Claire masih sibuk berdebat dengan hatinya. Sibuk memikirkan jawaban atas pertanyaan Revel saat satu suara ikut meramaikan suasana.
“Kamu memang tidak punya daddy! Apa kamu pernah melihat daddymu? Tidak pernah kan? Dipanggil Tuhan? Itu hanya sebuah kebohongan! Bahkan seluruh anak dan orangtua disini tau kalau kamu memang anak haram!” balas Andrew sadis.Ya Tuhan! Bagaimana mungkin anak kecil seperti Andrew bisa mengucapkan kalimat sekasar itu pada anak lain yang seusia dengannya? Bagaimana bisa seorang anak kecil mengatakan kalimat seburuk itu pada teman sekelasnya?“Andrew bohong kan, Mom? Aku punya daddy kan, Mom?”Pertanyaan Revel yang bernada mendesak membuat Claire dilema. Bingung harus menjawab apa atas pertanyaan Revel barusan? Apakah Claire harus mengiyakannya? Tapi jika begitu, Revel pasti akan bingung saat Claire memberi penjelasan tentang status Levin yang sesungguhnya kan? Astaga! Kepala Claire langsung berdenyut pusing seperti mau pecah hanya karena kebLevin mengumpat kesal saat Claire turun begitu saja dari mobilnya dan melesat pergi, tanpa menunggu Levin. Wanita itu seolah tidak sadar kalau yang mengantarnya adalah Levin, calon suaminya, bukan supirnya! Damn! Padahal Levin tidak mengetahui seluk beluk ruangan di sekolah Revel. Levin bahkan belum mendapatkan petunjuk tentang keberadaan putranya karena sepanjang perjalanan tadi hanya didominasi oleh keheningan dan kegelisahan! Tidak heran kalau Levin perlu waktu cukup lama untuk mencari keberadaan Claire serta Revel. Langkah kaki Levin terhenti saat telinganya mendengar suara Claire yang menyiratkan rasa kesal yang teramat sangat. Saat itu juga Levin tau dimana keberadaan calon istri dan putranya! Namun gerakan tangan Levin yang hendak membuka pintu terhenti saat ada suara lain mengucapkan kalimat yang membuat amarahnya seketika menggelegak! “Anda sendiri pun tidak bisa memberi contoh yang baik! Buktinya anda memberi contoh buruk karena hamil diluar nikah
Claire masih sibuk berdebat dengan hatinya. Sibuk memikirkan jawaban atas pertanyaan Revel saat satu suara ikut meramaikan suasana.“Kamu memang tidak punya daddy! Apa kamu pernah melihat daddymu? Tidak pernah kan? Dipanggil Tuhan? Itu hanya sebuah kebohongan! Bahkan seluruh anak dan orangtua disini tau kalau kamu memang anak haram!” balas Andrew sadis.Ya Tuhan! Bagaimana mungkin anak kecil seperti Andrew bisa mengucapkan kalimat sekasar itu pada anak lain yang seusia dengannya? Bagaimana bisa seorang anak kecil mengatakan kalimat seburuk itu pada teman sekelasnya? “Andrew bohong kan, Mom? Aku punya daddy kan, Mom?”Pertanyaan Revel yang bernada mendesak membuat Claire dilema. Bingung harus menjawab apa atas pertanyaan Revel barusan? Apakah Claire harus mengiyakannya? Tapi jika begitu, Revel pasti akan bingung saat Claire memberi penjelasan tentang status Levin yang sesungguhnya kan? Astaga! Kepala Claire langsung berdenyut pusing seperti mau pecah hanya karena keb
