Beranda / Romansa / Satelliciocis Satellite / ⁹ | Cinderella Tanpa Sepatu Kaca

Share

⁹ | Cinderella Tanpa Sepatu Kaca

Penulis: vegetarionn
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-23 01:27:09

Kehadiran Louis mengejutkan wanita itu. Namun, sedetik kemudian ia memberikan senyuman manisnya. "Bolehkah aku duduk di sampingmu?" tanya Louis kepadanya yang dibalas dengan anggukan sehingga pria itu bisa mendudukkan bokongnya di sana. "Kau sendirian, Nona Harrel?"

Emma Harrel menggeleng singkat tanpa jawaban, tapi setelahnya ia berkata, "Saya bersama teman, Tuan Wistletone." Louis mengangguk mengerti lalu meneguk beberapa tetes winenya.

Keduanya saling diam dan Louis sejak tadi memerhatikan Emma Harrel yang memainkan ujung gaunnya sehingga pria itu pun mengulurkan lengannya membuat Emma menatapnya. "Louis Wistletone."

Emma pun menjabat tangannya singkat seraya menjawab, "Emma Harrel."

"Nama yang indah," ucap Louis memujinya dan Emma hanya bergumam Terima kasih dengan pelan setelah menarik beberapa anak rambutnya ke belakang telinga. "Apakah Derry yang mengundangmu, Nona Harrel?" Namun, Emma tampak bingung dan tak mengenal Derry sehingga Louis melanjutkan, "Diederik Nordström, yang mengadakan pesta. Atau mungkin Dan Nordström yang mengundangmu?"

Emma kembali menggeleng. "Saya tak mengenal mereka. Teman saya yang mengajak saya kemari." Louis hampir menjawab tapi Emma kembali berkata, "Dan panggil saya Emma saja."

Louis pun tersenyum. "Kalau begitu, panggil aku Louis saja atau Louie seperti yang lainnya."

"Tapi Anda Wistletone."

"Lalu? Ada apa dengan Wistletone? Itu hanya nama dan karena kau bekerja di sana, bukan berarti harus memanggilku tuan pula. Aku bukan tuannya. Hanya pemuda biasa." Sehingga Emma Harrel tersenyum ditambah sedikit anggukan. "Dan jangan gunakan saya, Anda, ugh, itu menggangguku."

"Maaf."

"Tak masalah."

Keheningan tiba sekilas. Emma kembali memainkan ujung gaunnya seraya menatap kerumunan sedangkan Louis memutar gelas dalam genggamannya sesekali meneguk beberapa tetesnya. Louis berharap Ian menemukannya di sini, atau Pete karena ia merasa sangat canggung duduk di samping Emma Harrel yang hanya berbicara ketika ditanyai.

"Umm, Nona Har—eh, maksudku Emma." Emma pun beralih menatapnya. "Apakah diperbolehkan keluar meninggalkan sekolah untuk berpesta? Aku tak mencoba mengintrogasimu, sungguh, tapi aku tak pernah mengajar di sana dan sebagai mantan murid Wistletone's, aku tak bisa pergi dari sekolah untuk berpesta kecuali jika berhasil melarikan diri dari sana. Apa kau melakukan tindakan serupa?"

Emma terkekeh singkat lalu menjawab, "Tidak. Kami diperbolehkan keluar pada hari-hari tertentu dan meminta izin untuk menghadiri sesuatu asalkan tidak terlambat pulang. Lagi pula, besok hari Minggu." Louis ber-o panjang dan Emma melanjutkan. "Jika kau berkata demikian, berarti kau pernah melarikan diri dari sana?"

"Ya. Berulang kali. Kami suka keluar setelah makan malam untuk pergi minum teh di The Teahouse atau pergi ke hutan di belakang sekolah untuk merokok pada jam tidur meskipun kami dilarang untuk memasuki hutan kecuali pada mata pelajaran tertentu." Louis menggelengkan kepalanya mengingat kenangan itu sudah berlalu lama sekali dan ia merindukannya. "Kami tak hanya merokok di sana, tetapi juga membakar sesuatu. Jadi, kami mencuri sosis atau daging dari dapur lalu membakarnya di hutan malam harinya selagi mengobrolkan beberapa topik."

