Home / Romansa / Sangkar Kupu-kupu / bab10,part4:PERFECT

Share

bab10,part4:PERFECT

last update Last Updated: 2021-09-10 12:33:37

“waaahhh Yangti keren ih…ngajarin nyanyi begitu, berarti kan harus menjaga kualitas suaranya kan ya?” tanya Jenar

“oh iya itu harus dek…makanya Yangti selalu makan kencur, untuk menjernihkan suara, Latihan pernapasan, minumnya air putih, terus selalu olahraga juga.”

“ keren iiihhh…”balas Jenar

Yangti kalau menurut kakak kakak dan adik adik Bapak, beliau adalah seorang penyanyi pada masanya, dia juga sempat sekolah music, maka tak heran jika bakatnya itu menurun ke anak anak laki lakinya dan menurun juga ke kami, anak anak Bapak.

Bagi bapak, semua anak anaknya harus bisa dan mahir dalam memainkan alat music, serta melek akan not balok. Tidak boleh tidak. Lalu bagaimana dengan bakat menariku, apakah itu juga berasal dari bakat keluarga yang menurun?

Tidak…, bakata menariku ini di karenakan saat itu, Bapak melihat sepupunya sedari kecil sudah belajar balet, serta tarian tradisional yang lain. Oleh karena itu Bapak, terobsesi kelak jika ia memiliki anak perempuan, maka anak perempuan nya harus seperti sepupu nya.

Sejak itu lah, saat tahu Ibu hamil anak perempuan, Bapak sudah bisa membayangkan akan seperti apa kelak aku ini. Aku yang harus bisa menari tarian Bale, tarian tradisional, pandai bermain music, pandai menyanyi dan tak lupa juga harus pandai di sekolah.

Tidak ada yang salah memang dengan obsesinya Bapak yang mengharuskan aku untuk menuruti kemauannya itu. aku bisa menerima itu. hanya saja yang tak bisa kuterima adalah obsesi dari Ibu.

Ibu dari dulu memang selalu mensupport apa yang dikatakan oleh Bapak, tapi di balik itu semua, ada Hasrat terpendam dari dulu. Alasann mengapa Ibu selalu menginginkan aku menjadi Bintang, adalah karena saat Ibu seusia ku, kehidupannya sangat terbatas. Keterbatasan ekonomi lah yang membuatnya tidak bisa melakukan apapun yang dia suka.

Menurut saudara saudara Ibu, Ibu terbilanng sangat pandai, dan berbakat, bahkan dia adalah bintang di kelas, satu Ketika Ibu ingin sekali mengikuti kejuaraan menari tradisional. Namun, karena keterbatasan ekonomi keluarga Ibu, maka Ibu tidak bisa mengikuti kejuaraan apapun.

Terobsesinya impian Bapak dan Ibu di curahkan seluruhnya kepadaku, alhasil mereka selalu menginginkan aku bisa tampil terbaik dari yang terbaik. Namun, tidak sama halnya dengan kakak dan adik ku yang laki laki.

Mas Rama dan Balarama, hanya di minta untuk bisa melek akan not, bisa bermain music. Apalagi kalau dari Ibu. Terlihat sekali perbedaannya. Ibu bahkan membebaskan mereka untuk mengejar impian mereka. Ya Walaupun juga harus tetap sesuai dengan kemauan Bapak.

Jika kakak ku Mas Rama mendapat nilai ulangan dengan hasil yang tidak memuaskan, maka Ibu tidak memarahinya. Ibu merasa memang sampai di situ saja kemampuannya dalam menerima pelajaran.

Selain itu, jika Mas Rama dan adikku Balaram, pergi bermain dengan teman temannya, Ibu tidak akan mencarinya bahkan tidak menyuruhnya untuk segera pulang. Tak hanya itu, Ibu juga tidak cerewet dan ikut campur dalam pertemanan Mas Rama dan Balaram

Tidak seperti aku, Ibu sangat cerewet sekali jika ada yang ingin berteman denganku. Ibu selalu berpikiran negative kepada teman teman yang ingin dekat denganku. Hanya Maya dan Indah saja sahabat yang ku punya dan tahan dengan segala perilaku dan sudah mengenal dekat dengan keluargaku.

