Share

Bab 3 - Kemarahan Besar

Author: JEMMA JEMIMA
last update Last Updated: 2024-01-05 12:23:00

ELA

Belum hilang kebingungannya pagi ini ketika dia mendapati dirinya berada di pelukan ajudannya–dengan telanjang pula! Kini dia dikagetkan dengan gedoran pintu serta panggilan marah papanya yang membuatnya semakin khawatir.

Elaina tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Otaknya masih buntu. Tubuhnya masih terasa nyeri, dan kepalanya masih begitu berat.

Sosok Pradipta yang terlihat tenang setidaknya membuat kepanikannya sedikit berkurang meskipun tangannya masih terasa kebas dan begitu dingin.

Pradipta membuka pintunya dan kamar hotel ini langsung diserbu dengan kedatangan papanya beserta tunangannya, Dhanu.

“Jelaskan arti semua ini Pradipta!” Suara papa yang begitu menggelegar membuat Elaina berjungkit kaget.

Di samping papa, Dhanu hanya membisu dan menatap Ela dengan tatapan tajam yang membuat Ela semakin merasa kecil.

Di tubuhnya hanya terbalut bathrobe putih hotel, rambutnya basah sehabis shower. Sedangkan ajudannya yang berada dalam satu kamar bersamanya berdiri dengan kemeja kusut yang dimasukkan asal ke dalam celana hitamnya. Rambut hitam legamnya berantakan.

Dan kamar ini–kamar ini begitu berantakan. Sukses menegaskan kegiatan panas mereka semalam dengan gamblang.

“Kurang ajar kamu! Berani-beraninya menyentuh anak saya!” Tanpa tedeng aling-aling, papa langsung meninju wajah Pradipta.

Ela berteriak keras.

“Papa!” Suara Ela bergetar menahan tangis.

“Murahan sekali kamu, Nak! Semalam kamu baru saja menukar cincin dengan Dhanu dan secepat itu juga kamu melebarkan kaki untuk pria rendahan seperti Pradipta, hah!”

“Bapak! Ini tidak seperti yang Anda pikirkan!” Pradipta menyela dengan cepat ketika papa menghardik dirinya dengan kata-kata yang menyakitkan.

“Shut up, bajingan lo ya! Cewek gue itu! Jangan-jangan lo perkosa ya! Mana mau Ela sama cowok kayak lo!”

“Dhanu! Aku dan Pak Pradipta nggak seperti itu!” Ela mencoba membela dirinya.

Tapi tunangannya itu terlanjur gelap mata. Menolak mentah-mentah pembelaan jujur yang diucapkan dirinya dan Pradipta sejak awal.

Kali ini Dhanu meluapkan emosinya dan mendorong Pradipta dengan segenap kekuatannya. Tapi Pradipta tetap bergeming dan tak goyah dari tempatnya berdiri meskipun diserang oleh papa dan Dhanu.

Ajudannya hanya diam saja menerima caci maki serta tuduhan jahat yang diucapkan kedua pria yang paling Ela percaya.

“Papa, Dhanu–ini nggak seperti yang kalian pikirkan!” Ela mencoba membela diri serta menyelamatkan Pradipta dari amukan mereka.

“Pak, tolong dengarkan penjelasan kami dahulu,” ujar ajudannya tersebut dengan nada genting.

Tubuhnya bergerak mendekati sang papa dan mencoba menatap atasannya tersebut secara langsung. Mencoba memastikan jika papanya–Hendra Dharmawan mendengarkan secara utuh penjelasan Pradipta.

Namun papanya kepalang murka.

Dia menepis tangan Pradipta dan menolak mendengar penjelasan lebih lanjut Pradipta secara terbuka. Alih-alih, papanya justru mencengkram tangan Ela dengan kuat hingga dirinya mengernyit kesakitan.

“Papa, hentikan. Ini sakit,” ujar Elaina sambil menahan nyeri di pergelangan tangannya.

“Pulang sekarang! Kamu telah mencoreng nama baik keluarga dengan tindakan menjijikkan seperti ini, Ela!” Papanya seperti tak mengacuhkan rintihan sakit Ela dan tetap menyeret Ela untuk mengikutinya keluar dari kamar ini.

Pradipta melihatnya dan mengeratkan rahangnya. Sedetik kemudian pria itu bereaksi dengan menahan papanya dan berusaha melepaskan cengkraman yang menyakiti pergelangan tangan Ela.

“Pak Hendra, tolong. Ela tak bersalah. Jangan menyentuhnya seperti ini.” Ajudannya menggelengkan kepala dan membawa Ela berdiri di belakang tubuhnya.

Membuat tubuh tegapnya sebagai perisai agar Ela tak lagi diserang oleh papa dan Dhanu.

