"Ini kamar anda Tuan, silahkan beristirahat," ucap Briana dengan membuka pintu kamar hotel untuk Dev. Kalau saja bukan karena perintah dari atasannya, dia tidak akan mau mengantar Dev ke kamarnya.
Dev menganggukkan kepalanya pelan, dia pun melangkah masuk kedalam kamarnya, sebelum dia memutuskan untuk beristirahat di hotel ini dia sudah menyuruh sekretaris nya untuk pergi ke perusahaan terlebih dahulu. Tentu saja sang Sekretaris paham betul dengan apa maksud dari tuannya itu."Saya pamit undur diri, saya harap anda akan nyama--Dev. " seru Briana di akhir kalimat, dia kaget saat Dev malah menariknya untuk Ikut masuk kedalam kamar hotel tersebut."Stop untuk berbicara formal padaku, itu tidak nyaman," sungut Dev kesal."Maaf Tuan---""Briana! " panggil Dev penuh perintah.Briana menghela nafasnya pelan, dia pun menatap Dev dengan santai dan berusaha menghilangkan sifat formalnya pada Dev."Apa mau mu? " tanya Briana dengan manik yang terlihat jengah."Aku lihat kinerja kerjamu sangat bagus, bagaimana kalau kamu berkerja di perusahaan ku?" tawar Dev dengan melangkah mendekati Briana dengan tangan yang sibuk melepaskan jas formalnya dan rompi serta dasinya.Briana menaikkan satu alisnya heran. "Kau menyuruhku untuk berkerja di perusahaan mu? " tanya Briana."Yah, benar," jawab Dev dengan menarik pinggang ramping milik Briana, namun dengan cepat Briana langsung melepaskan cekalan di pinggang nya."Tidak, aku tidak mau," jawab Briana dengan senyuman singkatnya, dia pun perlahan mundur untuk menjauh dari Dev."Kenapa? aku pikir gaji di perusahaan ku lebih besar di banding gaji disini," ucap Dev dengan menaikan alisnya bingung."Aku tidak peduli soal gaji, yang jelas aku tidak mau," jawab Briana tegas.Dev diam, sekarang dia paham dengan salah satu watak perempuan di depannya ini, dia amat keras kepala. Sepertinya akan butuh banyak perjuangan untuk menarik perhatian Briana nanti, ah Dev akan sibuk nanti."Sudah? tidak ada lagi kan? Oke aku pamit, selamat istirahat Tuan Muda--""Tunggu dulu, aku ingin berbicara soal malam itu. Kau ingat kan kalau aku saat itu tidak memakai pengaman? " tanya Dev."Iya aku tahu, dan aku tidak peduli," jawab Briana acuh."Benarkah kau tidak peduli? bagaimana kalau kau hamil? " tanya Dev dengan tersenyum sinis."Tidak akan, aku jamin kalau aku tidak akan mengandung anakmu," ucap Briana tak kalah sinisnya. Dengan cepat dia kembali berbalik dan hendak pergi meninggalkan kamar hotel tersebut. namun, lagi lagi Dev mencegahnya dengan menarik kembali tubuh nya sampai menempel penuh dengannya."Dev, lepaskan aku. Aku tidak punya banyak waktu, aku harus berkerja," ucap Briana mencoba melepaskan diri, namun nihil karena tenaga Dev begitu kuat sampai membuat dia tidak bisa melepas kan diri."Aku ingin malam itu terulang lagi, sudah aku bilang kan kalau kita bertemu lagi, kita akan kembali mengulangnya," bisik Dev dengan nada serak dan berat. Dia menangkup kan wajah Briana dengan mata yang tertuju pada bibir ranum yang indah milik Briana."Tidak, aku tidak ingin mengulangnya lagi," ucap Briana menolak, dia terus mencoba melepaskan diri, tetapi selalu saja tidak bisa."Aku memaksa! " Dengan cepat Dev memanggut bibir ranum milik Briana yang terbuka, dia tidak membuang kesempatan dia langsung memainkan lidah Briana dengan cepat dan menuntut."Dev! " Nafas Briana