Home / Romansa / Saudara Angkatku, Rivalku / Kilau Yang Tak Berarti

Share

Kilau Yang Tak Berarti

Author: DAUN MUDA
last update Huling Na-update: 2025-08-07 11:34:40

"Maaf, Zay. Aku nggak mau dimarahin Kak El gara-gara dansa sama kamu." Tolak Isyana dengan memandang Elira. 

Kemudian Zayed menghampiri Elira dan berkata, "Hanya satu tarian, El. Lagi pula Isyana itu adikmu dan pasienku. Buang cemburu butamu itu!" 

Tidak mau berdebat, kemudian kepala Elira mengangguk dengan terpaksa. 

Hatinya berubah panas ketika melihat gerakan mereka selaras. Tatapan Zayed hangat dan penuh perhatian. Bagi Elira, pesta ulang tahun Zayed adalah kuburan diam-diam bagi hubungan mereka.

Setelah mereka selesai berdansa, Elira melangkah cepat. Gaunnya menyapu lantai marmer saat menghampiri Zayed yang tersenyum pada Isyana.

“Bisa bicara sebentar?” Tanyanya dengan ekspresi menahan kesal.

Zayed menoleh tanpa terkejut. “Nanti aja. Aku ---”

“Sekarang!”

Kemudian Zayed mengikuti Elira dengan langkah lebar. Mereka menuju taman belakang, jauh dari sorotan lampu pesta.

“Apa kamu sadar apa yang kamu lakuin malam ini, Zay?” Elira berusaha tenang dan menahan suara yang bergetar.

“El, itu cuma ---”

“Di depan semua orang. Di ulang tahunmu. Kamu biarin perempuan lain, yang bukan tunanganmu, justru berdansa sama kamu!”

Zayed menghela nafas. “Kamu terlalu pecemburu, El. Kamu ngira semua orang pengen ngerebut aku dari kamu! Ini bukan cinta lagi! Tapi rasa amanmu yang terganggu!”

Elira tertawa pahit. “Apa katamu?! Kamu pikir aku gila?!”

Zayed mendekat. Tatapannya kini berubah tajam.

“Elira, kalau kamu terus kayak gini, aku bakal nyuruh kamu menjalani evaluasi psikologis! Kamu lagi tenggelam dalam kecemburuan yang destruktif! Ini bahaya buat kamu dan orang lain!”

Elira terdiam. Bibirnya tidak bergerak, tapi matanya perlahan berkaca-kaca. Bagaimana bisa Zayed menuduhnya seperti itu.

“Kamu tahu keluargaku punya klinik pemulihan di Bandung. Di sana, banyak perempuan dengan tekanan emosional kayak kamu bisa sembuh.”

Lalu Zayed pergi meninggalkan Elira begitu saja.

Itu adalah ucapan paling sakit yang Elira terima. Dia sudah tidak kuat lagi meneruskan hubungannya dengan Zayed.

Tanpa basa basi, Elira melepas cincin pertunangan dari jari manisnya. Emas putih dengan berlian bundar yang dulu diberikan Zayed. Kini tak lebih dari sekedar barang yang membuatnya teringat akan luka masa lalu.

"Aku mau kita selesai, Zay."

Dua puluh lima tahun yang lalu, suster rumah sakit salah memberikan gelang pada Elira dan Isyana. Sejak saat itu, Elira diasuh oleh sepasang suami istri dengan banyak anak dan hidup dalam kesederhanaan. Sedang Isyana dirawat layaknya putri mahkota keluarga Hananta.

Seiring berjalannya waktu, dua tahun yang lalu, keluarga Hananta menemukan fakta mengejutkan jika Isyana bukan putri mereka. 

Namun saat Dion dan Yovana Hananta, bertemu dengan Elira, putri kandung mereka yang tertukar selama dua puluh lima tahun lalu, tidak ada wajah antusias. Tangan mereka tetap mendekap erat Isyana karena ikatan itu tidak bisa dilupakan begitu saja sekalipun Isyana bukan putri kandung mereka.

Sebagai bentuk tanggung jawab, mereka menyuruh Elira tinggal di rumah megah keluarga Hananta. Namun jarang mengajaknya berbicara karena Isyana selalu menunjukkan air mata kepedihannya lebih dulu.