“Om, saya nggak bisa begini! I don’t accept broken goods like her. Saya nggak bisa! Nggak ada pernikahan antara saya dan Ela.” Dhanu meraup wajahnya dengan kesal dan tak lama dia meninggalkan kamar hotel ini.

Meninggalkan Ela yang pucat pasi setelah dihina serendah-rendahnya oleh tunangannya itu.

Broken goods?

Setega itukah tunangannya menilai Ela? Barang yang cacat?

“Pak, kami dijebak.” Pradipta mengucapkan fakta tersebut secara lantang di hadapan ayahnya.

Wajah ayah memerah.

“Jangan berbohong! Pasti kalian mencari alasan untuk menutupi kegiatan busuk kalian!” Ayah menggelengkan kepalanya.

Masih tak percaya dengan pembelaan yang diutarakan barusan.

“Papa, please percaya sama aku,” pinta Ela dengan suara bergetar.

Pengawalnya maju ke depan dan menyerahkan kamera tersembunyi yang berhasil Pradipta amankan.

"Ini buktinya, Pak. Ada orang sudah menyetting tempat ini sebagai tempat penjebakan Ibu Ela dengan saya," tukas Pradipta dengan tegas.

"Pa, aku sama Pak Pradipta diberikan obat nggak jelas, aku nggak tahu apa yang terjadi," ujar Ela menambahkan.

Dia menggenggam tangan papanya, mencoba meyakinkan orang tuanya apa yang sebenarnya terjadi.

Tatapan ayahnya semakin menajam. Hendra Dharmawan menatap Pradipta dengan tatapan benci.

"Tapi itu tak menutupi fakta bahwa kalian telah tidur bersama. Bahkan dengan statusmu sebagai tunangan Dhanu!" tepis papanya yang kini pandangannya beralih kepadanya.

Hati Ela hancur berkeping-keping.

Satu orang yang diharapkan untuk mengerti akan keadaannya ini justru membalikkan punggungnya dan bersikeras menyalahkan Elaina tanpa ampun.

"Sikapmu murahan. Tak bisa menjaga nama baik Dharmawan. Entah bagaimana Papa menghadapi kemarahan keluarga Pak Rahmat Trihadi jika dia mengetahui kejadian memalukan ini!"

Bahkan, hingga detik ini–hanya satu hal yang dipikirkan oleh seorang Hendra Dharmawan.

Reputasi dan nama baik keluarga.

Persetan dengan perasaan Ela yang babak belur dengan kemalangan yang diterimanya hari ini.

“Pak Hendra, tolong. Jangan seperti itu kepada Bu Ela. Saya akan bertanggung jawab atas semua kejadian ini.”

Satu-satunya orang yang teguh membelanya sejak awal hingga akhir hanyalah Pradipta Bagaskara.

Pengawalnya.

Pria berumur 35 tahun yang bersikap datar, dingin, namun profesional setiap dia melaksanakan tugasnya menjaga Ela. Pradipta Bagaskara selalu menjaga jarak dengannya dalam enam bulan terakhir penugasannya sebagai pengawal pribadi Elaina.

Namun, di malam tadi Elaina akhirnya melihat bagaimana wajah pria itu jika diliputi gairah yang membara di atas tubuhnya.

Papanya tertawa mengejek usai Pradipta mengucapkan janjinya.

“Bertanggung jawab? Hah!” Papa menggelengkan kepalanya tak percaya.

“Kau bahkan tak bisa menjaga nafsumu dalam bertugas, dan kini jumawa mengatakan akan bertanggung jawab? Lancang sekali kamu!” hardik papa keras-keras.

Pradipta mereguk salivanya dengan kasar. Tapi dia diam tak membantah ketika bosnya tersebut memberikan sindiran tajam kepadanya.

“Saya memecatmu, Pradipta. Jangan pernah menginjakkan kaki di kediaman kami lagi. Tidak ada surat referensi dari kami. Ini kesalahan fatal dan tak akan saya maafkan sepanjang hidup saya!”

Hati Ela mencelos mendengar hukuman yang dijatuhkan ayahnya kepada sang ajudan.

“Ela, pulang. Sekarang Papa tidak mau melihat wajah kalian berdua. Temui Papa di rumah nanti!”

Setelah itu papanya pergi dari kamar hotel yang menjadi saksi bisu hancurnya kebahagiaan Ela.

Tunangannya menolak dirinya mentah-mentah.

Dirinya dijebak dengan brutal malam tadi, dan hasilnya adalah dia kehilangan hal yang dia jaga sepanjang hidupnya, harga dirinya, tunangannya yang Ela cintai, dan juga kepercayaan sang papa.

Semuanya hilang dan runtuh dalam sekejap.