tersenggal senggal, dia menatap Dev yang penuh nafsu itu. Tidak, dia tidak boleh mengulangi malam."Nanti saja Dev, aku harus kerja! " alibinya."Tidak bisa! Aku mau sekarang! " Dev mendorong tubuh Briana untuk terlentang di atas tempat tidur yang empuk, tanpa banyak kata dia pun kembali mengulangi malam panjang itu.Di kamar hotel itu menciptakan aura panas yang bercampur nafsu yang tak terbendung. Dev dan Briana tengah melayang dengan kenikmatan yang ada.Lagi dan lagi Briana tidak mampu menolak setuhan Dev yang candu, begitu pun dengan Dev. Semakin menyentuh Briana, rasa candu akan tubuh Briana pun semakin menggebu gebu."Ah shit, Kamu sangat nikmat Briana! "********Sudah hampir sore, Briana memungut semua pakaiannya yang tergeletak sembarangan di lantai. Dia baru saja bangun dari tidur nya karena kelelahan akibat kejadian panas antara dia dan Dev tadi.Bangun dari tidurnya, dia kaget karena tidak melihat Dev di sampingnya, ah kenapa dia merasa seperti seorang Jal*ng yang di tinggal kalau sudah di pakai.Mengenalkan.Namun, pemikiran nya langsung hilang saat dia mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, dia pun menoleh kearah sana dan mendapati Dev yang baru saja mandi dengan handuk yang terpasang di pinggang nya.Briana tak mau banyak bicara, setelah memakai kembali pakaiannya dia pun mencoba untuk merapihkan rambut nya yang terlihat acak acakan, sepertinya dia akan langsung pulang saja setelah ini."Lagi lagi kamu membuat aku candu Briana," puji Dev dengan memeluk tubuh Briana dari belakang."Lepaskan aku, dan ingat Dev, ini yang terakhir kalinya kita melakukan itu! Demi Tuhan aku tidak mau lagi! " ucap Briana penuh peringatan."Kenapa? Apa kau tidak puas? " tanya Dev sedikit kesal."Dev, kita bukan siapa siapa. Kau hanya mantan calon adik iparku! jadi bersikaplah sewajarnya saja, aku tidak mau lagi melakukan itu," sungut Briana marah."Aku tidak peduli, aku sudah menyukai mu," jawab Dev acuh."Hahaha lucu sekali, kau menyukai tubuh ku saja," sungut Briana."Yah tentu saja, tubuhnya sangat candu dan aku amat menyukainya," jawab Dev dengan lantangnya."Menyebalkan," gerugut Briana kesal, setelah semuanya rapih dia pun pergi meninggalkan kamar hotel itu dan meninggalkan Dev yang tengah tersenyum memperhatikan nya."Haha tubuhmu sangat candu, dan lihat saja nanti aku akan terus mengujamimu dengan penuh kenikmatan, lihat saja itu! " gumam Dev dengan terkekeh pelan.********"Tentu saja Tuan Jones, setelah ini saya akan berbicara dengan anak saya," ucap Tuan Frans dengan senyuman canggung nya."Iya tolong bicarakan ini dengan Briana Tuan, saya dan istri saya tidak setuju dengan pembatalan pernikahan ini. Kami memang sadar kalau Morgan sudah amat keterlaluan tapi dia sudah menyesali semuanya dan ingin mencoba memperbaiki semuanya lagi dengan Briana.Lagi pula istri saya sangat menyukai Briana, dia tipikal menantu yang amat di idamkan oleh istri saya,"ucap Jones dengan terkekeh pelan."Tentu saja Tuan, setelah dari sini saya akan membicarakan ini dengan anak sulung saya. Saya pastikan kalau pernikahan ini tidak akan batal! " ucap Tuan Frans membalas kekehan pria didepannya ini, dia amat kaget saat calon besannya datang membicarakan soal ini, apalagi dia tidak tahu menahu soal pembatalan pernikahan ini, karena Briana belum membicarakan hal ini padanya.Ucapan