Mendengar kabar mengenai penculikan tidak langsung membuat Mateo berpikir bahwa semua berkaitan dengan dirinya. Ada banyak kemungkinan yang dapat terjadi, salah satunya Hillary yang kaya dan cantik akan menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang untuk melakukan tindakan kriminal. Hanya saja, setelah hari di mana penculikan terjadi, Hillary masih belum ditemukan dan belum ada kabar apa pun. Pelaku tidak membiarkan orang lain tahu tentang keberadaan mereka dan mengganti mobil di tengah perjalanan, asumsi yang bisa disimpulkan hingga saat ini. Serina sangat khawatir, tidak jarang dia terlihat berputus asa. Dia semakin yakin kalau penculikan memang berkaitan dengan kasus yang sedang didalaminya sekarang. Kalau tidak, Hillary pasti sudah ditemukan karena alasan dangkal yang dimiliki penculik seperti penggemar rahasia atau semacamnya. Lagi pula, penculik tidak hanya satu orang saja. Melihat bagaimana penampilan yang rapi dan berpengalaman, pastilah mereka diperintah ol
Kalil berekspresi geram dan tinjunya masih mengepal seolah ingin dilayangkan lagi pada dagu itu. Dia berusaha terlihat seperti orang yang benar-benar disulut api kemarahan agar dapat mengalihkan perhatian rekan kerja lainnya. "Pria ini adalah pengemis jalanan! Dia berkata bahwa bos kita adalah seorang pecundang!" tunjuk Kalil. Mateo meludah sembarangan setelah menekan-nekan rahangnya sebentar. "Lalu, kalian berpikir tidak begitu? Bos kalian adalah pria pecundang yang pernah aku tahu!" "Biarkan aku memberikan pelajaran pada orang ini!" teriak Kalil.Seorang pengawal menahan. "Kalau begitu, dia memang harus diberikan pelajaran karena telah menghina bos kita." Sikap yang seperti ingin ikut serta membuat Kalil segera berkata, "Tidak, tidak. Dibandingkan kalian, aku lebih dulu bekerja di sini. Kalian tidak tahu apa-apa mengenai rasa sakitku, karena pengemis jalanan ini,"—dia menunjuk Mateo—"telah menghina orang yang paling berjasa di dalam hidupku! Maka dari itu, j
Perjalanan mereka cukup jauh. Lebih kurang memakan waktu tiga jam hanya untuk mencapai sebuah rumah produksi mebel. Saat tiba di sana, langit juga sudah mulai berubah jingga, memperlihatkan para pekerja yang bersiap-siap untuk menyelesaikan urusannya. "Apa kau yakin mereka membawa Hillary ke tempat ini?" tanya Serina. Mateo memperhatikan sekeliling tanpa menjawab pertanyaan yang menurutnya hanya akan membuang-buang waktu jika diladeni. Lagi pula, tujuannya hanya untuk menyelamatkan nyawa seseorang yang mungkin sekarang berada dalam bahaya karena dirinya, bukan menjalin tali pertemanan atau sebagainya. "Oh, kalian mencari siapa?" tanya salah seorang pekerja. "Di sini bukan tempat yang bisa disinggahi dengan leluasa. Kalian bisa lihat, ada banyak pekerjaan yang membutuhkan alat pertukangan. Paku berserakan di mana-mana, semua dapat melukai jika kalian tidak berhati-hati saat melangkah." Seorang pekerja lainnya tiba-tiba datang menghampiri. "Apa kalian datang untuk
Mateo mengertakkan geraham saat mendapati pergelangan tangan dan kaki yang memar seperti telah diikat dalam waktu lama. Hanya saja, Mateo tidak melihat tali apa pun di kamar itu. Jika diberikan sebuah penggambaran, kehadiran dia di rumah produksi seolah sudah diketahui.Mereka juga sengaja diarahkan menuju penginapan. Kalau tidak, mana mungkin semua sangat mudah dengan Hillary yang dibiarkan bebas tanpa terikat dan sebenarnya bisa saja kabur dari penginapan. Kamar juga tidak memiliki sistem keamanan ketat. Apa ini semacam peringatan?"T—tuan, a—apa nona ini masih hidup?" Pelayan yang masih berada di sana bergidik, tidak berharap bahwa penginapan benar-benar akan menjadi angker karena kematian seorang penyewa kamar. Mateo dapat melihat alis yang sedikit mengernyit, memperlihatkan bagaimana Hillary sedang berjuang. Hal ini mengingatkan dia pada situasi dulu yang pernah dia alami. Baru dua hari, Hillary sudah sangat memilukan kondisinya dengan muka yang pucat sert