"Kami, Louie? Aku boleh memanggilmu Louie, 'kan?"

"Tentu saja. Itu nama panggilanku."

Emma pun melanjutkan, "Karena kau berkata kami, berarti kau tak sendiri."

"Aku tak pernah sendiri. Pada kelas tujuh akhir hingga awal kelas sembilan, aku selalu melakukannya dengan kakakku, Anthony, kau tahu dia, 'kan?" Emma pun mengangguk. "Tapi kami tak pernah pergi minum teh. Hanya pergi ke hutan atau mengikuti kanal tempat latihan tim dayung menuju danau. Lalu, pada awal kelas sebelas, aku pergi dengan teman-temanku. Salah satunya adalah yang mengadakan pesta ini, Dan Nordström."

"Apa kau pernah ketahuan meninggalkan sekolah di malam hari?"

"Ya! Lebih tepatnya sebanyak tiga kali dan terpaksa kami harus dihukum Tuan Richard Wistletone. Biasanya kami akan dipukul dengan rotan tepat di bokong—" Emma terkekeh mendengarnya. "—lalu mendapat hukuman seperti membersihkan toilet atau aula utama. Yang terakhir kali, kami harus membuat surat pernyataan apabila melakukannya lagi, kami siap dikeluarkan."

"Jadi kau tak melakukannya lagi setelah itu?"

"Tentu saja tidak! Kami masih melakukannya. Namun, lebih berhati-hati karena kuncinya adalah jangan sampai ketahuan." Emma masih tertawa dan berusaha menyelesaikan tawaannya sehingga Louis bisa berkata, "Kau mau berdansa, Nona Harrel?" Dan wanita itu memberikan anggukan pelan menyetujuinya.

Telapak tangan Louis yang terulur di hadapannya pun, diraih sehingga keduanya saling bergenggaman tangan. Setelah meninggalkan sekitar tangga, mereka menuju ke lantai dansa setelah melewati beberapa pasangan lainnya. Keduanya bertatapan. Perlahan Louis meletakkan tangan kirinya pada pinggul Emma sedangkan Emma mendorong tangan kanannya untuk bertenggar pada bahu Louis dan keduanya pun mulai berdansa seirama dengan musik yang sedang diputar.

Biru milik Louis pun, bertemu dengan cokelat milik Emma beberapa saat saja karena Emma menundukkan kepalanya malu sedangkan Louis mencoba menemukan objek lain untuk ditatap. Kecanggungan kembali singgah dan keduanya hanya bisa terkekeh untuk menanggapinya.

Jarum jam berputar seperti tubuh Emma Harrel berputar dalam dansanya bersama Louis Wistletone. Hingga pada pukul sembilan malam, Emma Harrel berkata, "Maafkan aku, Louie, tapi kurasa aku harus pergi sekarang."

"Secepat itukah?"

"Sebenarnya aku harus tiba di sekolah sebelum pukul sembilan. Aku bahkan sudah terlambat."

"Lupakan keterlambatan itu, Nona Harrel. Jika mereka menghukummu, aku akan datang ke sekolah. Mereka tak bisa menghukum seorang guru yang ingin berpesta."

"Oh, mereka bisa." Lalu Emma menarik tubuhnya menjauh dari Louis membuat pria itu terkejut. "Aku harus menemukan temanku. Aku sungguh harus pergi."

"Kalau begitu, tinggalkan salah satu sepatumu di sini." Emma Harrel mengangkat salah satu alisnya. "Agar kisahnya seperti Cinderella." Barulah wanita itu terkekeh dibuatnya.

Emma Harrel terdiam sekilas lalu kembali berkata, "Aku sebaiknya pergi sekarang, Louie. Aku tak ingin mengambil risiko."