Satu hari ketika keluarga Sagala berniat menjodohkan Zayed Sagala dengan Isyana, dengan lantang Isyana menolak. Ia mengira Zayed adalah pria tua yang tidak laku menikah. Akhirnya, Elira yang disodorkan untuk menggantikan Isyana.

Perkenalan mereka cukup positif dan Elira mulai jatuh cinta. Namun lima bulan yang lalu saat Isyana melihat pertunangan Elira dengan Zayed, dia menyesali keputusanya.

Zayed terlalu tampan untuk ia lewatkan.

Sejak itulah dia berusaha melakukan segala cara untuk mendapatkan perhatian Zayed. Bahkan mengaku memiliki gangguan depresi karena kehadiran Elira di keluarga Hananta yang membuat posisinya tergeser. Ia menjual kesedihannya pada siapapun.

Elira berusaha membela diri namun berakhir kalah. 

Saat pesta ulang tahun Zayed belum usai, Elira memilih pulang tanpa berpamitan. Setibanya di kamar, ia meletakkan cincin pertunangannya secara sembarang di atas meja rias.

“Aku nggak sakit, Zay. Tapi aku disakiti. Olehmu.”

Tidak berapa lama kemudian, keluarga Hananta baru pulang dari pesta ulang tahun Zayed. Tampak Isyana dengan mata basah dan garis bibir melengkung ke bawah. Pundaknya di dekap sayang oleh ibu kandung Elira.

“El, kenapa kamu tega bikin Isyana nangis? Dia cuma dansa sama calon kakak iparnya, apa itu salah?”

“Ma, aku ---”

“Sudah! Penjelasanmu nggak penting! Pikir aja sendiri resepsi pernikahanmu sama Zayed!”

Ayah, ibu, dan kakak kandung Elira melewatinya begitu saja. Dan itu cukup membuat Elira tahu bahwa ia sebenarnya tidak memiliki tempat di hati mereka sekalipun memiliki pertalian darah.

Tidak kuat lagi, kemudian Elira mengirim pesan singkat kepada nomor tanpa nama.

Seseorang yang telah lama hilang dari hidupnya, yang dulu pernah memperingatkannya. Agar berhati-hati pada keluarga Hananta atau terperdaya pada pesona Zayed Sagala.

[Aku pengen pergi dari rumah keluarga Hananta. Aku butuh bantuanmu. Apa bisa kita ketemu?]

Namun sayang, nomer tanpa nama itu tidak membalas pesannya. Elira kembali tenggelam dalam kesedihannya. Dia tidak tahu pada siapa harus meminta bantuan untuk pergi. 

Ketika Elira sudah merasa tidak perlu melanjutkan hubungan dengan Zayed, bahkan jarang membalas pesannya, lelaki itu mendadak menghubungi. 

"El, bisa ke apartemenku bentar? Aku belum makan. Mau keluar tapi nggak tahu mau makan apa."

Elira terdiam sejenak. 

"Sayang, kamu kenapa sih jadi cemburuan? Aku serius lagi sibuk kerja buat masa depan kita. Kok kamu malah ngambek mulu."

"Zay, sekali aja kamu ngertiin aku!"

"Oke, fine! Aku minta maaf. Aku bakal perbaiki semuanya. Tapi tolong bawain makan malam ya?"

Elira akhirnya bersedia dan merasa mungkin Zayed ingin memperbaiki keadaan. Mungkin Elira terlalu gegabah memilih mengakhiri rencana pernikahan mereka. 

Dengan penuh cinta, Elira membuat steak daging kesukaan Zayed. Ditambah cuaca sedang hujan di luar, makanan itu bisa menjadi penghangat. 

Setelah siap dua kotak makan yang lezat, Elira kemudian menuju apartemen Zayed dengan menerjang hujan. Bajunya setengah basah saat keluar dari taksi. 

Tapi saat pintu apartemen terbuka, dia membeku. 

"Kak El baik banget. Makasih udah kirim makanan."

Isyana mengenakan celana pendek dan baju kebesaran Zayed, langsung meraih kotak makan itu begitu saja. Seolah-olah itu miliknya. 

