Bab 5
Mira bangun dengan tubuh yang sakit-sakit, tidak seperti biasanya begini, pikirnya dengan heran. Ia menggeliatkan tubuhnya dan secara insting langsung menarik selimut dan mendekat ke sumber hangat yang berada di dekatnya. “Hmm, … nyaman sekali,” katanya sambil memeluk tubuh hangat di sampingnya.Setelah beberapa saat kemudian, ia baru sadar dengan orang asing yang berada di sebelahnya ini. Yah, Tuhan, itu seorang pria! serunya dengan panik dalam hati. Matanya terbuka lebar kemudian menelan air ludahnya dengan susah payah. Ia mengumpat kesal dan malu kenapa bisa berada di situasi memalukan seperti ini!Dia mencoba mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi semalam tapi sakit kepala membuatnya menyerah lalu dengan cepat mencoba menenangkan diri dan mengambil keputusan apa yang harus ia lakukan sekarang! Jangan panik, jangan panik! katanya lagi dalam hati sambil melirik pria yang tampak tertidur pulas di sebelahnya.Pelan-pelan ia mengangkat tangannya dari tubuh pria itu dan mengumpat kelakuannya dalam hati. Bagaimana bisa di umurnya saat ini, dia bisa melupakan norma-norma ajaran kedua orang tuanya dan prinsip hidupnya sendiri selama ini!Apalagi saat ia melihat tubuhnya yang saat ini berada di bawah selimut! Ia mengaduh sambil mengumpat lagi meski tanpa mengeluarkan suara.Kepalanya pusing! Ia berusaha mengingat apa yang terjadi semalam tapi sampai saat ini ia masih belum bisa mengingatnya! Aneh! Kenapa ini bisa terjadi? katanya dengan gugup dalam hati. Bagaimana kalau Bastian, putra tunggalnya sampai mengetahui hal ini! Tentu hal ini akan sangat memalukan baginya, keluh Mira merasa sedih dalam hati.Jantungnya berdetak kencang lalu dengan perlahan, Mira segera beranjak dari atas ranjang sambil memunguti pakaiannya yang tersebar ke sana ke sini dan langsung mengenakannya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara yang bisa membangunkan pria di atas ranjang itu!Yah Tuhan, siapa pria itu? Ia mengumpat dirinya sendiri dengan perasaan bersalah kepada mendiang suaminya. Telah lama ia menjaga kesetiaannya kepada almarhum suaminya. Kini semua telah berubah. Ia tahu kalau banyak hal yang terjadi antara dia dan pria itu semalam!Bahkan siapa nama pria itu, dia tidak ingat! Yah, Tuhan! erangnya dengan kesal pada dirinya sendiri. Ia merasa seperti wanita murahan dan merasa jijik dengan dirinya sendiri!Ia membuka dompet dan mengeluarkan semua uang tunai dan meletakkannya di atas nakas lalu segera pergi dari kamar. Dengan begini dia tidak akan merasa dibeli, bukan tapi membeli kepuasan seks meski hanya semalam. Paling tidak harga dirinya tidak akan terusik setelah melakukan hal ini.Mira bahkan tidak sempat membenahi make up dan tata rambutnya lagi! Dia hanya ingin pulang dan mandi meski hal itu tidak akan membuat dirinya bersih dari petualangan liarnya semalam.Mira kaget saat menemukan teman-temannya sudah menanti di depan kamarnya dengan tatapan yang sudah bersiap menggodanya! Sebelum mereka membuat kegaduhan, Mira langsung merapatkan satu jari ke bibirnya dan menyuruh mereka untuk segera meninggalkan penginapan di atas diskotik itu.“Apa yang terjadi?” tanya Mira meminta penjelasan dari semua teman-temannya setelah ia selesai mandi.“Apa kau tidak ingat tentang apa yang terjadi tadi malam?” tanya Jenni dengan hati-hati.“Sayang sekali!” seru Reni menyayangkan hal itu.“Kenapa begitu!” seru Mira dengan kesal. "Kalau bisa aku tidak ingin mengingat tentang kejadian semalam!" timbalnya lagi dengan raut wajah geram.Semua saling bertatapan bingung mengamati ekspresi Mira saat ini. “Mir, kami saja sampai tidak tahan karena harus terus menerus mendengarkan suara lenguhan dan erangan kalian berdua sepanjang malam!” seru Tari mewakili teman-temannya mengingatkan Mira.Wajah Mira langsung memerah dan menepis kata-kata Tari. “Sepanjang malam! Itu tidak mungkin benar, bukan?” sahutnya sambil menyisir rambutnya yang masih setengah basah.