Beranda / Romansa / Saudara Angkatku, Rivalku / Mengaku Gila Demi Mencuri Perhatian

Share

Saudara Angkatku, Rivalku
Saudara Angkatku, Rivalku
Penulis: DAUN MUDA

Mengaku Gila Demi Mencuri Perhatian

Penulis: DAUN MUDA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-03 11:13:52

Berawal dari dikenalkan lalu menjadi tunangan.

Lelaki tampan sekaligus psikiater itu, Zayed Sagala, akan menjadi suami Elira Hananta dua bulan lagi.

Tapi akhir-akhir ini, obrolan Zayed terasa berbeda.

“Isyana gadis yang rapuh, El. Dia butuh pendengar sejak kamu masuk dalam keluarga Hananta.”

Suasana berubah tidak menyenangkan. Elira mencengkeram ponselnya dengan erat hingga buku-buku jarinya memutih.

Lagi-lagi saudara angkatnya itu kembali mencari perhatian Zayed dengan mengatakan dirinya mengidap gangguan mental semi berat.

Bahkan minggu lalu, Elira dan Zayed sempat bertengkar hebat karena hal serupa.

"Tapi kenapa kamu nggak bilang kalau ke Jepang, Zay? Kamu nggak nganggap aku lagi?"

Beberapa hari yang lalu, Zayed memang pergi Jepang untuk mengikuti sebuah seminar kesehatan mental.

"Seminarnya mendadak banget, El. Makanya aku nggak bilang karena kamu pasti melarang. Lagipula, aku ke Jepang kan supaya bisa memberikan perawatan terbaik buat saudara kamu."

"Tapi kan—"

"El, udahlah. Buang cemburumu yang berlebihan itu. Ini murni masalah profesionalisme. Aku tutup telponnya ya, aku sibuk."

Elira menatap getir pada layar ponselnya yang kini menghitam.

Sejak ia kembali dan diakui sebagai putri kandung keluarga Hananta yang selama ini hilang, posisi Isyana yang dulu begitu menonjol perlahan tergeser. Selama bertahun-tahun, Isyana terbiasa menjadi pusat perhatian, tapi kini semuanya beralih pada Elira.

Hanya saja, Elira merasa kehadirannya tidak diinginkan.

Komunikasinya dengan Zayed juga terasa kaku dan hambar. Semuanya hanya berputar pada Isyana yang butuh perhatian lebih karena penyakit mental yang dideritanya.

Elira menghela napas. Ia lantas keluar dari kamar, dan pergi ke kamar Isyana.

Saudara angkatnya itu duduk di tepi ranjang sambil tersenyum dan jemarinya bergerak lincah di atas layar ponsel. Sekilas, Elira melihat nama Zayed di sana.

“Lagi apa?” tanya Elira datar, berusaha menahan amarah.

Isyana buru-buru menyelipkan ponselnya di bawah bantal. “Nggak … nggak ngapa-ngapain. Cuma balas pesan teman.”

"Pesan dari teman atau Zayed?"

Isyana tergelak, pura-pura menutupi kebenaran. “Ya ampun, Kak El, kok kamu main tuduh sih? Maksudmu aku genit?”

“Aku nggak bilang begitu—”

“Aku ini cuma anak angkat dan posisiku lebih rendah dari kamu. Kamu pikir aku nggak tahu batas?” sela Isyana, membuat Elira membelalak tak percaya.

“Nggak usah pura-pura polos, Isya!”

Mata Isyana langsung berkaca-kaca dan suaranya bergetar. “Kenapa semua orang musuhin aku termasuk kamu, Kak El? Apa karena aku bukan darah daging keluarga Hananta lalu kamu gampang banget nyalahin aku? Aku udah kembalikan apa yang seharusnya jadi milikmu. Apa itu masih kurang?”

Air mata yang jatuh membuat Isyana terlihat begitu rapuh. Seketika, amarah Elira luruh. Ia merasa bersalah karena sudah berprasangka begitu buruk.