antara dua pria dewasa itu pun tanpa sadar telah di dengarkan oleh sosok gadis cantik yang ternyata berdiri di luar ruangan kerja ayahnya.Niat hati ingin meminta uang, dia malah mendengar semua ucapan antara ayahnya dan pria lain yang dia yakini adalah mantan calon mertua Kakak sulungnya."Kak Briana lagi kak Briana lagi, kenapa dunia harus tertuju pada dia! Semuanya di ambil sama Kak Briana. Bahkan aku tidak di izinkan untuk mencintai kak Morgan!Tidak, aku tidak bisa membiarkan semua ini, mungkin kak Briana bisa mengambil perhatian orang tuaku, tapi untuk Kak Morgan, tidak bisa! Kak Morgan harus jadi milikku! Kak Briana tidak boleh menikah dengan kak Morgan! ""Aku punya rencana, dan rencana ini akan sama sama menguntungkan kita," ucap Dev dengan menatap lekat Briana. Briana menaikan satu alisnya bingung, kali ini apa yang akan di ucapkan pria tampan didepannya ini. "Aku serius Briana, kalau kita melangsungkan rencana ini maka kita akan saling menguntungkan," ucap Dev berusaha menyakinkan Briana. "Aku tidak ingin rencana busukmu, lagi pula hidupku tidak akan pernah aku pakai--""Aku tahu tapi apa kamu tidak membenci Morgan yang melukai mu? " tanya Dev dengan kekehan sinisnya. "Aku membenci perbuatan, tapi bukan berarti--""Maka balas dendam lah, ayo bersama ku. kamu bantu aku dan aku akan membantu mu, menguntungkan bukan? " tanya Dev dengan sinis. Briana menghela nafasnya pelan. Ada apa dengan Dev ini? kenapa dia seperti membenci kakaknya sendiri. "Kalau kau menganggap aku membenci kakakku, itu salah besar! aku tidak membencinya hanya saja aku ingin mendapatkan sesuatu dan hanya kamu yang bisa membantuku! maka dari itu ayo kita kerja
Siang hari seperti ini dimana Briana tengah istirahat setelah seharian dia berkerja, dia istirahat di ruang tertentu sambil memakan makan siangnya, dia duduk bersama rekan kerjanya sambil bercerita soal keseharian mereka yang begitu sibuk melayani banyak orang di hotel ini.“Briana, kekasihmu mencarimu,” ucap salah satu rekan kerjanya.“Kekasih?” gumam Briana bingung.“Hm, kekasihmu Morgan, ah aku lupa calon suamimu, itu maksud ku, sudahlah datangi dia, dia menunggu di luar,” ucapnya dengan kedikan bahunya acuh.Briana terdiam sejenak, lalu dengan terpaksa dia pun bangkit dari duduknya dan melangkah untuk pergi ke luar dimana Morgan tengah duduk disofa menunggunya. Sebelum menghampirinya dia menghela nafasnya terlebih dahulu dan melangkah mendekati Morgan.“Ada apa?” tanya Briana dengan wajah muaknya.“Briana, apa aku menganggumu?” tanya Morgan cemas, dia berdiri dan menatap wanita yang begitu dia cintai namun sayang kini telah menjadi seorang mantan karena kesalahannya yang fatal.“Y
BUGHWajah Dev menyamping ke kanan, dia mengusap sudut bibirnya yang terasa amat perih karena pukulan yang kuat dari Sang Kakak--Morgan. Dia yang baru saja pulang setelah mengurus bisnis sampai larut malam, dia pikir semua anggota keluarga nya sudah tertidur mengingat waktu yang sudah sangat malam. Namun, ternyata mereka masih terjaga dan dengan secara tiba tiba Morgan memukul wajah Dev dengan amat kasar. Dev menatap sang kakak dengan bingung, kenapa wajah kakaknya terlihat sangat marah padanya? Apa yang membuat kakaknya marah? Dan apa maksud dari pukulan itu? Seumur umur tidak ada yang berani memukul wajahnya, dia yang tidak Terima pun hendak membalas pukulan sang kakak tetapi Ibunya langsung mencegah. "Ada apa? Kenapa kau tiba tiba memukul ku? " sentak Dev tak Terima. "Ada apa maksudmu? Apa kau tidak tahu apa kesalahan mu? " teriak Morgan marah. "APA?! BICARA YANG BENAR! " bentak Dev dengan nafas yang memburu marah. "Sial, adik sepertimu memang sangat kurang ajar, saking kura