Tak tahan, Ela akhirnya luruh ke lantai–menangis tanpa suara.

“Oh, Bu Ela,” ujar Pak Pradipta yang segera bersimpuh di sampingnya.

Pria itu mencoba menenangkan hati Ela yang hancur berkeping-keping. Pradipta merangkul tubuh Ela yang berlutut di lantai. Kedua tangannya menutupi wajahnya Tapi tangisnya justru semakin kencang, dan sesak di dadanya semakin menghimpit.

“Bu… please jangan menangis. Saya akan lakukan apapun yang Bu Ela minta, apa pun.” Suara Pak Pradipta menjadi serak.

“Elaina… maafkan saya.” Pradipta kembali mengutarakan maaf kepadanya.

Dua insan yang terjebak dalam kemalangan terencana oleh orang jahat yang menghendaki kejatuhan mereka.

“Kita akan urai satu persatu, ya? Saya akan usut sampai tuntas dan mencari dalangnya bahkan hingga ke ujung dunia!”

“Tapi gimana caranya? Bahkan Papa dan Dhanu nggak percaya sama sekali denganku!” ujarnya tergugu di sela tangisannya.

Meskipun dadanya masih sesak, air matanya telah berhenti mengalir. Mungkin karena hatinya sudah kebas. Terlalu sakit hingga tak lagi berfungsi dengan wajar.

Ela menengadahkan wajahnya dan mendapati sosok pengawalnya yang setia menjaga dan menemaninya di dalam ruangan ini.

Pradipta mengusap pelan pipi Ela yang masih basah karena jejak air mata yang meluncur sedari tadi.

“Saya yang akan cari caranya, okay? Jangan menangis lagi. Ada saya di sini.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
JEMMA JEMIMA
Nah, Ela harus berani mengambil keputusan sih
goodnovel comment avatar
carsun18106
setelah melihat reaksi ayah dan tunangan ela, sdh tergambar ela hidup di keluarga seperti apa, mungkin malah lbh baik ela keluar dari keluarga toxic ini
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 101 - Safehouse

    Kemarahan yang tak dapat Dipta tahan akhirnya meledak juga tatkala dirinya mendapati keadaan Ela di dalam ruang meeting bersama Hakim dan Dhanu. Hakim dengan santai memperhatikan Dhanu dan Ela yang bertengkar hebat ketika Dipta dan kedua rekannya menjejakkan kaki di dalam ruangan tersebut. Tanpa basa-basi, Dipta langsung menghambur menghampiri Ela. Prioritas utamanya, untuk memastikan istri tercintanya tak kurang satu apapun. Rambut Ela berantakan, lengannya yang halus berubah menjadi kemerahan. Sontak semuanya membuat Dipta gelap mata dan dia paham siapa yang menyebabkan keadaan Ela seperti sekarang. Dhanu, manusia brengsek yang terguling memegang selangkangannya sambil mencicit kesakitan seperti hama tikus. Tanpa pikir panjang, Dipta menarik kerah baju Dhanu dan mulai menghajarnya. Kegeramannya tak bisa ditahan-tahan lagi, dan Dhanu memang layak mendapatkan bogem mentah setelah semua hal gila yang dia lakukan kepada Ela. Even killing him in one go was still not enough for Dipta

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 100 (II) - Buzzer

    Pagi hari dirinya dan Ela berpisah tujuan, sang istri ke galeri memulai kegiatannya dan Dipta berkumpul bersama Mas Sultan untuk pergi ke basecamp yang disewa Reza demi mengecek hasil buzzing mereka semalam. Turned out it went exceptionally well. Apalagi ketika muncul beberapa bukti tentang betapa bejatnya seorang Dhanu. Pria itu menggunakan kekuasaan ayahnya dengan serampangan, dan betapa mudah mengangkangi hukum. Terutama ketika narasi pria itu pernah mabuk sambil membawa mobil dan menabrak seseorang hingga meninggal dunia. Kasusnya sempat ramai beberapa tahun lalu, sebelum akhirnya hilang terkubur begitu saja tanpa bekas. Tentu karena kekuasaan seorang Rahmat Trihadi yang berhasil membungkam semuanya dan membersihkan informasi tersebut, ditambah lagi Dhanu diungsikan ke luar negeri dengan dalih bersekolah di luar. Ketika berita lama itu kembali muncul ke permukaan, perbincangan dunia maya lambat laun beralih pada kapabilitas Rahmat Trihadi dalam bursa pemilihan presiden. Tagar k