Elira lalu pergi dari kamar Isyana dan merutuki dirinya sendiri agar belajar menahan kecemburuan yang belum tentu benar.

Namun, semuanya hanya semakin buruk dari hari ke hari. Sepulangnya dari Jepang, Zayed nyaris tidak pernah ada waktu lagi untuk Elira. Pria itu sibuk dengan berbagai sesi terapi dengan Isyana.

Bahkan, ketika Elira mengalami kecelakaan kecil, Zayed terlihat tidak peduli.

"Kamu di rumah sakit mana? Setelah nemenin Isyana psikoterapi, aku ke sana."

"Tapi aku butuh kamu sekarang, Zay. Aku habis kecelakaan dan aku ini tunanganmu!" ujar Elira, tak dapat menahan rasa sesak di dadanya.

"Elira, aku juga harus profesional ke Isyana! Dia pasienku!" ucap Zayed setengah membentak.

Air mata Elira hampir luruh, “Kenapa setiap aku butuh kamu, jawabannya selalu Isyana? Apa kamu sadar kalau aku merasa nggak dianggap?”

“Jangan egois, Elira! Kamu selalu nuntut perhatian, tapi nggak pernah mau ngerti orang lain. Isyana itu mentalnya tertekan! Tapi dia tetap lembut, nggak nuntut ini-itu. Kamu harusnya belajar dari dia."

Teguran Zayed seperti panah yang menusuk.

Air mata Elira mulai jatuh. “Jadi kamu bandingin aku sama dia?”

Hanya terdengar helaan napas berat dari seberang.

“Kalau kamu butuh pertolongan medis, bilang aja di mana lokasi kecelakaanmu, aku akan kirim tim ambulance. Aku nggak bisa ninggalin Isyana sekarang.”

Kalimat itu membuat dada Elira seolah dihimpit beban berat, seolah semua harapannya runtuh dalam sekejap.

Lalu Zayed memutus sambungan telepon dan Elira menangis seorang diri. Merutuki kebodohan dan cintanya yang terlalu dalam dan membutakan.

Tidak berapa lama kemudian, Elira melihat status terbaru Isyana yang sedang duduk bersisian dengan Zayed di sebuah restoran, wajah mereka terlihat segar setelah berenang. Senyum Zayed begitu tulus, seolah tak ada sedikit pun masalah.

"Sejak kapan psikoterapi modelnya kayak gini?"

Di balik rasa sakit yang seakan mengoyak jantungnya, Elira sadar bahwa perasaannya pada Zayed terlalu dalam dan mengakar. Ia bisa marah, bisa cemburu, bisa tersiksa tapi tak bisa berhenti mencintai lelaki itu.

Dengan tangan gemetar, ia lantas menatap layar ponsel. Nama Zayed masih terpampang di daftar percakapan. Lalu mulai menekan tombol hapus chat, hapus riwayat panggilan. Hingga akhirnya, ia pada satu keputusan terakhir.

Hapus kontak.

Nama Zayed lenyap dari layar. Hanya tersisa ruang kosong dan hatinya yang remuk.

Selama beberapa hari mereka tidak melakukan percakapan apapun, sampai tiba-tiba sederet nomor asing meneleponnya.

Zayed.

"Sayang, kamu kenapa nggak pernah hubungi aku?"

Elira diam-diam mendengus. "Menurutmu?"

Zayed menghela nafas, "Oke, maaf, aku terlalu sibuk kerja. Aku sengaja nggak menghubungi kamu karena aku mau kamu tenang dulu. Kamu baik-baik aja kan?" tanya pria itu. “Maaf atas sikapku tempo hari… aku kelelahan, jadi sikapku sedikit berlebihan. Maaf ya?”

Elira memilih diam, lalu Zayed kembali membuka suara. “Sayang? Kamu nggak lupa kan kalau besok aku ulang tahun?”

Elira tetap diam.