“Tunggu sebentar! Untung aku merekamnya untukmu,” kata Santi dengan cepat mengambil ponselnya."Tunggu-tunggu aku!" seru Jenny yang sedang membuatkan minuman segar untuk mereka.Santi tertawa melihat sahabatnya yang sedang berlari tunggang langgang untuk bisa mendengarkan rekaman yang ia ambil kemarin. “Padahal kau sudah mendengar secara langsung, bukan?" sahut Santi sambil menarik rambut Jenni."Yah, Tuhan kalian menyaksikan semuanya?" sahut Mira dengan wajah merah padam."Tentu tidak! Kami masih menghormati privasimu!" seru Reni dengan cepat.Mira menghela napas lega karenanya. "Jadi rekaman apa yang kalian ambil?" tanya Mira dengan penasaran.Santi menutup mulutnya berusaha untuk tidak tertawa dan menyalakan rekaman pertama di ponselnya."Oh, yah Tuhan! Ini nikmat sekali, jangan berhenti! Kumohon, jangan berhenti! …”“Stop! Stop!” kata Mira sambil menyita ponsel Santi dengan cepat.“Hei! Itu ponselku!” seru Santi tidak bisa menahan tawa hingga ia hanya bisa tergelak pada akhirnya.Mira menunjuk ke arah ponsel Santi. “Sekarang tunjukkan yang mana saja rekamannya!” serunya dengan kesal.Jenni terpingkal-pingkal sambil menunjuk ke semua rekaman yang tercatat di ponsel Santi.“Ini semua!” Tidak mungkin benar, bukan?” keluh Mira merasa malu dengan perbuatannya sendiri. “Memangnya kami bercinta sampai berapa ronde semalam!” seru Mira sambil terbengong-bengong seraya menatap ke arah semua sahabatnya secara bergantian.“Sepanjang malam!” seru mereka berbarengan sambil bertepuk tangan dengan kagum.“Mana mungkin benar! Kau kira aku ini umur berapa? Mungkin saja dia sanggup tapi aku?” kata Mira meragukan kemampuan bercintanya sendiri.“Percaya tidak percaya, tidak ada pemeran pengganti di kamar itu selain kalian berdua! Jadi sudah pasti kalian berdualah pelakunya! Dengarkan saja sendiri kalau tidak percaya!” sahut Tari sambil menepuk-nepuk bahu Mira dan mengacungkan kedua jempolnya ke arah MIra. "Angkat aku menjadi muridmu, Suhu!" seru Tari dengan wajah serius.Mira memukul Tari yang terus menggodanya.Tari tertawa berkelit dan memohon ampun saat Mira menggelitiknya.Semua teman-temannya menatap ke arahnya sambil tersenyum geli.Wajah Mira langsung merona karena malu! “Kalian jangan menggodaku lagi!” serunya dengan tegas.“Baik, baik, kami tidak menggodamu lagi, tapi apa kau sudah bertukar nomor telepon?” tanya Jenni segera mendekati Mira lagi dengan mata berbinar penuh harapan.“Untuk apa aku melakukan hal itu?” tanya Mira dengan bingung.“Apa kalian tidak akan bertemu lagi?” tanya Jenni lagi dengan kaget.“Untuk apa?” tanya Mira lagi merasa aneh mendengar pertanyaan Jenni. "Itu adalah mimpi buruk yang seharusnya aku lupakan!" serunya dengan geram. "Aku tidak tahu kenapa aku bisa berbuat hal senekat itu!" keluh Mira lagi sambil mengurut-urut keningnya.Jenni, Reni, Tari dan Santi saling berpandangan satu sama lain sambil mengunci rapat-rapat mulut mereka.“Mir, dengarkan suara rekaman itu dengan seksama dan pikirkan sebelum mengambil keputusan. Apa kau akan melepas lelaki perkasa seperti dia?!” tanya Jenni lagi dengan hati-hati.Bab 6“Begitu saja!” seru Santi merasa sangat menyayangkan kalau sampai Mira mengambil keputusan seperti itu.Mira menelan air ludahnya dengan susah payah. “Aku tidak mungkin menjalin hubungan serius di umurku yang sekarang ini, bukan?” sahut Mira menjadi ragu dengan keputusannya sendiri.“Kata siapa tidak mungkin? Umurmu bahkan belum mencapai 50 tahun!” seru Tari memberi dorongan semangat kepada Mira.“Tiga tahun lagi aku akan mencapainya!” serunya mengingatkan Tari dengan tatapan histeris dan menahan malu.“Kita ini awet muda, keturunan vampire yang tidak akan menua, jadi tidak perlu mengkhawatirkan hal itu!” sahut Santi seraya menenangkan Mira.Mira tertawa mendengar ucapan Santi yang sembarangan. Ia menggeleng pada akhirnya. Dia sadar kalau itu hanya harapan semu belaka. Sebagai pembisnis sukses tidak mungkin dia mau mengorbankan reputasinya dengan kisah cinta di masa setengah tuanya.“Tidak. Bagiku semalam itu sudah cukup. Sekarang aku akan berusaha untuk tetap melupakan pengalam
