia adalah wanita sempurna. Dikaruniai tubuh ideal yang diidamkan banyak wanita, ia menyilaukan mata siapa pun yang memandangnya.  

"Acara ulang tahun teman," jawabnya singkat. Kayla pasti masih marah akan sikapnya kemarin. Ah, biarkan saja, siapa suruh menggunakan uang tanpa sepengetahuannya, Bryan membatin. 

"Siapa?" cecar Bryan, cemburu tak dapat ditepisnya. Istrinya sangat menarik, siapa saja yang bertemu dengannya pasti akan terpesona. Bagaimana kalau Kayla bertemu seorang lelaki yang akan menyukainya di acara ulang tahun itu? Pemikiran itu membuat Bryan semakin penasaran siapa yang berulang tahun dan mengundang Kayla tanpa melibatkannya. 

"Teman," jawab Kayla lagi, singkat. Wanita itu merapikan make up yang sudah rapi, mengibas rambut panjangnya, bolak balik depan kaca membuat Bryan semakin panas hati. 

"Iya, siapa? Mas tahu semua temanmu. Siapa yang ulang tahun, tumben mau berangkat sendiri?" 

"Teman baru. Yang diundang Kayla sendiri, nggak enak dong datang berdua," tegas Kayla. Ia seperti tak ingin dibantah lagi.

"Anak-anak?"

"Ini acara orang tua. Anak-anak tak akan suka." Dengan heels berwarna senada Kayla berjalan, meninggalkan derap sepatu pada lantai dan Bryan yang terlihat bodoh  menatap punggung Kayla menjauh.

Wanita itu semakin membuat Bryan khawatir. Semakin  diintimidasi, semakin dia tampak tak tersentuh. 

Jangan sampai dia mandiri, bisa bahaya. Bisa kehilangan kepatuhan dan kesetiaannya, batin Bryan. 

***

Kayla turun dari mobil disambut security yang langsung mempersilakannya memasuki rumah megah itu. Ia tak menyadari sang suami mengikuti sejak keluar rumah. Bryan menjaga jarak mobil sambil mencoba mengingat-ingat, siapa teman istrinya yang tinggal di sini. 

Bryan melajukan mobil ke posisi terjauh, agar bisa kabur secepatnya bila Kayla melihat kedatangannya.

"Saya bersama bu Kayla," ujar Bryan saat security menghentikan mobilnya. Mereka membiarkannya masuk dan Bryan segera membaur dengan para tamu.

Dengan dada dibakar api cemburu, mata Bryan tak henti memindai keberadaan Kayla. Wanita itu berjalan anggun menuju dua orang yang tampak berdiri menyalami para tamu.

"Pa, Lori di sini aja." Seorang wanita berdiri di sebelah Bryan. 

"Kamu ke sana, Lori. Dekatin Rumini," perintah lelaki yang dipanggilnya 'papa'.

"Lagi banyak orang. Nanti saja."

"Kau harus lebih agresif, Lori. Jangan sampai posisimu tergantikan sama wanita itu," ujar lelaki paruh baya itu seraya menunjuk ke arah Kayla.

Ooo, jadi wanita tua itu namanya Rumini. Lalu, apa maksudnya posisi tergantikan? Bryan semakin menajamkan pendengarannya. Namun ayah dan anak itu telah sibuk dengan hidangan.

Acara ulang tahun khas orang berada, prasmanan tampak tertata rapi di bagian samping taman. Sebagian tamu ada yang di dalam rumah, sebagian berdiri atau duduk di kursi taman. Beberapa pejabat dan artis terkenal hadir di antara mereka. Terlihat Kayla disambut hangat oleh seorang wanita tua dan lelaki tampan seusia Kayla. 

"Sial! Siapa yang ulang tahun?" gerutu Bryan. Ia terus memperhatikan sosok Kayla dari jauh, di antara para tamu yang mondar-mandir.

Wanita di samping lelaki itu memeluk erat Kayla bagai dua orang yang telah lama tak bertemu. Usia mereka terpaut jauh membuat Bryan tak henti bertanya, siapa dia. Dan lelaki tampan di sampingnya tampak lebih tertarik berbicara dengan Kayla daripada tamu lain. Gestur tubuhnya seperti remaja ketemu gebetannya.

Berkali-kali Bryan mengucek mata, berharap penglihatannya salah, setiap kali pula ia membenarkan kenyataan. 

Kayla dan lelaki itu berbincang hangat sementara Bryan menggigil menahan marah. 

"Aku harus tenang, jangan sampai membuat keributan di tengah orang-orang berpakaian mewah ini. Nggak lucu!"

Berjalan menunduk, agar tak ada yang menyadari keberadaannya. Bryan sangat yakin diantara mereka pasti ada yang mengenalinya. Sebagai salah seorang public figure, wajah diri kerap ada di layar kaca dan media cetak yang memberitakan setiap aktivitasnya. 

Sabar. Jangan rusak nama besar hanya karena cemburu.

Cemburu? Baru kali ini  Bryan merasa cemburu. Bagaimana tidak, selama ini Kayla tampak biasa saja layaknya istri manis penurut suami, tapi malam ini dia seperti bintang di langit yang tak terjangkau tangannya. Tak pernah melihat wajah Kayla berseri seperti malam ini. 

Bryan berharap ini tidak nyata. Ini tidak mungkin. 

Namun lelaki muda itu malah berdiri semakin dekat dengan Kayla. Sial benar, apa Kayla tidak bilang kalau dia punya  empat buntut di rumah! Ah tapi siapa juga yang percaya bila tak melihatnya langsung. 

Kayla bagai wanita usia dua puluh lima tahun dan raut wajahnya terlihat sangat bahagia. 

Apa? Dia tertawa lepas sementara lelaki itu tak berkedip menatapnya! Apa yang mereka bicarakan? Panas di dada seperti dibakar. Bryan berdiri gelisah dan mengambil segelas minuman yang diedarkan pelayan. Menghabiskannya dalam sekali tegukan.

Ia harus pergi dari tempat ini sebelum vas bunga di pojok ia lemparkan ke arah lelaki yang gantengnya setara artis Hollywood yang digilai para wanita.

Bryan menggaruk kepala yang tak gatal seraya menendang batu yang berserakan di taman.  Ini malam sangat buruk, belum pernah hatinya merasa seburuk ini.

"Beruntung sekali Kenan. Rumini sangat menyayanginya." Bryan menghentikan langkah, saat terdengar dua orang tamu sedang berbicara tidak jauh dari tempatnya berdiri. Siapa lagi yang dibicarakan tamu itu, Kenan siapanya Rumini? Jangan-jangan?

"Dengar-dengar, Rumini mewariskan rumah ini dan beberapa perusahaan ke tangan Kenan." Lagi tentang mereka dan kekayaan. Bryan memasang telinga agar bisa mendengar setiap kata, bila ini kelak ada hubungannya dengan pemilik rumah ini dan Kayla, setidaknya ia telah mempersiapkan diri.

"Kayla, kau milikku dan selamanya akan berada di bawah kekuasaanku," geram Bryan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status