Share

Bab 3

Kak Febri sudah dua tahun tidak di Jakarta lagi, ya biar lah, biarkan dia kuliah di Jogjakarta. Aku pun di sini akan serius menjalani kuliahku. Semoga saja aku bisa menjalin cintaku jarak jauh dengan Febri. Karena dari beberapa pacar di SMA hanya Febri yang serius padaku, begitu juga dengan aku. Tapi jujur aku takut kehilangan Febri seperti kehilangan Patra dulu. Pacaran jarak jauh itu terasa susah dan tidak mudah pastinya.

Dua tahun kak Febri selalu memperhatikan aku, walau dari jauh. Menelepon aku, bercanda setiap sebelum tidur, kadang bercerita kepada mama dan papa.

*****

Tapi siang tadi Kiki memberi info ke aku, kalau ada yang memendam hati kepadaku di kampus, dia anak teater, dan menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa. Ya abaikan saja, hatiku pun sudah terikat dan terlanjur sayang dengan Febri tidak terpikir olehku untuk mencari pacar baru pengganti kak Febri. Mungkin itu susumbarku untuk saat ini.

"Yan, nanti Kamu mau ikut acara malam penerimaan mahasiswi baru tidak? acaranya malam minggu nanti di Pantai Karang Asri."

"Aduh, Aku belum izin sama papa Ki, siapa saja yang akan ikut teman-teman kita?"

"Ada Lili, Heni, Zakiyah, Sari, Ita, Lila, Susnita hampir semua ikut sih."

"Oh begitu, ya nanti deh aku coba izin ke Papa dan Mama dulu ya, semoga saja Aku di izinkan pergi ke sana oleh mereka."

Kring....kring.... ponsel aku pun berdering, memecah kesunyian kami.

"Kak Febri telepon Ki, sebentar ya aku angkat teleponnya dulu, aku juga mau izin ke dia kalau kita besok akan ke pantai."

"Ya, aku ke Perpustakaan dulu ya Yanti, Byee."

“Ok Ki, sampai nanti ya.”

Aku pun mengangkat telepon yang sejak tadi berdering.

"Halo Sayang, lagi apa di Jogjakarta? aku kangen, kok baru telepon sih."

"Iya Sayang, maaf ya lagi banyak tugas kemarin, Kamu baik-baik saja kan di sana Yanti?"

"Iya, aku sehat di sini, aku sudah mulai ospek minggu ini, dan Alhamdulillah aku suka dengan suasana kampusnya."

"Syukurlah, Kamu jangan nakal ya di sana, ingat loh aku sayang sekali sama Kamu, ya sudah lanjutkan kuliahmu, nanti kakak SMS atau telpon lagi ya."

"Iya Sayang, hati-hati ya di sana Emuah, I Love You."

Masih selalu romantis, walau sama-sama jauh. Ya semoga saja kami bisa sama-sama setia.

Malam ini acara malam Ospek di Kampusku. Akhirnya aku di izinkan ikut oleh papa dan mama. Grupnya telah di acak-acak oleh kakak kelas, jadi aku dan Kiki tidak bisa sama-sama. Ada acara api unggun, semua Team harus membuat yeal-yeal, tarian dan aneka lomba lainnya.

"Halo cantik..."

Sapa seseorang pria di belakang bahuku, aku pun melepaskan tangannya yang ada di bahuku ini. Agak sedikit menjengkelkan tingkah lakunya dan aku merasa tidak suka.

"Ya, ada apa ya Kak?"

"Duh galak amat, tidak apa-apa, hanya ingin berkenalan saja boleh kan?"

"Ya boleh kalau hanya mau berkenalan, ini kan sudah ada papan namanya Kak."

"Oh iya si Cantik Yanti, Kamu ambil jurusan apa Dek di kampus ini?”

"Aku ambil jurusan Sastra Inggris."

"Oh gitu, kenalkan aku Adam, kakak kelasmu, aku ambil jurusan Sastra Jepang, maju ke depan yuk, tolong nyanyikan lagu potong bebek angsa, lirik lagunya di ganti pakai i semua ya belakang katanya."

“Iya Kak Adam.”

Sial, aku di kerjai nih (dalam hatku bergumam). Riuh tepuk tangan teman-teman aku satu angkatan. Ada yang menertawakan aku saat salah, dan mereka sangat menikmati mempermalukan aku, dan di tambah ke jahilan Adam yang menghukum aku untuk memegang kuping sambil jongkok selama lima menit karena kesalahanku tersebut. Duh apesnya malam ini. Benar-benar malu jadi bahan lulucon ospek.

Ramai sekali acara ospek malam ini, ya biarlah aku menjadi artis dadakan dan menjadi hiburan teman-teman di depan api unggun tadi. Kiki pun menghampiriku, dengan wajah seakan-akan ingin mengejekku sambil menahan tawanya.

"Sudah Ki, jangan senyum-senyum seperti itu, aku lapar nih kita cari camilan yuk?"

Lagi-lagi si Adam mendekat kepada kami.