Bab 7“Mama tutup mata dulu yah?” kata Bastian sambil mengeluarkan dasi panjang berwarna hitam dari saku jasnya.Mira tertawa melihat kelakuan putranya. “Tapi untuk apa?” tanyanya dengan santai, tidak bersedia bekerja sama.“Ma!” seru Bastian dengan wajah merajuk.Mira tertawa lagi kemudian menuruti keinginan Bastian. “Baik, baik, Mama menurut,” sahutnya dengan hati yang meleleh melihat wajah anaknya yang merajuk.Bastian tersenyum dan berjalan ke belakang mamanya. "Nanti Bastian akan menggendong Mama ke dalam," kata Bastian sambil mengikat mata mamanya.Mira terkejut dan mengingatkan Bastian dengan cepat. “Bas! Mama mengenakan rok pendek!” serunya mencoba membuka penutup matanya.Bastian langsung menahan tangan mamanya yang lentik. “Bastian akan menutupinya, Mama tenang saja,” kata Bastian sambil terkekeh melihat kepanikan mamanya yang sangat modis ini. Meski umurnya tidak lagi muda tapi mamanya selalu berpenampilan modis dan fashionable.“Baiklah,” kata Mira seraya menghela napas le
Bab 8“Ke mana pacar yang kau janjikan kepada Mama?” tagih Mira dengan mata yang penasaran.Bastian terkekeh sambil merangkul mamanya dengan manis. “Hari ini dia diajak Mamanya pergi keluar jadi dia tidak bisa datang,” jawab Bastian sambil menatap mamanya. “Apa Mama kecewa?” tanyanya lagi.Mira langsung tersenyum sambil menggeleng menenangkan putranya. “Bila sudah saatnya, kami pasti akan bertemu,” sahut Mira sambil mengelus tangan putranya. Kalau dia sedih pasti Bastian akan merasa lebih kecewa karena kekasihnya tidak bisa menemaninya di hari istimewanya. "Apa kau mencintainya?" tanya Mira lagi berusaha mencari tahu.Bastian menatap ke arah mamanya sebelum menjawab. "Kami baru saja berhubungan, jadi masih dalam proses, Ma," jawab Bastian dengan jujur."Apa kau kecewa padanya karena dia tidak datang saat ini?" tanya Mira merasa bersimpati kepada anaknya."Kami sudah membahas dan mempersiapkan semuanya ini dari jauh hari! Tapi nyatanya?" sahut Bastian mengeluarkan uneg-uneg dalam hatin
Bab 9Mira merasa kesal dan menyesali tindakannya sendiri. Ini terjadi karena ia menuruti rasa penasarannya. Kini semuanya sudah terlambat! erangnya dalam hati. Padahal sebelumnya, jelas-jelas ia sudah memutuskan untuk melupakan apa yang telah terjadi pada malam itu tapi nyatanya? Mira mengerang lagi merasa ingin memukul kepalanya sendiri karena tidak bisa menahan diri dan menuruti rasa penasarannya, sekarang ia telah mengingat semua yang terjadi, dengan jelas, di benaknya!Mira berteriak dengan suara tertahan, memaki kesal sambil menyalahkan dirinya sendiri!“Ini gila!” erangnya lagi dengan keras kembali menyalahkan dirinya sendiri. Dan hal ini bisa terjadi gara-gara dia menuruti rasa penasarannya! erangnya lagi sambil masih merasa kesal pada dirinya sendiri!Meski tadinya dengan penuh keraguan, karena rasa penasarannya itu, ia tetap mendengarkan setiap rekaman yang diambil Santi pada malam itu! Satu persatu, pada akhirnya ia mendengarkan semua rekaman yang terjadi pada malam itu deng