"Kamu pasti lupa karena terlalu banyak cemburu," kata Zayed. “Kamu tetap yang utama buatku, El. Aku nggak pernah bermaksud mengabaikan kamu.”

Perlahan, dinding keras di hati Elira mulai retak. Mungkin… ia memang terlalu cemburu. Kadang ia lupa kalau Zayed punya tanggung jawab profesional.

Untuk kali ini saja, mungkin tidak ada salahnya untuk memberi tunangannya itu kesempatan kan?

“Besok dandan yang cantik ya? Aku tunggu kamu.”

Dan begitu saja, Elira langsung luluh.

Esok harinya, gadis itu datang dengan penampilan yang memukau dan senyum lebar di wajah cantiknya. Terlebih saat Zayed memeluk dan memberinya satu ciuman di pipi.

Semua amarah Elira belakangan ini hilang seketika.

Tapi, ketika Isyana tiba dengan gaun yang lebih baik dari Elira, mata Zayed tidak berkedip sama sekali.

Pria itu menghampiri Isyana dan bertanya, "Mau berdansa denganku?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Saudara Angkatku, Rivalku   Ciuman Berdalih Nafas Buatan

    Mereka menanyakan Elira ingin warna apa untuk pelaminan hingga konsep dekorasi pesta.Dengan air mata menetes, satu demi satu pesan itu ia buka, lalu dihapus tanpa balasan. Hatinya hanya menahan sesak.Sampai akhirnya, jemarinya berhenti pada nomor pencetak undangan. Bertanya model undangan seperti apa yang Elira inginkan.Ia hendak menghapus pesan itu begitu saja seperti pesan dari wedding organizer. Tapi ia berubah pikiran, kemudian mengetik sebuah pesan pendek yang sarat akan hatinya yang berkecamuk.[Saya ingin membatalkan seluruh pesanan undangan. Mohon maaf.]Pesan terkirim dan hati Elira terasa makin pedih dan hancur.Tapi ia tahu ini lebih baik dari pada bertahan dalam hubungan yang tidak bisa dipertahankan.Kemudian Elira merebahkan tubuhnya sambil memandang langit-langit kamar. Membiarkan air mata meleleh dari sudut matanya.Dalam keheningan kamar, pikirannya melayang jauh pada Zayed, Isyana, keluarga Hananta, dan Respati.Respati, pria sederhana yang tidak haus akan sorot

  • Saudara Angkatku, Rivalku   Saatnya Menyerah

    [Maaf, aku ada urusan mendadak. Tolong, antar Isyana pulang, Zay. Kalau Mama dan Papa marah, bilang aja aku yang nyuruh kamu nganter dia pulang.]Elira tidak peduli andai dihujat kembali oleh kedua orang tuanya demi Isyana. Lagi pula ia tidak pernah dianggap ada.Elira kemudian menepikan harga dirinya. Dia terus menghubungi nomer tanpa nama milik Respati Kanagara. Sudah puluhan kali panggilan ia layangkan dengan harapan Respati mengangkatnya.Karena hanya Respati yang bisa menolongnya. Meski ia banyak melukai lelaki itu di masa lalu. Dan akhirnya, panggilan itu terhubung setelah tujuh puluh sembilan kali.“Siapa ini?” Tanyanya dengan suara rendah.Elira gugup. “Aku … Elira.”Hening sejenak.“Oh … Elira Hananta?” Respati menyindir.Elira menghela nafas panjang.“Namaku Elira Putri. Bukan Elira Hananta.”Agar Respati tahu jika ia memiliki masalah dengan keluarga Hananta.“Ada angin apa tiba-tiba kamu nelfon aku, El? Aku pikir ini mimpi.”Menepikan rasa malunya, Elira membuka suara.“Aku

