Share

Sayang, Yuk Balikan
Sayang, Yuk Balikan
Author: Jalita Haira

Bab 1

Author: Jalita Haira
Dokter bertanya, "Di mana suami pasien? Kenapa masih belum datang? Kalau nggak segera menandatangani suratnya, semuanya akan terlambat."

Perawat menjawab, "Suami pasien nggak mau datang. Katanya, biarkan saja pasien hidup atau mati sendiri."

Hidup atau mati sendiri .....

Di atas meja operasi, Violet yang seluruh tubuhnya penuh luka dan sedang sekarat, berusaha mengangkat tangannya. Dia bergumam, "Berikan ponselnya padaku ...."

Ketika melihat kondisinya, perawat dengan cepat memberikan ponsel itu padanya.

Sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, Violet menekan ulang nomor yang hampir tertanam dalam pikirannya.

Ketika panggilan akan segera terputus, akhirnya seseorang di seberang sana mengangkat teleponnya, "Sudah aku bilang, hidup matinya nggak ada hubungannya denganku."

Suara pria itu penuh dengan ketidaksenangan dan ketidaksabaran.

"Leon ...." Setiap kata yang diucapkan Violet membuat seluruh tubuhnya terasa tersiksa dengan rasa sakit yang menyayat. Dia melanjutkan, "Setelah kamu membawa Mia pergi, para penculik meledakkan bomnya. Aku terluka ... sangat parah ...."

"Heh ...."

Belum selesai Violet berbicara, pria di ujung sana sudah terkekeh, lalu memotong kata-katanya, "Violet, aktingmu makin hebat saja. Suaramu lemah sekali, terdengar hampir seperti sungguhan."

"Aku nggak membohongimu. Aku benar-benar terluka."

"Benarkah?" Nada suara pria itu terdengar makin menghina, "Kalau begitu, semoga kamu cepat mati saja di neraka!"

"Leon ...."

"Tut, tut, tut ...."

Violet yang masih tidak menyerah, mencoba menelepon lagi.

"Maaf, nomor yang Anda hubungi sedang tidak aktif."

Di sampingnya, dokter yang tak tega melihatnya pun menasihati, "Nona Violet, kondisimu benar-benar sangat parah. Kalau ada anggota keluarga lain, mereka juga bisa menandatangani suratnya."

Siapa lagi yang dia punya? Di dunia ini, satu-satunya yang bisa menandatangani surat persetujuan itu hanyalah pria itu ....

Tak peduli betapa sakitnya, Violet menahan agar air matanya tidak jatuh. Meskipun pipinya pucat dan air matanya berderai, dia tersenyum pada dokter sambil bertanya, "Bisakah aku menandatanganinya sendiri?"

"Bisa!"

Dengan sisa tenaganya, Violet menandatangani surat persetujuan operasi.

Operasi berlangsung selama empat jam, sebelum akhirnya selesai. Dua jam setelah operasi, kondisi Violet memburuk hingga harus dipindahkan ke ICU.

Setelah 24 jam koma, kesadaran Violet perlahan kembali. Meski matanya masih belum bisa terbuka, dia bisa mendengar perawat yang mengganti perban sedang berbicara.

"Meski hubungan suami istri nggak baik, tapi kalau istrinya terluka parah begini, sebagai suami nggak mungkin nggak peduli! Kamu nggak tahu, aku bahkan meneleponnya beberapa kali lagi setelah itu, tapi tetap saja teleponnya mati. Apakah dia sama sekali nggak merasa khawatir?"

"Aku beri tahu berita gosip. Leon Jiwono, CEO dari Grup Jiwono, yang terkenal nggak dekat dengan wanita dan belum menikah di usia 30 tahun, ternyata punya pacar yang sedang dirawat di rumah sakit ini."

"Tempatnya di kamar VVIP lantai teratas. Dia merawatnya selama 24 jam."

"Haih, semuanya sama-sama wanita, tapi kenapa nasibnya begitu berbeda? Ada yang kekasihnya begitu setia, sementara ada yang suaminya lebih buruk dari binatang!"

Ternyata mereka begitu dekat. Begitu dekat sampai jika pria itu mencari tahu sedikit saja, dia akan tahu bahwa Violet tidak membohonginya. Namun, pria itu tidak mau meluangkan sedikit waktu pun untuknya, hanya karena ....

Dia tidak layak!

Dari yang awalnya terpejam erat, Violet tiba-tiba membuka matanya, mengejutkan perawat yang sedang membersihkan wajahnya, "Kamu ... kamu sudah sadar!"

