Keesokan paginya…
Claire terbangun dengan tubuh remuk disertai sedikit rasa nyeri di area sensitifnya akibat aktivitas gilanya dengan Levin semalam. Rasa pegal di sekujur tubuhnya membuat Claire malas bergerak, namun Claire tidak ingin mengikuti rasa malasnya.Wanita itu turun dari ranjang. Memutuskan untuk mandi.Semalam, saking lelahnya, Claire sampai tidak sanggup membersihkan diri.Apalagi semalam mereka sempat berdebat karena Levin memintanya untuk tidur di kamar, bahkan di ranjang yang sama. Permintaan yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Claire. Tidak ingin mengambil resiko. Tidak ingin diinterogasi oleh Susan jika mereka sampai ketahuan pagi ini.Meski secara status Susan adalah asisten rumah tangga, tapi Claire sudah menganggap Susan sebagai keluarganya, bahkan pengganti mommy Adele karena wanita itulah yang sudah mengurusnya sejak kepergian mommy Adele.Claire yakin kalau Susan pasti akan bertanya macam-macam jika mengetahui dirinya tidu“Tidak bisakah kita tinggal di Melbourne saja?” tanya Claire, berusaha membujuk, meski sadar kalau bujukannya sia-sia belaka, tapi tidak ada salahnya mencoba kan?“Tidak bisa, Claire. Kamu tau kan kalau kedatanganku ke negara ini hanya sementara? Banyak hal yang harus aku lakukan di Indonesia. Aku harus bertanggung jawab penuh terhadap perusahaan. Jadi tolong untuk kali ini jangan membantahku. Bisa kan?” Claire terpaksa mengangguk. Ya, dirinya tidak boleh egois. Selama ini Levin selalu menuruti kemauan Claire dan bersabar menghadapi sikapnya, jadi kali ini Claire harus bisa melakukan hal yang sama. Apalagi dirinya sadar kalau Levin memiliki tanggung jawab besar yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. “Baiklah. Aku akan mengurus surat kepindahan Revel secepatnya.”“Good! Aku harap dalam minggu ini kita bisa kembali ke Indonesia. Aku tidak sabar ingin segera menghadap daddy Alex agar bisa menikahimu secepatnya!” Claire tersipu sambil mengangguk. Melihat betapa
Levin menatap Claire yang menghela nafas lega. Setelah penjelasan panjang yang membuat jantung mereka berdebar karena sibuk menebak bagaimana respon Revel, akhirnya semua berakhir manis karena Revel bisa menerima kehadiran Levin dengan tangan terbuka, tanpa ada penolakan. Bahkan putranya ingin agar mereka tinggal bersama, hal yang juga sangat diinginkan oleh Levin sejak lama. Saking leganya, Levin sampai tidak bisa menggambarkan kebahagiaan yang melingkupi hatinya dengan kata-kata. “Akhirnya tidak ada lagi hal yang perlu kita tutupi dari Revel.”“Hmm… aku lega. Terima kasih karena kamu telah menemaniku saat memberi penjelasan pada Revel. Terima kasih karena telah menjadikanku sebagai prioritas dalam hidupmu. Aku sangat menghargainya.”“Sejak dulu, kamu selalu menjadi prioritas utama dalam hidupku. Kamu dan Revel lebih penting dari apapun juga.” Claire tersenyum tipis hingga suara Levin kembali terdengar. “Tapi masih ada satu hal yang aku tunggu dari Revel