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 100 - Buzzer

    Sejak kemarin malam, Dipta bersama Mas Sultan, Gala dan juga Reza–ketua tim elit Alfa yang dibentuk oleh Nero sibuk mengunjungi satu gedung perkantoran kecil dan tak mencolok yang rupanya dipakai sebagai salah satu basecamp kelompok buzzer yang berafiliasi dengan tim Alfa untuk operasi menjatuhkan reputasi Dhanu Trihadi. Suatu hal baru bagi Dipta berkecimpung di dunia abu-abu seperti ini. Namun, Dipta percaya kepada Mas Sultan dan Nero yang akan membantunya untuk melepaskan ikatan dirinya dengan Rustam serta memastikan keadilan untuk istrinya. Tentu saja buzzer yang dipakai oleh tim Reza adalah tim kualitas terbaik yang dibantu dengan teknologi mutakhir artificial intelligence dengan data set machine learning yang mumpuni. Jadi mereka tak perlu banyak orang dalam menggerakkan buzzer di dunia maya, karena akun-akun ternakan tersebut merupakan bot dengan kemampuan berbahasa yang lebih natural. Sehingga semua cuitan dan serangan online yang dilancarkan oleh tim buzzer ini berkualitas se

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 99 - Baku Hantam

    Ela ragu bagaimana dia harus bersikap di hadapan Hakim dan Dhanu sekarang untuk membalas ancaman dan juga ucapan mereka yang tak Ela mengerti satu pun. Yang bisa Ela tanggapi hanyalah tentang video privat dirinya dan Dipta yang sialnya… mungkin sudah jatuh ke tangan Hakim dan Dhanu. Badannya seketika menggigil. Ela merasa ditelanjangi dan dipermalukan oleh kedua pria kurang ajar ini. “Kalian cuma bisa mengancam perempuan untuk menyelesaikan masalah seperti ini? You? All of the people?” Ela mengejek dan memprovokasi mereka. Sikapnya yang seperti ini semata dilakukan untuk melindungi diri agar tak diinjak-injak lebih dalam lagi. “Siapa sih konsultan politik kalian? They can’t even navigate and cool down the negative news?” tambalnya dengan nada dingin. Kali ini Hakim yang terlihat jengkel, dan Dhanu geram karena diskak oleh Ela. “How was it, sleeping with Dipta? Better than Dhanu?” Tapi Hakim justru membalas ucapan Ela dengan remark yang merendahkan martabatnya sebagai perempuan.

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 98 - Ancaman

    Baru saja Ela keluar dari galeri, dia sudah dihadang oleh dua orang pria yang tidak Ela kenali. “Ibu Elaina? Pak Hakim sudah menyiapkan mobil,” ujar seorang pria yang kini beralih pindah ke sebelah Ela. Satu orang lagi bergerak di belakang Ela. “Saya bawa mobil sendiri.” Dia mencoba menghindar dan memperlebar jarak dari keduanya. Tapi sayang, mereka sudah mengepungnya dan memaksanya untuk ikut ke dalam mobil. “Pergi atau saya teriak–” ancam Ela dengan sungguh-sungguh. Kedua pria itu saling menatap, berkomunikasi tanpa kata hingga salah seorang pria menganggukkan kepalanya. “Saya ikut dalam mobil Anda. Rekan saya akan mengikuti dari belakang.”Itu bukanlah balasan yang Ela ingin dengar. Tetap saja berbahaya baginya. “Nggak bisa!” tolaknya dengan keras. “Jangan mempersulit, Bu. Kami tidak akan melukai Anda. Kami hanya butuh mengantar Anda sesuai tujuan. Lebih cepat lebih baik. Pak Hakim berkata jangan main-main,” ancamnya yang membuat Ela semakin frustasi dan ketakutan. Mereka

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 97 - A Call

    “Ela, semua bahan press udah naik tayang ya di beberapa media? Dari komunitas lelang, charity dan donor sendiri gimana? Apa feedback dari mereka? Dan untuk komunitas dari luar negeri sudah beres di handle? Perwakilan mereka sudah ada LO masing-masing, kan?” Mbak Rengganis memberikan daftar panjang checklist hal-hal yang harus Ela persiapkan menjelang pembukaan art exhibition yang sudah semakin dekat. “Aman, Mbak. Kita udah sebar juga ke komunitas, artists, dan art influencer di beberapa media sosial seperti Tiktok, i*******m, vlogger dan blogger. All good, dan hype di media juga cukup oke kalau saya pantau,” jawab Ela untuk satu pertanyaan Mbak Rengganis. Rengganis mengangguk mendengar penjelasannya. “Lalu untuk badan amal, charity sudah cukup banyak yang RSVP, dan beberapa donor pun sudah RSVP untuk acara pembukaan. Mereka sudah siap dengan bidding lot beberapa karya yang akan dilepas untuk lelang,” lanjutnya sambil mengecek buku agendanya. Mengecek secara detail pertanyaan dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status