"Ya, tak masalah. Terima kasih sudah menemaniku berdansa. Jika ada pesta lainnya, aku akan memberitahumu." Emma mengangguk dalam senyumannya lalu berkata, "Selamat tinggal." Sebelum menghilang dari pandangan Louis.

Setelah kepergian Emma Harrel yang tak meninggalkan salah satu sepatunya, Louis bertemu dengan Matilda yang baru saja menghabiskan segelas wine di samping meja hidangan dan mengajaknya berdansa di sisa waktu sebelum malam semakin larut dan Louis memutuskan untuk pulang daripada tinggal.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Satelliciocis Satellite   Pete Kennedy

    Dua bulan semenjak pertemuannya dengan Dan Nordstrom, dia masih belum menemukan jawaban. Sebuah kotak—sama persis dengan milik Louis Wistletone ketika ia masih menjadi kepala sekolah di sana—berdiri di sudut meja yang sama. Kebenaran dan kebohongan ada di dalamnya. Apabila Pete mencoba memilih mana yang harus dikatakan lebih dulu, ia tak tahu. Keduanya harus dikatakan bersamaan. Sehingga sore ini ia memilih untuk pulang, kendati tinggal di asrama Wistletone’s School seperti beberapa hari sebelumnya.Jikalau kotak itu milik Louis yang diwariskan untuknya, maka ia memiliki benda untuk diwariskan pula nantinya; sebuah jurnal. Mungkin terdengar tak menyenangkan, tapi sama seperti kotak Louis dengan rahasia di dalamnya, ia juga memiliki beberapa di dalam jurnal itu. Yang Pete butuhkan hanyalah seseorang untuk dipercaya menjaga rahasia dalam jurnal dia.Ia baru saja menuruni beberapa anak tangga ketika kotak itu nyaris lolos dari dekapannya sebab sepasang anak laki-laki berumur 14 tahunan b

  • Satelliciocis Satellite   Blighty Boys

    The Teahouse tampak berbeda di abad kedua puluh satu. Tidak, bukan karena pelayannya telah digantikan robot semenjak Nyonya Bache pergi. Tidak juga karena interior antiknya berubah mengusung gaya Inggris modern. Mereka tetap serupa, tapi di bawah naungan atmosfer yang berbeda. Bahkan tempat ini sekarang menyajikan kopi semenjak kebudayaan mengonsumsi kopi tak lagi asing di lidah masyarakat Inggris. Tempat ini pun memiliki tambahan & Cafè setelah kata Teahouse dan mereka menghapus awalan The. Meskipun demikian, pria dengan koper persegi panjang di lantai tak pernah mengubah selera tehnya meski kopi mulai menjajaki daftar terfavorit.Pria itu kini memandang beberapa lembar kertas di dalam sebuah stopmap selagi menanti teh pesanannya tiba untuk dicicipi. Ketika ia selesai menumpuk rapi semua kertas dan memasukkannya kembali ke dalam koper, sebuah jurnal dari dalam sana mengganti posisi si stopmap. Tangan menarikan pena itu untuk menulis 28 April 2010. Tak ada perubahan. Masih aku. Masih

  • Satelliciocis Satellite   Sir Louis Cornelius Wistletone

    Ketika halaman Wistletone's School tampak senyap sebab semua orang disibukkan dengan pembelajaran, sepasang anak laki-laki justru mengendap-endap menuju sisi lain lapangan utama Wistletone's untuk sebuah aksi. Salah satu dari mereka tampak ketakutan dan hampir mengurungkan aksi yang terencana, tapi satunya lagi justru tampak bersemangat dan berkata, "Jangan khawatir, Alexis. Ini akan menyenangkan! Aku berani jamin!" Ia pun mendorong diri lebih jauh menuju objek incarannya."Tapi kita bisa terlibat masalah, Knox! Aku tak ingin dimarahi ayah lagi."Teman sebayanya pun segera melambaikan tangan di udara. "Jangan pedulikan. Ikuti saja perintahku untuk lari setelah ini, maka kau akan selamat dari kejaran bapa."Meski Alexis tampak ingin melontarkan patah kata lainnya, si anak bernama Knox sudah dulu memegangi sebuah tali yang cukup tebal.Kini, Alexis pun terpaksa menggenggam tali itu dan keduanya menghitung dengan cekikikan—atau justru hanya Knox yang tampak bersemangat. "Satu, dua, tiga!