Setelah sadar, Violet segera menjalani pemeriksaan seluruh tubuh. Setelah dipastikan tidak ada masalah serius, dia dipindahkan ke ruang perawatan biasa.

Di tengah malam yang sunyi, Violet yang seharusnya masih belum bisa turun dari tempat tidur, mencabut alat bantu pernapasannya. Dengan menyeret kaki kirinya yang terluka akibat ledakan, dia menuju lantai teratas.

Di luar kamar pasien, Violet melihat melalui kaca, memperhatikan pria yang dengan sabar menyuapkan buah-buahan untuk Mia dari sisi tempat tidur.

Jari-jari Violet tiba-tiba mengepal erat, tetapi rasa sakit di dadanya yang seperti digerogoti oleh ribuan semut, tidak berkurang sedikit pun.

Tiga hari yang lalu, dia dan Mia diculik bersama.

Dia sangat memahami betapa pentingnya Mia bagi pria itu. Jadi meski mereka adalah musuh dalam hal cinta, Violet tetap berusaha keras melindungi Mia agar tetap selamat.

Dua hari dua malam, dia disiksa oleh para penculik hingga tubuhnya penuh luka. Sementara Mia, dia hanya mengalami luka luar yang ringan. Akhirnya, pria itu datang ....

"Aku memilih Mia. Sedangkan untuk Violet, terserah kalian ...."

Pria itu tidak hanya tidak mengkhawatirkannya sedikit pun. Bahkan pria itu curiga bahwa penculikan itu hanyalah skenario yang dibuat Violet sendiri.

Dia tidak pernah memercayainya sedikit pun!

Adegan penuh kemesraan di dalam kamar rumah sakit membuat mata Violet yang dulu dipenuhi cinta, sedikit demi sedikit menjadi dingin. "Sudah saatnya mengakhirinya!"

Ketika Violet berbalik untuk pergi, Leon seakan merasakan sesuatu, dia tiba-tiba menoleh. Pada saat yang sama, Mia berteriak pelan kesakitan.

Leon mengabaikan hal lain, segera bertanya pada Mia, "Ada apa?"

Mia melirik ke arah pintu dengan tenang, lalu tersenyum lemah pada Leon sambil menjawab, "Tadi aku tanpa sengaja menarik lukaku."

"Apa perlu aku panggilkan dokter?"

"Aku nggak selemah itu!" Mia berkata sambil bercanda, "Tapi, Paman, kamu sebaiknya pulang sekarang! Kamu sudah menjagaku sepanjang hari dan malam. Kak Violet pasti akan merasa nggak senang lagi ...."

Mia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Paman, sebenarnya Kak Violet nggak bersalah. Nggak peduli apa hubungan kita di masa lalu, sekarang kamu adalah suaminya. Nggak ada wanita yang bisa menerima suaminya berbuat baik pada wanita lain. Jadi, apa pun yang dia lakukan, itu bisa dimaklumi. Jangan marah padanya. Kalau nggak, Nenek akan ...."

Leon menyelanya, "Ini sudah malam, cepatlah tidur."

"Paman ...."

"Menurutlah!"

"Baiklah ...."

Setelah melihat Mia menutup matanya, Leon melirik ke luar pintu lagi. Barusan itu ....

Dia teringat suara lemah di telepon beberapa hari yang lalu ....

Dia menggigit bibir tipisnya, lalu bangkit berdiri.

Namun, begitu dia bergerak, tangannya langsung ditahan oleh Mia. Wanita itu berkata, "Paman, lukaku masih terasa sedikit sakit. Bisakah kamu meniupnya untukku?"

Mata hitamnya menunjukkan sedikit keraguan, tetapi akhirnya Leon hanya menjawab pelan, "Baiklah."

**

Violet tidak kembali ke kamar rawatnya. Sebaliknya, dia langsung meninggalkan rumah sakit.

Taksi membawanya kembali ke vila tempat dia dan Leon tinggal bersama selama tiga tahun.

Ketika berjalan dari pintu masuk hingga ke dalam, ingatan tiga tahun terakhir tentang Leon menyerbu pikirannya seperti ombak yang menghantam tanpa henti.

Ada kepedihan, ada kepahitan, ada rasa getir, tetapi tidak pernah ada rasa manis.

Violet mengira bahwa menikah dengan pria itu adalah sebuah rencana yang matang.