"Halo Yan, maaf ya tadi keisengan aku, ini kakak bawakan makan malam, tadi sekalian kakak beli nasi goreng di sana, sebagai ucapan maaf ya, jangan marah begitu dong nanti hilang loh cantiknya."

Aku tak menjawab apa-apa hanya melirik dengan lirikan yang sinis saja.

"Lagi marah Dia rupanya, halo temannya Yanti ya? Siapa namanya Dek?"

"Kiki Kak."

"Dek Kiki tolong sampai kan, nasi goreng spesial pakai telurnya untuk Dek Yanti ya, bilang ada ucapan maaf dari Adam, ini tolong di terima, tapi maaf kak Adam cuma bawakan satu saja, tapi bisa kok di makan sama-sama dengan Kiki, Kak, lanjut Ospek anak-anak lainnya dulu ya."

"Ceille...Yanti, tampaknya itu Arjuna yang mengincar Kamu Yan."

"Duh jangan deh Ki, kasihan kan Kak Febri yang jauh-jauh di sana."

"Kalau untuk hiburan enggak apa - apa kali Yan, dari pada kamu sepi di sini, belum tentu Febri di Jogjakarta juga setia, You Know lah laki-laki bagaimana? Sama kan seperti Patra dulu, lama-lama hilang kabarnya.”

"Duh apa sih Ki, jangan deh semoga enggak terbesit pikiran nakal itu."

"Nih nasi gorengnya dimakan, lumayan kan untuk ganjal perut kita malam ini? tapi ya di lihat-lihat si Adam boleh juga loh, doi manis."

"Ya sudah boleh kok di ambil, aku mah sudah ada Febri."

"Awas ya Kamu kalau besok klepek-klepek sama Adam, aku kenal siapa kamu Yanti, sejak Sekolah Menengah Atas dulu, paling bentar lagi bakal jatuh cinta ke si Adam."

"Iya sih terkadang terbesit seperti itu, aku iri terkadang kalau lihat Kalian pacaran, sudah buang nih sampah bungkus nasinya, tiduran yuk ke tenda, sudah sangat pegal badanku."

“Ya ayo, kita tidur Yan.”

Ke esokan harinya.

"Yanti, bangun Yan sudah pagi, Kiki dan Yanti kalau tiduran sudah kayak kebo."

"Is, enak saja, kenapa sih masih subuh kali, sudah pada ribut saja."

"Duh Kiki kalian mau pada di hukum lari di tengah pantai sama kak Adam?"

"Jangan dong Kak Adam, kan ospeknya sudah selesai tadi malam, hari ini kan hari bebas, jadi bebas dong kita main-main di pantai sebelum pulang dengan sesuka hati."

"Aduh Ki, ribut banget sih...masih pagi ini."

Aku masih ingin tidur dan menarik selimutku, tersadar tidur di dalam tenda dan cuaca dingin di tepi pantai.

"Lihatlah Nona yang cantik dan malas, ini sudah pagi, lekas cuci muka dan ambil jatah sarapan Kalian."

"Duh Ki, Dia lagi, Dia lagi."

"Iya Aku akan mengganggumu tiap hari Tuan Putri, ingat-ingat wajah Kak Adam yang imut ini ya."

"Aduh, terima kasih deh Kak, ayo Ki bangun, kita lihat pemandangan pantai Yuk, mungkin lebih indah dari pada di sini."

"Jahilnya Yanti kepadaku, bilang Ki jangan jahat nanti Dia jatuh cinta sama Kakak, iya deh Kak pergi dulu ya, awas itu Kalian di makan ikan julung-julung nanti di pinggir pantai enggak ajak-ajak Kakak."

"Biarin."

Aku bergegas mencari dan memakai sandal jepit ku, mengambil hp dan kamera dan bergegas keluar dari tenda.

"Kesel ih Ki, ganggu selalu Si Adam itu."

"Ya kan sudah di bilang in, dia itu suka berat ke kamu, cowok itu bakal mengejar terus Say kalau lagi tergila-gila, pasti sebentar lagi Kamu bakal jadi target untuk di tembak, siap-siap saja deh Yanti."

"Hayu ah kita foto dulu di sana, aku bawa kamera ini, biar kita ada kenang-kenangan. Di sana itu Ki di batu karang bagus tampaknya."

"Yupp ayolah, setelah itu kita berenang ya biar seru."

“Iya, asal nggak ada ikan julung-julung.”

“Yeah, inget dia kata-kata Adam.”

Aku dan Kiki bermain di pantai, dari kejauhan nampak Adam yang terus memperhatikan kami, entah apa yang aku rasakan kini, nampak canggung, Gede Rasa jadinya di perhatikan Adam. Ya ampun jangan sampai aku tergoda dan mulai membagi hati kepada Adam. Kak Febri, kenapa sih harus kuliah di Jogjakarta, andai tetap di sini saja, di Jakarta dan di samping Yanti. Pasti mata aku akan terus terjaga dan fokus. Tidak tergoda seperti ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status