  • Satelliciocis Satellite   Epilog

    Semalam, awan menangis hebat untuk alasan yang tak pasti. Sehingga pagi ini, dedaunan masih berkeringat dingin menanti sang surya membasuh peluh itu. Atmosfer pun mendingin meski sinar surya berhasil menembus kumpulan awan tipis yang menjulurkan leher mereka untuk mengintip kehidupan di Newcastle pada awal musim gugur, tepatnya pada tanggal sembilan september seribu sembilan ratus delapah puluh sembilan.Seorang pria yang telah mengenakan kemeja dengan balutan vest pun masih berdiri di hadapan kaca selagi gigi saling bergulat menghancurkan secuil roti di dalam mulut. Ia menarik sebuah sisir dari tempatnya untuk merapikan tatanan rambut yang sudah sempurna. Bahkan pagi ini, ia baru saja membersihkan kumis dan berewok seolah sungguh bersiap untuk sebuah pertemuan istimewa.Begitu suara ketukan pintu terdengar, ia segera meletakkan sisirnya dan meneguk habis teh dalam cangkir. Ditariklah gagang pintu itu menampakkan seorang pria dengan sebuket bunga besar yang tampak segar. Ia pun puas m

  • Satelliciocis Satellite   ¹⁰⁰ | Para Eternitarian

    Sang surya terus didorong rotasi bumi menuju cakrawala yang masih jauh di seberang sana. Sementara itu, Ruenna sendiri baru saja melambaikan tangan setelah mengucapkan terima kasih sehingga Anthony bisa melanjutkan perjalanannya menuju Grainger Town yang diramaikan beberapa pelayat pula untuk jamuan.Puluhan topik melilit percakapan antara dua orang bahkan lebih ketika Louis mendorong diri mengisi salah satu ruang di ruang tamunya. Beberapa hidangan pun tampak mulai dicicipi lidah-lidah para pelayat yang sempat menunjukkan simpati mereka kepada Louis. Pria itu hanya mengangguk, tapi tak tertarik untuk melibatkan diri pada topik yang mereka tawarkan. Sebagai gantinya, ia mencoba menemukan Sylvia yang masih bersama Virginia di perpustakaan sejak ia menuju Jesmond.Ia menyadari bahwa Judith Hope baru saja mendorong diri meninggalkan perpustakaan dengan nampan di tangan. Ketika ia mencoba mengacuhkan wanita itu, ia justru mengelus bahu Louis sekilas selagi netra mencoba memberikan kekuata

  • Satelliciocis Satellite   ⁹⁹ | Tak Ada yang Bisa Menggantikanmu

    Ketika para pelayat mulai berdatangan dan ibadah penghiburan terlalui sudah, peti Emma kembali mengisi ruang di perut ambulan menuju tempat di mana jutaan kisah tinggal. Kali ini Louis ada di sisinya tanpa Sylvia yang kemungkinan berada di bawah asuhan Virginia. Sementara seberhenti ambulan itu tepat di hadapan gerbang berkarat setinggi perut milik pemakaman Jesmond, beberapa orang sudah mendahului Louis mengisi ruang di beberapa sisi lubang galian untuk peti Emma.Pintu ambulan yang terbuka membuat Richard bertatapan dengan emosi Louis yang baru saja menetes tanpa disadari. Pria itu pun menarik napas perlahan sebelum melarikan tangan untuk menggenggam tangan putranya. ❝Whose heart plowing an ungainly perpetually, will never find an undaunted space.❞Namun, ucapan itu membuat Louis menggelengkan kepala sehingga tetesan emosi lainnya luruh sudah. "Jangan memberiku nasihat yang tak bisa dipraktikan, Pap. Aku sudah menyinggung soal kehidupan kita yang berbeda. Semua ini tak akan mudah un

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status