Sebenarnya, pria itu memang tidak salah. Karena untuk bisa menikah dengannya, Violet memang melakukan beberapa trik. Namun, yang diinginkannya bukanlah uang ataupun kedudukan, melainkan hanya pria itu saja.

Awalnya Violet berpikir bahwa waktu adalah bukti terbaik. Namun, setelah tiga tahun berlalu, kebencian pria itu padanya bukannya berkurang, malah makin bertambah.

Dia tidak pernah bisa melupakan kata-kata kejam pria itu. "Kalau begitu, semoga kamu cepat mati di neraka!"

"Leon, mungkin kamu nggak tahu kalau sebenarnya aku selalu hidup di neraka. Tiga tahun terakhir ini, aku selalu berusaha keluar, menjadi orang yang normal, tetap berada di sisimu. Sayangnya, kamu sama sekali nggak menghargai itu. Kalau begitu, aku akan menuruti keinginanmu!"

Violet mengambil barang-barang yang perlu dibawa, membuang yang tidak diperlukan. Kemudian, terakhir, dia meninggalkan surat cerai yang sudah ditandatangani beserta kunci vila. Dia pergi tanpa sedikit pun keraguan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Eva Arini Devi
q pernah diposi" ini menandatangi perse7an operasiku sendiri
goodnovel comment avatar
Ahmal Huda
maafkan Daku , sayankk
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
wanita tolol dan bodoh krn cinta butanya.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 416

    Pria itu mengerutkan bibirnya dan berkata, "Ternyata seperti itu!"Dia hanya mengatakan ini dan tidak mengatakan yang lain lagi.Pria itu tidak mengatakan apa pun dan Violet juga tidak bertanya. Setelah perjalanan ini berakhir, Violet menyerahkan kartu yang lain pada pria itu, "Ini adalah 200 juta untuk uang tipmu hari ini. Terima kasih karena sudah menemani kami sepanjang hari ini!"Violet sangat murah hati sampai membuat pria itu enggan menerima pemberian darinya lagi, "Kamu sudah memberiku cukup banyak uang, aku nggak boleh menerimanya lagi."Violet meletakkan kartu ke tangan pria itu dengan paksa dan berkata, "Terimalah, kamu pantas mendapatkannya! Pada awalnya suasana hatiku sangat buruk karena nggak menemukan siapa pun. Tapi kamu sudah menemaniku sepanjang hari dan suasana hatiku sudah membaik sekarang. Besok tolong bawa kami datangi tempat lain."Pria itu ingin mengatakan sesuatu, tapi dia mengerutkan bibirnya dan tidak mengatakan apa pun. Hanya saja dia mengembalikan kartu itu

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 415

    Awalnya berpikir bisa melihat Leon jika pergi ke sana, tapi siapa tahu ...."Kapan kamu melihatnya?"Orang yang mengaku melihat Leon adalah seorang pemuda berusia dua puluhan, juga warga setempat.Semua penduduk setempat di sini sangat tinggi, baik pria maupun wanita.Bahkan pria jangkung seperti Lukas pun terlihat agak kurus di hadapan penduduk setempat, seperti kekurangan gizi.Menanggapi pertanyaan Violet, pemuda itu menjawab, "Maaf, aku baru saja melihat foto itu dengan saksama lagi dan menyadari bahwa aku salah.""Orang itu memang sedikit mirip dengannya, tapi bukan orang yang kamu cari!"Lukas segera mencengkeram kerah pria itu dan berkata, "Tadi kamu bilang kamu benar-benar melihatnya, tapi sekarang kamu bilang salah lihat?"Pria itu segera menepis tangan Lukas dan berkata, "Aku memang salah lihat. Apa kamu nggak pernah salah lihat orang?"Lukas mengerutkan kening lebih erat. "Aku pikir kamu nggak salah lihat, tapi ada yang melarangmu mengatakannya."Mata pria itu berkedip. "Aku