"Ini kamar anda Tuan, silahkan beristirahat," ucap Briana dengan membuka pintu kamar hotel untuk Dev. Kalau saja bukan karena perintah dari atasannya, dia tidak akan mau mengantar Dev ke kamarnya. Dev menganggukkan kepalanya pelan, dia pun melangkah masuk kedalam kamarnya, sebelum dia memutuskan untuk beristirahat di hotel ini dia sudah menyuruh sekretaris nya untuk pergi ke perusahaan terlebih dahulu. Tentu saja sang Sekretaris paham betul dengan apa maksud dari tuannya itu. "Saya pamit undur diri, saya harap anda akan nyama--Dev. " seru Briana di akhir kalimat, dia kaget saat Dev malah menariknya untuk Ikut masuk kedalam kamar hotel tersebut. "Stop untuk berbicara formal padaku, itu tidak nyaman," sungut Dev kesal. "Maaf Tuan---""Briana! " panggil Dev penuh perintah. Briana menghela nafasnya pelan, dia pun menatap Dev dengan santai dan berusaha menghilangkan sifat formalnya pada Dev. "Apa mau mu? " tanya Briana dengan manik yang terlihat jengah. "Aku lihat kinerja kerjamu sa
Dev berjalan dengan angkuh melewati karyawan karyawan yang menyambut kedatangannya, hari ini dia diresmikan menjadi pewaris perusahaan milik sang ayah yang di bangun begitu megah di tengah kota padat. Dev menatap ke sekeliling, dengan wajah datarnya dia melihat semua karyawannya, lalu terfokus pada karyawati yang terlihat menarik. Tidak sia sia Dev menerima perusahaan ini karena di pikir pikir semua Karyawati disini menarik, tentunya mereka terlihat sangat tampan. "Antarkan aku keruangan," ucap Dev pada sekretaris yang bernama Liona, dia adalah sekretaris yang setia mengikuti dia kemana pun, dan tentunya Sekretaris itu di pilih langsung oleh Ayahnya. Sampainya di ruangan, Dev membuka jas formalnya, dia menatap papan nama yang terdapat nama lengkap berserta marganya tertera disana. Bangga, itu yang dia rasakan karena setelah bertahun-tahun akhirnya Dev menduduki kursi kebesaran itu. Ah Dev merasa senang sekarang. "Sekali lagi saya mengucapkan selamat untuk anda Tuan, kerana sete
"Briana! "Tubuh Briana dan Dev tersentak kaget, mereka berdua sama-sama menoleh pada pintu kamar mandi. Dengan tergesa-gesa Briana menarik baju lengannya yang sudah merosot akibat Dev. Lalu dia pun merapihkan rambut dan bajunya yang hampir saja terlepas dari tubuhnya. Ini adalah hal gila menurut nya, dia hampir saja mengulangi malam kemarin bersama Dev, kalau saja Eve tidak datang mengetuk pintu mungkin kejadian malam tadi akan terulang. Di tatap nya wajah Dev yang terlihat sangat santai, tidak ada penyesalan apa pun setelah dia hampir saja menduri Briana di kamar mandi. "Bagaimana ini? Mommy datang," bisik Briana cemas. "Tidak perlu cemas," jawab Dev dengan acuh. Briana mendengus sebal mendengar itu, dia pun mendorong tubuh Dev untuk bersembunyi di bilik yang terdapat garden menutupinya. Sedangkan Dev, dia masih terlihat sangat santai, dia diam saja sambil bersembunyi di balik bilik permandian. Ternyata seseru itu bersembunyi seperti ini. Dia seperti seorang selingkuhan yang