Mateo tidak buru-buru kembali ke kamar pasien. Dia mengambil waktu untuk menghabiskan beberapa batang rokok sebelum akhirnya memutuskan kembali. Setibanya di dalam ruangan, dia mendapati dua orang wanita tengah berbaring di tempat masing-masing. Serina berbaring di sofa tanpa selimut, hanya melipatkan tangan ke dada. Saat Mateo meletakkan ponsel di atas meja, tidak terusik sama sekali, menandakan bahwa Serina sudah terlelap. Melihat kondisi seperti itu menarik dirinya untuk meraih jaket yang terlipat rapi di sofa yang lain, lalu menyelimutinya dengan itu. Mateo duduk di sofa single dan memejamkan mata. Beberapa menit dilakukannya, tetapi tidak mengantuk sama sekali. Padahal, sekarang sudah lewat tengah malam. Mereka harus berangkat lebih awal besok. Dia yang menyetir, seharusnya dia juga beristirahat agar tidak berkendara dalam keadaan mengantuk. Saat menghela napas panjang, menunjukkan kekesalannya karena tidak mengantuk, suara gerakan di atas kasur membuat kedua ma
Keesokan pagi mereka bersiap-siap kembali ke pusat kota. Sebelum itu, Hillary mengambil kesempatan membersihkan diri, karena sejak disekap sama sekali tidak diizinkan menjalankan kebiasaannya untuk mandi di pagi hari. Tadi, suasana cukup sendu karena pertemuan dua orang sahabat setelah melalui kejadian buruk. Mateo memberikan ruang bagi mereka berbicara dan memutuskan untuk menunggu di luar saja. Selesai dengan pembicaraannya, Serina keluar dari ruangan agar bisa menyapa pria yang telah membantu mereka. Beberapa hari yang lalu adalah waktu yang cukup gelisah dan sekarang sudah tidak lagi karena dia telah melihat Hillary yang sudah baik-baik saja, suasana hatinya cukup bagus karena hal tersebut. Mateo bergeming akan isapan rokoknya meski tahu seseorang datang. "Apa kita sudah bisa pergi?" ucapnya. "Belum. Hillary sedang mandi sekarang." Mateo mengarahkan tatapannya lurus ke depan kembali, menghadap pemandangan berselimut kabut yang tampak. Dia hanya tidur sela
Mateo tidak mengubah pandangan mata ke arah lain. Dia sangat marah setelah apa yang terjadi pada Hillary, seseorang yang tidak ada kaitan sama sekali dengan kehidupannya. "Apa yang membuatmu terlihat begitu menyeramkan, Mateo?" "Tidak perlu menyebutkan alasannya, kau pasti juga sudah tahu." "Baiklah. Aku tidak akan berpura-pura lagi. Kedatanganmu sampai bersedia muncul di kediamanku, pasti ingin memperingati agar aku tidak lagi mengusik kehidupanmu dan juga para wanitamu, bukan? Sebenarnya aku juga tidak ingin melakukan hal itu, tapi posisi Hoai Group akan terancam jika kau tidak menyingkirkan mereka secepatnya. Mereka adalah kutu-kutu kecil yang akan terus menjadi parasit dan semua orang membenci simbiosis yang seperti itu." Tangan Mateo mengepal kuat. "Aku akan membereskannya dengan caraku. Tidak perlu ikut campur." "Kau tidak bisa membereskannya setelah cukup lama berinteraksi dengan wartawan muda itu. Dan lagi, tidak ada yang bisa melarangku untuk ikut campur
Keputusan akhir yang Mateo buat adalah menerima tawaran untuk bekerja sama. Ini tidaklah mudah, mengingat ada seseorang yang harus dia lindungi dan bisa saja terancam akibat pemberontakan dari dalam dirinya. "Benarkah?" Serina masih tidak tahu bagaimana untuk menanggapi. Dia seharusnya senang, bukan? Pekerjaannya mendapatkan kemajuan, cepat pula untuk menggali berita dan mencari tahu dalang dari pembunuhan berantai. "Kalau begitu, itu sangat bagus," ucapnya lagi. "Lalu, apa rencanamu selanjutnya?" "Rencana? Ya, kau benar. Rencana, rencana ...." "Jangan katakan kalau kau tidak memilikinya? Bagaimana bisa aku mempercayakan hidupku pada orang sepertimu?" Mateo bangkit dari duduknya, lalu beranjak pergi. Dia tidak habis pikir dan sepertinya akan percuma jika terus berada di sana. Serina yang melihat kepergian itu langsung berkata, "Tunggu! Tunggu sebentar! Aku harus mengerjakan hal lain untuk saat ini. Kau benar, aku tidak bisa melibatkan Hillary lebih jauh.