Ibu melarangku untuk bergaul seperti layaknya anak SMA pada umumnya. Pergi jalan jalan sesuka hati dengan teman teman, pergi berlibur dengan mereka ke pulau lain. Yang ada aku selalu di ingatkan Ibu akan tanggung jawab yang harus aku emban, yakni menjadi bintang, dan selalu mengharumkan nama kedua orang tua ku.

Kata Ibu itu tidaklah terlalu penting, selain itu terlalu banyak bergaul jug nanti akan mengakibatkan menjadi tidak focus pada cita cita yang sebenarnya adalah cita cita Bapak dan Ibu.

Esok paginya di hari minggu seperti biasa, aku focus untuk mengerjakan seluruh tugas tugas sekolah. Ku kerjakan tugas nya mulai dari yang paling sulit dahulu yakni matematika, lalu akuntansi. Kedua mata plajaran tersebut sangat membutuhkan konsentrasi penuh.

“belajar apa Nduk?” tanya Yangti kepadaku

“ ini lagi kerjain tugas Eyang…”jawabku

“tugas opo iku?”

“ kalo yang ini lagi kerjain tugas mathematic.”

“susah yoo nduk?”

“ya lumayan deh ini agak susah, bagian Trigonometri gitu.”

“ooohhh ngono..”

“Yangti jadi pulang dulu ambil baju?”

“ hooh…tapi mbh iki Mas mu wes tangi urung yooo ( tap nggak tau juga ini, Mas kamu sudah bangun atau belom ya) ? Yangti boleh minta tolong ngga nduk?”

“apa Yangti?”

“coba tolong liatin ke kamar Mas mu, tanyain aja, mau anterin Yangti jam berapa?”

“ooohh iya sebentar dulu ya Yangti, menyelesaikan satu soal ini.”

“oh iya… Yangti tak nonton Tv dulu di sini boleh?”

“iya boleh…”

Selesai mengerjakan soal yang ke lima dari 15 soal Trigonometeri, aku beranjak pergi menuju kamar Mas Rama.

“ Mas….Mas….”teriakku dari luar kamar Mas rama

“mmmm apaan?” jawab Mas Rama

“buka dulu kenapa pintunya.”

“Krekkk….” Bunyi puntu kamar Mas Rama pun terbuka. Terlihat penampilan Mas Rama baru bangun dari tidurnya, rambut masih acak acakan, terlihat bekas iler dimana mana, dan juga mata masih ada kotorannya.

“baru bangun lo ya mas?” tanyaku

“ hooh…”

“eh itu lo di tanyain tuh sama Yangti, kapan mau anterin Yangti pergi?”

“emang sekarang jam berapa?”

aku melirik waktu di jam dinding kamar Mas Rama….

“jam 8 pagi…emang lo tadi pas bangun nggak liat sekarang jam berapa?”

“nggak..gw kan baru bangun banget.”

“mmmm dasar.. begadang lagi lo ya?”

“ heheheheh….”

“terus lo rencana mau ke rumah temen lo jam berapa?”

“ nanti gw liat dulu…jadi pada ke sana apa ngga?”

“ya terus kalau pada nggak jadi gitu misalnya, lo nggak jadi temenin Yangti?”

“mmmm gimana yaa?”

“ ih jahat banget sih lo, gitu banget nggak mau temenin Yangti nya, lagian juga lo udah ngomong sama Yangti mau anterin ke sana.”

“iya iyaaaaaa…..bawel lo…”

“yaudah sana gidah …lo mandi terus tanyain dulu sama temen temen lo.”

“iya iya…”

Mas Rama berbalik masuk ke kamarnya dan mengambil ponselnya. Ia tak sadar, kalau aku masih saja berdiri di depan kamarnya menunggu kabar dari teman temannya.

“lo kok masih berdiri di situ?”

“ya nungguin kabar dari temen temen lo lha gimana.”

“belom balesss B’tari.”