Jawaban Claire sempat membuat Levin terpaku sejenak. Berkelahi? Sejak kapan putranya yang cerdas dan penurut berubah jadi berandalan? Bukankah selama ini Revel selalu menjadi anak baik dan penurut? Apa yang menyebabkan putranya jadi seliar ini? Apakah sifat buruk Levin perlahan menurun pada putranya? Semoga tidak! Namun Levin tidak bisa berlama-lama tenggelam dalam rasa kagetnya karena Claire sudah melesat pergi hendak meninggalkannya. “Aku akan antar kamu, Claire!” Sepanjang perjalanan hanya ada hening. Claire terlihat gelisah. Jari jemarinya saling bertaut erat. Claire pun tidak berhenti menggigiti bibirnya, kebiasaan yang selalu wanita itu lakukan saat rasa gelisah melanda hatinya.Pelan tapi pasti, salah satu tangan Levin menggenggam tangan Claire, hendak menenangkan wanitanya dalam diam. Meski rasa penasaran sedang menggerogoti hatinya, tapi Levin tau kalau ini bukanlah saat yang tepat untuk bertanya pada Claire, jadi lebih baik bersabar. Toh, sebentar lagi m
Dua minggu kemudian…Claire membereskan barang-barang di mejanya. Waktu berlalu dengan cepat dan sekarang adalah hari terakhir Claire bekerja di perusahaan ini. Jujur, hatinya terasa berat saat harus meninggalkan ruangan ini. Ruangan yang didapatkannya dengan susah payah sejak Claire berhasil membuktikan kemampuannya dan menjadi SFE. Ruangan yang menjadi saksi bahwa sesulit apapun masalah dan gunjingan yang harus dihadapinya, tapi Claire berhasil melewatinya dan keluar sebagai pemenang. Tidak bisa dipungkiri kalau sebenarnya Claire menyukai perusahaan ini. Perusahaan yang bersedia memberinya kesempatan. Perusahaan yang membantunya disaat Claire hampir kehilangan harapan karena gagal dalam beberapa kali interview di perusahaan sebelumnya. Perusahaan yang membantu Claire saat dirinya membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan Revel yang saat itu masih ada di dalam kandungannya. Tapi hari ini, Claire terpaksa harus melepaskannya.
Keesokan harinya…Revel menatap heran keberadaan Levin di ruang tamu rumahnya. Sedangkan Claire menatap keadaan Levin sambil berdecak, kesal karena pria itu memberi contoh yang buruk pada Revel. Bagaimana mungkin Levin mabuk-mabukan dan menjadikan rumahnya sebagai tempat peristirahatan hingga putra mereka bisa melihat kelakuan daddynya? Sungguh ceroboh! “Uncle Levin?”Tidak ada jawaban. Hanya ada dengkuran lirih yang terdengar karena Levin masih asyik dengan dunia mimpi. Tidak menyadari kalau Revel dan Claire ada di dekatnya. “Uncle!” panggil Revel lagi. Kali ini lebih keras dari sebelumnya. Bahkan bocah cilik itu sengaja menggoyangkan bahu Levin agar dapat menarik perhatian sang daddy! Usahanya membuahkan hasil karena Levin mulai membuka mata meski terlihat ogah-ogahan karena matanya masih terasa berat didera kantuk. “Bangun, Uncle! Ini sudah siang!” Revel terus memanggil dengan gigih hingga Levin terpaksa membuka mata, namun baru satu detik, pria i
Nick mendengarkan seluruh penjelasan Levin tanpa sekalipun menginterupsi. Memposisikan diri sebagai pendengar yang baik. Apalagi ada banyak hal yang menjadi tanda tanya baginya. Tangannya terkepal erat. Akhirnya setelah bertahun-tahun berlalu, kini semuanya menjadi jelas! Bukan hanya sekedar dugaan atau kecurigaan!Tapi ada saksi mata atas kelicikan yang dilakukan Mia terhadap Claire! Saksi mata yang menjadi bukti nyata kalau Mia memang menyusun rencana untuk menjebak Claire! Dasar wanita licik! “Kenapa kamu tidak pernah mengatakan apapun? Kenapa selama ini kamu bersikap seolah tidak mengetahui apa-apa?” selidik Nick.“Entahlah, awalnya aku berencana ingin menyelidiki apa motif Mia tanpa sepengetahuan Claire, tapi rencanaku berubah karena tanpa sadar aku terlalu fokus memikirkan cara agar dapat menaklukkan hati Claire. Namun meski begitu, aku tetap mengawasi Mia, maka dari itu saat jebakan kedua di hari pesta ulang tahun Sasha, aku berhasil menggagalkan rencana bu