  • Saudara Angkatku, Rivalku   Ingin Mencakar Tunanganku

    "Buang aja," ucapnya dengan menunduk.Menyembunyikan matanya yang bengkak setelah menangis semalam.Pikiran Elira kembali ke moment saat Zayed memberinya gaun yang indah, tapi tidak pernah bertanya ukuran badannya. Dia memberi Elira jam tangan dari emas tapi tidak pernah bertanya apakah Elira menyukainya atau tidak.Sebenarnya hubungan mereka kering namun Elira selalu menafikkan. Pada kenyataannya, Zayed selalu punya kehangatan untuk Isyana.Padahal Elira yang selama dua tahun ini berada di sisinya hingga rela dibentuk ulang oleh keluarga Hananta agar pantas menjadi calon nyonya Sagala.Zayed bisa memarahi Elira jika nada bicara dan cara duduknya kurang tepat. Bahkan karena secuil kerutan di bajunya terkadang bisa menjadi masalah.Tapi pada Isyana, segalanya dimaafkan dengan sejuta alasan yang pada akhirnya membuat Elira sadar. Bahwa selama ini dia terlalu lama membohongi hatinya dan menganggap sikap Zayed memang seperti itu.“Gimana, Pa? Apa Isyana udah bisa dihubungi?” Tanya Nyonya

  • Saudara Angkatku, Rivalku   Kilau Yang Tak Berarti

    "Maaf, Zay. Aku nggak mau dimarahin Kak El gara-gara dansa sama kamu." Tolak Isyana dengan memandang Elira. Kemudian Zayed menghampiri Elira dan berkata, "Hanya satu tarian, El. Lagi pula Isyana itu adikmu dan pasienku. Buang cemburu butamu itu!" Tidak mau berdebat, kemudian kepala Elira mengangguk dengan terpaksa. Hatinya berubah panas ketika melihat gerakan mereka selaras. Tatapan Zayed hangat dan penuh perhatian. Bagi Elira, pesta ulang tahun Zayed adalah kuburan diam-diam bagi hubungan mereka.Setelah mereka selesai berdansa, Elira melangkah cepat. Gaunnya menyapu lantai marmer saat menghampiri Zayed yang tersenyum pada Isyana.“Bisa bicara sebentar?” Tanyanya dengan ekspresi menahan kesal.Zayed menoleh tanpa terkejut. “Nanti aja. Aku ---”“Sekarang!”Kemudian Zayed mengikuti Elira dengan langkah lebar. Mereka menuju taman belakang, jauh dari sorotan lampu pesta.“Apa kamu sadar apa yang kamu lakuin malam ini, Zay?” Elira berusaha tenang dan menahan suara yang bergetar.“El, i

  • Saudara Angkatku, Rivalku   Mengaku Gila Demi Mencuri Perhatian

    Berawal dari dikenalkan lalu menjadi tunangan.Lelaki tampan sekaligus psikiater itu, Zayed Sagala, akan menjadi suami Elira Hananta dua bulan lagi.Tapi akhir-akhir ini, obrolan Zayed terasa berbeda.“Isyana gadis yang rapuh, El. Dia butuh pendengar sejak kamu masuk dalam keluarga Hananta.”Suasana berubah tidak menyenangkan. Elira mencengkeram ponselnya dengan erat hingga buku-buku jarinya memutih.Lagi-lagi saudara angkatnya itu kembali mencari perhatian Zayed dengan mengatakan dirinya mengidap gangguan mental semi berat.Bahkan minggu lalu, Elira dan Zayed sempat bertengkar hebat karena hal serupa."Tapi kenapa kamu nggak bilang kalau ke Jepang, Zay? Kamu nggak nganggap aku lagi?"Beberapa hari yang lalu, Zayed memang pergi Jepang untuk mengikuti sebuah seminar kesehatan mental."Seminarnya mendadak banget, El. Makanya aku nggak bilang karena kamu pasti melarang. Lagipula, aku ke Jepang kan supaya bisa memberikan perawatan terbaik buat saudara kamu.""Tapi kan—""El, udahlah. Buan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status