Zayed segera menghampiri dan menjelaskan. 

"El, begini ceritanya. Isyana --- "

"Aku tahu, Zay." Sela Elira cepat, "Nggak apa-apa. Dia punya gangguan mental dan kamu adalah psikiaternya. Dia pasienmu, begitu kan?"

"El, ini benar-benar nggak disengaja. Kamu jangan salah ---"

Elira melepas tangan Zayed lalu melangkah mundur. Tapi tiba-tiba saja terdengar suara piring jatuh. 

"Kak Zayed! Kakiku kena pecahan piring! Berdarah!" Seru Isyana. 

Zayed segera berlalu untuk mengobati Isyana. Membiarkan Elira mematung di depan apartemennya sambil melihat betapa panik Zayed mengobati luka tak seberapa di kaki Isyana. 

"El, tolong bantu aku! Isyana terluka! Kamu jangan diem aja!"

Seruannya tidak membuat Elira maju untuk membantu. Dia justru menutup pintu apartemen Zayed kemudian pergi secepat mungkin. 

Di dalam taksi, dia menangis dan merutuki kebodohannya. Bahwa dirinya tidak lebih dari sebuah boneka bodoh yang bisa diperdaya sesuka hati Zayed.

Esok harinya, setiap hari senin seperti menjadi rutinitas tanpa komando, toko bunga mengirimkan mawar putih untuk Elira. Itu kebiasaan yang Zayed lakukan saat baru mengenal Elira, untuk menghangatkan hubungan mereka. Tapi dia sendiri tidak pernah membawakannya secara langsung selama menjalin hubungan. 

Bunga itu tiba namun Elira berkata pada pelayan rumah agar ...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Saudara Angkatku, Rivalku   Ciuman Berdalih Nafas Buatan

    Mereka menanyakan Elira ingin warna apa untuk pelaminan hingga konsep dekorasi pesta.Dengan air mata menetes, satu demi satu pesan itu ia buka, lalu dihapus tanpa balasan. Hatinya hanya menahan sesak.Sampai akhirnya, jemarinya berhenti pada nomor pencetak undangan. Bertanya model undangan seperti apa yang Elira inginkan.Ia hendak menghapus pesan itu begitu saja seperti pesan dari wedding organizer. Tapi ia berubah pikiran, kemudian mengetik sebuah pesan pendek yang sarat akan hatinya yang berkecamuk.[Saya ingin membatalkan seluruh pesanan undangan. Mohon maaf.]Pesan terkirim dan hati Elira terasa makin pedih dan hancur.Tapi ia tahu ini lebih baik dari pada bertahan dalam hubungan yang tidak bisa dipertahankan.Kemudian Elira merebahkan tubuhnya sambil memandang langit-langit kamar. Membiarkan air mata meleleh dari sudut matanya.Dalam keheningan kamar, pikirannya melayang jauh pada Zayed, Isyana, keluarga Hananta, dan Respati.Respati, pria sederhana yang tidak haus akan sorot

  • Saudara Angkatku, Rivalku   Saatnya Menyerah

    [Maaf, aku ada urusan mendadak. Tolong, antar Isyana pulang, Zay. Kalau Mama dan Papa marah, bilang aja aku yang nyuruh kamu nganter dia pulang.]Elira tidak peduli andai dihujat kembali oleh kedua orang tuanya demi Isyana. Lagi pula ia tidak pernah dianggap ada.Elira kemudian menepikan harga dirinya. Dia terus menghubungi nomer tanpa nama milik Respati Kanagara. Sudah puluhan kali panggilan ia layangkan dengan harapan Respati mengangkatnya.Karena hanya Respati yang bisa menolongnya. Meski ia banyak melukai lelaki itu di masa lalu. Dan akhirnya, panggilan itu terhubung setelah tujuh puluh sembilan kali.“Siapa ini?” Tanyanya dengan suara rendah.Elira gugup. “Aku … Elira.”Hening sejenak.“Oh … Elira Hananta?” Respati menyindir.Elira menghela nafas panjang.“Namaku Elira Putri. Bukan Elira Hananta.”Agar Respati tahu jika ia memiliki masalah dengan keluarga Hananta.“Ada angin apa tiba-tiba kamu nelfon aku, El? Aku pikir ini mimpi.”Menepikan rasa malunya, Elira membuka suara.“Aku