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 414

    Lukas merasa agak sulit menerimanya. "Maksudmu yang sebelumnya bukan Leon, tapi Adis?""Ya!" Suara Violet terdengar serak, "Sebelumnya Adis berpura-pura menjadi Leon, bahkan nggak tahu di mana Leon yang asli sekarang.""Aku sudah mencarinya hampir di mana-mana, tapi tetap nggak bisa menemukannya. Jadi, aku berpikir untuk mengatakan yang sebenarnya dan memintamu untuk mengajukan permohonan ke organisasi untuk membantu mencarinya."Violet benar-benar putus asa, mana mungkin akan merahasiakannya dari Lukas untuk sementara waktu.Lagi pula, hanya akan membuat lebih banyak orang khawatir tentang Leon.Mungkin juga akan sampai ke telinga Nenek.Kesehatan Nenek baru saja membaik sedikit akhir-akhir ini, Violet tidak ingin sesuatu terjadi padanya lagi.Lukas sangat marah. "Pantas saja aku merasa ada salah.""Saat melihatnya di pulau itu, aku merasa bukan seperti Leon, tapi kemudian aku berpikir mungkin aku terlalu banyak berpikir, jadi aku nggak meragukannya lagi. Ternyata dia bukan Leon!""Ya

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 413

    Entah metode apa pun yang digunakan Violet, pria itu selalu tidak mau mengungkapkan keberadaan Leon. Mulutnya sekeras Adis.Kalaupun Violet memberi tahu bahwa Adis sudah meninggal, pria itu tetap menolak untuk mengatakan sepatah kata pun."Tuanku sudah meninggal, tapi perintahnya masih ada. Tuanku bilang jangan sampai mengungkapkan keberadaan Leon."Pria itu penuh luka, tapi tetap tidak mau mengkhianati Adis, meski Adis sudah tidak ada lagi.Memang Adis cukup berhasil dalam melatih orang.Tidak seperti Violet ....Violet langsung memikirkan Lisa dan Sandy.Sekalipun ada alasan di balik pengkhianatannya, hal itu tetap membuktikan bahwa Violet gagal.Violet mengerutkan kening dan menatap pria itu dengan tatapan lebih dingin, "Kalaupun aku ingin membunuhmu, kamu nggak akan memberitahuku?""Nggak!" Pria itu berkata tanpa ragu, "Kalaupun kamu membunuhku, aku nggak akan memberitahumu, jadi jangan buang-buang energimu, bunuh saja aku!""Mau mati dengan mudah?" Violet hanya menyuapi pria itu d

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 412

    "Mana mungkin Sandy begitu berani?"Kapan tepatnya itu terjadi?Anak itu berusia lima tahun, Sandy sudah merahasiakannya darinya selama lima tahun!Tidak, itu tidak benar!"Sandy sangat mencintaimu hingga melakukan banyak hal untukmu secara diam-diam." Violet menasihati, "Jadi jangan terobsesi dengan hal-hal yang nggak seharusnya. Hiduplah dengan baik. Sandy sudah tiada, anak itu membutuhkanmu!""Membutuhkan aku ...."Adis mengerutkan kening. "Oh, dia masih anak-anak, bisa hidup dengan siapa saja! Violet, kalau kamu benar-benar merasa kasihan padanya, bawa saja dia untuk tinggal bersamamu!""Aku ...."Sambil berkata demikian, Adis mencabut pisaunya dan menusukkan pisaunya lagi ke tubuhnya. "Violet, kalau aku nggak bisa mendapatkan cintamu, aku benar-benar nggak bisa hidup!""Setelah bertahun-tahun, aku lelah!"Setelah bertahun-tahun berusaha, pada akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Adis benar-benar lelah dan tidak ingin terus berjuang."Oh ...." Adis memikirkan sesuatu sebelum meningg

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 411

    "Adis!"Violet mencoba menghentikannya dengan cepat, tapi sudah terlambat.Adis menatap Violet yang berlari ke arahnya. "Violet, kalau kamu nggak mau tahu keberadaan Leon, kamu mungkin nggak akan peduli dengan hidup dan matiku sama sekali, 'kan?""Bukan seperti itu!" Violet tak kuasa menahan tangisnya. "Kak Adis, sebenarnya aku nggak pernah membencimu.""Entah apa pun yang sudah kamu lakukan, kamu adalah penyelamatku.""Kalau kamu nggak menyelamatkanku dari Carmelia, aku nggak akan pernah selamat.""Setelah itu, kamu selalu menjadi orang yang melindungiku secara diam-diam.""Aku tahu semua yang sudah kamu lakukan untukku, jadi aku nggak membencimu, aku hanya nggak bisa memberimu apa yang kamu inginkan."Violet berkata demikian bukan untuk menipu Adis, melainkan dari lubuk hatinya.Dia benar-benar tidak membenci Adis.Semua hal salah yang dilakukannya adalah karena Adis terlalu mencintainya, yang membuatnya gila.Jadi Violet tidak pernah berpikir untuk membalas dendam.Kalau tidak, deng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status