Revel terdiam, matanya menatap bergantian ke arah Claire dan Levin. Masih enggan percaya. Mungkin takut dibohongi untuk yang kedua kalinya. “Kali ini mommy tidak bohong kan?”Itulah pertanyaan Revel. Ingin meyakinkan diri kalau apa yang telinganya dengar kali ini memang kenyataan, bukan lagi kebohongan seperti dulu. “Tidak, Sayang. Kali ini mommy tidak bohong. Uncle Levin memang daddy kamu.”Mata polos itu kini menatap Levin lekat-lekat. Seolah sedang menimbang-nimbang apakah dirinya bisa menerima kehadiran Levin atau tidak. Tatapan yang membuat Levin panas dingin. Demi Tuhan, tatapan Revel seolah ingin menguliti isi hatinya. “Apa benar uncle adalah daddy kandungku?”“Benar, Revel. Maaf karena da… uncle baru hadir saat kamu sudah sebesar ini.”Levin hampir saja keceplosan mengucap kata ‘daddy’, namun untung dirinya masih sempat meralat ucapannya. Levin tidak ingin terkesan memaksa Revel. Meski dirinya sangat ingin mendengar Revel memanggilnya dengan se
Satu jam kemudian…Claire menoleh saat langkah kaki Revel terdengar menuruni tangga dan wajah putranya, yang terlihat sembab akibat menangis tadi, muncul di hadapannya. Dengan malas Revel mengucek mata dan berjalan menuju sang mommy.“Halo, anak mommy sudah bangun? Bagaimana tidurnya? Nyenyak?”Tidak ada jawaban. Hanya anggukan kecil. Wajah Revel pun masih tampak murung.Claire menghela nafas pelan. Wanita itu mendekati putranya, mengajaknya duduk di ruang tamu dan memeluknya dengan penuh sayang. “Apa kamu masih memikirkan ucapan Andrew tadi?”“Apa benar aku anak haram, Mom?” tanya Revel lirih, tanpa menjawab pertanyaan Claire sebelumnya. Nada suara putranya sarat akan rasa kecewa dan sakit hati. Claire tertegun, biasanya Revel tidak pernah mengabaikan pertanyaannya. Tak urung pertanyaan Revel membuat Claire gelisah karena dirinya sadar kalau beberapa menit lagi Claire harus berani mengungkap kenyataan pada putranya. Tidak mungkin ditunda lagi atau
Levin melangkah mantap menuju mobil sambil tangan kanannya tetap menggandeng Claire, sedangkan tangan kirinya menggendong Revel dengan mudah. Di dalam mobil, Revel masih terdiam. Isak tangisnya sudah tidak terdengar, hanya wajahnya saja yang terlihat sembab dan murung membuat Levin merasa trenyuh! Tidak tega melihat putranya sedih seperti ini. Namun di sisi lain, ada satu hal yang membuat hati Levin menghangat yaitu karena Revel tidak melepaskan pelukannya sejak tadi hingga Levin harus menunggu. Dirinya tidak mungkin mengemudi dengan Revel di dalam pelukannya kan? Sedangkan Claire hanya bisa melihat pemandangan di hadapannya dengan hati perih. Baru kali ini Revel terlihat sesedih dan semurung ini di hadapannya, padahal biasanya putranya selalu terlihat ceria dan penuh tawa. Kenyataan itu menunjukkan bahwa ejekan Andrew tadi benar-benar membuat hati Revel merasa terluka! Luka yang terjadi akibat kebodohan dan keegoisannya di masa lalu! Lihatlah apa yang terja
Levin mengumpat kesal saat Claire turun begitu saja dari mobilnya dan melesat pergi, tanpa menunggu Levin. Wanita itu seolah tidak sadar kalau yang mengantarnya adalah Levin, calon suaminya, bukan supirnya! Damn! Padahal Levin tidak mengetahui seluk beluk ruangan di sekolah Revel. Levin bahkan belum mendapatkan petunjuk tentang keberadaan putranya karena sepanjang perjalanan tadi hanya didominasi oleh keheningan dan kegelisahan! Tidak heran kalau Levin perlu waktu cukup lama untuk mencari keberadaan Claire serta Revel. Langkah kaki Levin terhenti saat telinganya mendengar suara Claire yang menyiratkan rasa kesal yang teramat sangat. Saat itu juga Levin tau dimana keberadaan calon istri dan putranya! Namun gerakan tangan Levin yang hendak membuka pintu terhenti saat ada suara lain mengucapkan kalimat yang membuat amarahnya seketika menggelegak! “Anda sendiri pun tidak bisa memberi contoh yang baik! Buktinya anda memberi contoh buruk karena hamil diluar nikah