  • Saudara Angkatku, Rivalku   Ingin Mencakar Tunanganku

    "Buang aja," ucapnya dengan menunduk.Menyembunyikan matanya yang bengkak setelah menangis semalam.Pikiran Elira kembali ke moment saat Zayed memberinya gaun yang indah, tapi tidak pernah bertanya ukuran badannya. Dia memberi Elira jam tangan dari emas tapi tidak pernah bertanya apakah Elira menyukainya atau tidak.Sebenarnya hubungan mereka kering namun Elira selalu menafikkan. Pada kenyataannya, Zayed selalu punya kehangatan untuk Isyana.Padahal Elira yang selama dua tahun ini berada di sisinya hingga rela dibentuk ulang oleh keluarga Hananta agar pantas menjadi calon nyonya Sagala.Zayed bisa memarahi Elira jika nada bicara dan cara duduknya kurang tepat. Bahkan karena secuil kerutan di bajunya terkadang bisa menjadi masalah.Tapi pada Isyana, segalanya dimaafkan dengan sejuta alasan yang pada akhirnya membuat Elira sadar. Bahwa selama ini dia terlalu lama membohongi hatinya dan menganggap sikap Zayed memang seperti itu.“Gimana, Pa? Apa Isyana udah bisa dihubungi?” Tanya Nyonya

  • Saudara Angkatku, Rivalku   Kilau Yang Tak Berarti

    "Maaf, Zay. Aku nggak mau dimarahin Kak El gara-gara dansa sama kamu." Tolak Isyana dengan memandang Elira. Kemudian Zayed menghampiri Elira dan berkata, "Hanya satu tarian, El. Lagi pula Isyana itu adikmu dan pasienku. Buang cemburu butamu itu!" Tidak mau berdebat, kemudian kepala Elira mengangguk dengan terpaksa. Hatinya berubah panas ketika melihat gerakan mereka selaras. Tatapan Zayed hangat dan penuh perhatian. Bagi Elira, pesta ulang tahun Zayed adalah kuburan diam-diam bagi hubungan mereka.Setelah mereka selesai berdansa, Elira melangkah cepat. Gaunnya menyapu lantai marmer saat menghampiri Zayed yang tersenyum pada Isyana.“Bisa bicara sebentar?” Tanyanya dengan ekspresi menahan kesal.Zayed menoleh tanpa terkejut. “Nanti aja. Aku ---”“Sekarang!”Kemudian Zayed mengikuti Elira dengan langkah lebar. Mereka menuju taman belakang, jauh dari sorotan lampu pesta.“Apa kamu sadar apa yang kamu lakuin malam ini, Zay?” Elira berusaha tenang dan menahan suara yang bergetar.“El, i

  • Saudara Angkatku, Rivalku   Mengaku Gila Demi Mencuri Perhatian

    Berawal dari dikenalkan lalu menjadi tunangan.Lelaki tampan sekaligus psikiater itu, Zayed Sagala, akan menjadi suami Elira Hananta dua bulan lagi.Tapi akhir-akhir ini, obrolan Zayed terasa berbeda.“Isyana gadis yang rapuh, El. Dia butuh pendengar sejak kamu masuk dalam keluarga Hananta.”Suasana berubah tidak menyenangkan. Elira mencengkeram ponselnya dengan erat hingga buku-buku jarinya memutih.Lagi-lagi saudara angkatnya itu kembali mencari perhatian Zayed dengan mengatakan dirinya mengidap gangguan mental semi berat.Bahkan minggu lalu, Elira dan Zayed sempat bertengkar hebat karena hal serupa."Tapi kenapa kamu nggak bilang kalau ke Jepang, Zay? Kamu nggak nganggap aku lagi?"Beberapa hari yang lalu, Zayed memang pergi Jepang untuk mengikuti sebuah seminar kesehatan mental."Seminarnya mendadak banget, El. Makanya aku nggak bilang karena kamu pasti melarang. Lagipula, aku ke Jepang kan supaya bisa memberikan perawatan terbaik buat saudara kamu.""Tapi kan—""El, udahlah. Buan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status