“yaudah daripada kelamaan nunggu terus lo nya nanti pasti balik tidur lagi, kenapa lo nggak mandi dulu aja, terus udah gitu lo sarapan dulu.”

“kok lo bawel banget sih kayak Ibu.”

“biariiiinnn…dariapda waktunya terbuang percuma, kan kalo lo jadi tinggal berangkat terus udah gitu lo drop Yangti, abis itu kalo nggak jadi juga tinggal berangkat sama Yangti juga lo temenin dia.”

“iya iyaaa…nih gw ambil handuk terus mandi…”ujar Mas Rama

Ku tunggu Mas Rama sampai ia benar benar masuk kamar mandi. Ku lihat ia sudah masuk ke kamar mandi, dan kemudian aku Kembali ke kamarku. Di dalam kamar, ku lihat Yangti sudah dalam posisi duduk dan tertidur dengan pulas. Ku kecilkan volume Tv, dan kemudian aku melanjutkan Kembali mengerjakan tugas sekolah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sangkar Kupu-kupu   persaingan sengit

    Kami semua menuruti perintah Miss Belinda yakni duduk melingkar.“Anak-anak, Mr.james sudah melihat performa kalian, dan sekarang saatnya penilaian. Dan penilaian itu sendiri biar Mr.James yang mengatakan pada kalian, untuk waktu dan tempat saya persilahkan,”ucap Miss Belinda mempersilakan Mr.James untuk menilai kami“Hallo ladies, saya sudah melihat performa kalian, dan menurut saya kalian sempurna, dan artinya juga, kalian berhak untuk mengikuti kompetisi pada winter next year dan pertunjukkan biasa. Golden ticket akan saya berikan, untuk kalian semua,” ucap Mr.James“Tunggu sebentar, apakah maksud Mr.James, kami semua lolos?”tanya JasmineMr.James mengambil golden ticket untuk kami semua yang ia simpan di dalam tas ranselnya.“Ticket ini aku berikan kepada kalian semua, jadi tolong di simpan baik-baik, di jaga jangan sampai hilang!” perintah Mr.JamesMasing-masing dari kami mendapatkan golden ticket dar

  • Sangkar Kupu-kupu   bab 27, part 19 : PERFECT

    “Iya pasti, saya akan giat berlatih, apapun akan saya lakukan agar saya bisa tampil di Prancis Mr.James.”“Apapun?” tanya Mr.James dengan muka tersenyum licik.“Apapun Mr.James, karena saya benar-benar ingin ke luar negri dan tampil di sana,” ucap Miranda“Hmm … ya nanti akan saya kabari, sekarang kamu boleh berganti pakaian dan kamu bisa pulang sekarang!” perintah Mr.James“Ok Miranda, kamu mungkin saat ini berlatih, kamu tunggu di sini ya, sambil menunggu saya, coba kamu berlatih sendiri Swan lake, saya akan kembali!”perintah Miss Belinda.Miss Belinda dan Mr.James keluar ruang studio nutracker menuju ruang studio black. “Hallo anak-anak,” sapa Miss Belinda“Hallo Miss,”jawab kami semua.“Oke, kali ini saya mau memperkenalkan kepada kalian, Mr.James, beliau inilah juri yang akan menilai apakah kalian layak untuk bisa performance di luar negeri a

  • Sangkar Kupu-kupu   bab 26, part 18 : PERFECT

    Aku tak menggubris perkataan Miranda, karena memang aku tak merasa, di samping itu aku juga enggan mencari masalah terhadap teman-temanku. “Harusnya yang memenangkan lomba itu tuh gue, bukan lo. Apasih hebatnya lo? Atau jangan-jangan lo ada kenalan orang dalam terus lo berbuat curang gitu deh, yakan ngaku aja!” hujat MirandaAku masih saja diam tak bergeming mendengar ocehan Miranda“Asal lo tahu aja ya anak miskin, gw itu udah kursus di tempat yang paling mahal dan ternama punya. Udah pasti bergengsi dan harusnya yang jadi juara dua itu ya gue,” Miranda tetap saja melanjutkan ocehannya"Gue mau tahu, kalo itu kursusnya dimana sih?”“Oh, kalau gue sih kursusnya sama Eyang gue, kenapa?” aku menantang balik Miranda“Hhahahaha … Kursus sama nenek doang aja bisa jadi juara dua, duhh … tuh juri buta kali yaa, atau mungkin kasihan gitu sama lo.”“Terserah lo aja ya Miranda ..&rdqu