Bab 10Sementara di tempat lain …Mira memilih berlibur bersama teman-temannya di pulau pribadinya. Kalau dia sendirian, ia takut akan menjadi pecandu seks karena terus mengulangi seks tunggalnya.Jenni mengaduk jusnya seraya menatap Mira. “Jadi apa yang terjadi? Kenapa kau tiba-tiba mengajak kami berlibur ke pulau yang tak berpenghuni seperti ini!” serunya dengan histeris. Dia harus meninggalkan mainan barunya di pagi hari buta untuk mengikuti Mira ke sini!Mira memelototi Jenni dan kawan-kawannya. “Ini semua karena kalian!” sahut Mira menunjuk ke arah mereka semua dengan kesal.“Kenapa jadi karena kami?” tanya Reni sambil tertawa geli melihat ekspresi Mira saat ini. Dia masih ingat tadi pagi-pagi sekali, Mira meneleponnya saat dia masih berada di kamar hotel bersama tunangan barunya, Scote! Dia payah sekali di atas ranjang! erang Reni dalam hati merasa sangat kecewa. Dia sudah memikirkan berbagai cara untuk menyingkirkannya dari apartemennya dan telepon dari Mira membantu memberi ala
Bab 11Stevanus menceritakan kejadian yang terjadi pada saat pertemuan digelar kepada Mira saat ia menghubunginya.Meski tidak biasa mendengar Stevanus berkeluh kesah, Mira hanya bisa menahan tawa. “Maaf yah, sudah menyulitkanmu. Coba sekarang kau buat janji temu, siang ini aku tidak ada acara apapun juga jadi kalau memang dia bisa, kita bisa bertemu siang ini," kata Mira sambil mengocok telurnya. "Aku sudah pulang ke villa dan siap bekerja siang ini bila diperlukan,” lanjutnya lagi memastikan.“Baik, nanti akan saya kabari lagi setelah mendapat jawaban dari Pak Damian dan Pak Rendi, Bu,” kata Stevanus dengan nada sopan.“Siap, siap,” sahut Mira sambil menutup ponselnya.Bastian mendekati mamanya dengan perlahan lalu mengagetkannya. “Mom!" serunya sambil tertawa."Bas! Kau mengagetkan Mama, hampir saja telur mama jatuh nih," kata Mira sambil menarik telinga Bastian dengan gemas."Maaf," kata Bastian sambil terkekeh. "Peluk! Bastian kangen!" ucap Bastian dengan manja.Mira tersenyum. I
Bab 12 judul Bertemu dengan MiraRendi menatap kagum melihat Mira yang begitu bersinar duduk di atas kuda yang sedang berlari kencang bersama dua kuda lainnya. Rupanya mereka sedang berlomba saat ini! kata Rendi mengamati semuanya."Bu Mira sedang berkuda, nanti saya akan memberitahu kedatangan Bapak kepada Beliau," kata Stevanus mencoba mengisyaratkan kepada calon investornya ini untuk mengikutinya tapi anehnya pak Rendi malah tertegun saat mengamati atasannya! Ia melihat raut wajah pak Rendi dan mengerti kalau pak Rendi sangat tertarik melihat sosok bu Mira yang memang sangat memikat.Memang meski sudah berumur 47 tahun bentuk tubuh dan kebugaran yang dimiliki bu Mira tak kalah dengan gadis muda berumur 20an, Stevanus harus mengakui dalam hati tidak aneh rasanya melihat ada banyak pria mapan yang tertarik dengan bu Mira, sayangnya sampai saat ini bu Mira tidak pernah menanggapi serius dan hanya fokus mengurus urusan pekerjaan saja.Beberapa saat kemudian senyum di wajah Rendi langsu
Bab 13 Menolak Tawaran KerjasamaRendi mencoba berpikir jernih. Ia mengenang malam yang indah itu, kemudian memutuskan untuk menahan diri dan bersikap seprofesional mungkin menghadapi Mira yang tampaknya secara terang-terangan mengakui kalau dia memang memiliki hubungan yang sangat spesial dengan kekasih mudanya itu. Itu artinya hubungan mereka cukup serius dan bukan hanya sekedar main-main saja.Rendi berpikir lagi. Untuk menarik perhatian Mira, ia hanya bisa menggunakan jalur bisnis. Anehnya kenapa putranya tidak menentang hubungan antara Mira dan kekasih mudanya itu! Apa mungkin dia membiarkannya demi kebahagiaan Mira? Atau mungkin, mereka melakukan hubungan tanpa sepengetahuan anaknya? Dia masih perlu mengamati lagi! Semua ini masih abu-abu! keluh Rendi dalam hati.Ia menghela napas dalam-dalam seraya memperhatikan Mira yang sedang membaca ulang proposal proyek yang akan dijalankan oleh perusahaan Mira.Rendi menelan air ludahnya dengan susah payah saat matanya menangkap bentuk tu