  • Sangkar Kupu-kupu   bab 25, part 17: PERFECT

    Back to Eyang“Bu Sepuh, taksinya sudah datang,” Ucap Yu’ti kepada Eyang , saat Eyang sedang menghabiskan sarapannya.“Iya Yu’ti bilang tunggu sebentar ya, sama sekalian tolong bawakan koper dan tas tas nya ke taksi ya,”perintah Eyang“Iya Bu sepuh.”Eyang pun bergegas menghabiskan sarapannya. Saat Eyang bersiap untuk pulang, Ibu baru saja bangun dengan muka sembab.“Jani … Mama pulang dulu ya,” pamit Eyang“Lho kok pulang?” tanya Ibu“Kan memang perjanjian nya begitu bukan, kamu minta mama menginap smapai B’tari selesai erlombaan nah sekarang B’tari sudah selesai lomba, mama pulang kasian rumahnya udah lama di tinggalin,” jawab Eyang“Oh gitu, yaudah. Hati-hati ya ma. Oiya pulangnya naik apa? Sama Pak Ujang?”“Nggak jadi sama Pak Ujang, barusan Janitra telfon mama, katanya dia ada meeting mendadak, jadinya Pak Ujang

  • Sangkar Kupu-kupu   bab 24,part 16 : PERFECT

    “Mmm … kalau gitu Yu’ti nanti saya minta tolong, bawakan koper ke bawah ya. Sudah saya siapkan semua, tinggal di bawa saja,”Perintah EyangYu’ti menuruti perintah Eyang. Di bawakan nya koper yang ada di kamarku, total koper yang di bawa Yu’ti ada 3 berikut dengan seluruh tasku. Yu’ti belum sadar, kalau tasku juga di bawa olehnya.“Bu sepuh, koper dan tas tas nya sudah saya taruh di bawah,” ucap Yu’ti“Iya terima kasih banyak ya Yu’ti,” tutur Eyang.“Bu sepuh perginya menunggu Pak Ujang toh?” tanya Yu’ti kembali“Kalau masih lama, saya pesan taksi saja Yu’, takutnya nanti Bapak butuh Pak Ujang di sana, solanya saya ada jam mengajar les pagi ini, takut tidak keburu,” ujar Eyanng“Mungkin ada baiknya Bu Sepuh tanya ke Bapak, telfon dulu, biar nanti nggak kesalahan juga di Pak Ujang nya,”usul Yu’ti“Oh … Ngon

  • Sangkar Kupu-kupu   bab 23, part 15 : Perfect

    Aku kembali menuju ruang makan, ku buka ponsel dan membaca beberapa pesan dari beberapa teman teman dan juga ada pesan dari Miss Belinda yang mengingatkan kalau hari ini Latihan.“Ini mb, susu sama robak nya,” ucap Yu’ti sambil meletakkan satu pirin tumpukkan robak dan segelas susu chocolateKu nikmati sarapan pagi seorang diri di meja makan. Perasaan Marah dan kecewa masih berkecamuk dalam pikiran dan perasaanku saat ini. Aku benar benar tidak ingin bertemu dengan kedua orangtuaku. Dan yang ada di dalam pikiranku saat ini adalah mereka sangat egois. Dan mereka hanya bisa menuntut tanpa memberi dukungan sama sekali“krek …” pintu kamar Bapak dan Ibu sudah terbukaLangsung ku percepat saja mengunyah makanan dan ku langsung menghabiskan susu. Setelah itu segera saja aku bawa piring yag masih penuh tumpukkan roti bakar menuju dapur.“Yu’ti tolong taroin di plastic aja ini roti bakar, mau aku bawain buat bekal,&rd

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status