Share

Bab 10. Penolakan

Sesampainya di rumah, Tiara berterimakasih pada Aldo karena mau mengantarkannya pulang. Sedangkan Aldo hanya diam dan tersenyum, dia kemudian pamit pergi.

Di perjalanan, Aldo terus saja tersenyum. Hatinya merasa lega dan bahagia bisa mengantarkan Tiara pulang ke rumah dengan motornya itu. Dia begitu bahagia bisa dekat dengannya meski hanya sekedar boncengan motor, seolah sedang memadu kasih. Hujan yang turun deras membuat cinta ini semakin terasa indah.

Aldo tersenyum memejamkan matanya dan menikmati setiap tetes air hujan yang membasahi wajahnya sambil bergumam, "Aku suka kamu, Tiara.''

Dia yang tidak bisa menahan perasaannya itu pun memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya di kampus besok.

***

Tiara dan Annisa sedang mengobrol bersama di kelas.

Sekilas, Tiara mengalihkan perhatiannya dari Annisa dengan memandangi kelas Aarav. Matanya masih setia menunggu kedatangan Aarav di kelasnya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Annisa mengagetkan Tiara.

Tiara menatap Annisa dan tersenyum menggelengkan kepalanya pelan.

"Tidak. Aku hanya sekedar menunggu. Jujur Nis, aku suka sama Aarav. Aku tahu, dia itu dingin, tapi aku sayang dia," ucap Tiara.

Annisa memutar bola matanya malas.

"Aku tahu itu. Tapi maaf aku tidak bisa membantu mu kali ini. Karena sulit meluluhkan hati yang seperti es batu. Jika kau ingin minta saran, aku hanya bisa bilang, ungkapkan perasaanmu itu. Karena jika kamu diam dan memendam rasa cinta dalam hatimu, kau akan tersiksa," saran Annisa.

"Ta--tapi, bagaimana jika dia tidak menyukai aku?"

"Ya itu aku tidak tahu. Yang penting kau berdoa saja, kalau ditolak ya move on. Lupakan dan cari yang baru, banyak laki-laki yang lebih baik dari dia."

Tiara mengangguk pelan. Dia tersenyum kecil sambil menatap Aarav yang sedang duduk di bangku depan kelas.

***

Aldo beranjak dari kursinya dan melangkah pergi menuju ke kelas Tiara. Dia hendak mengungkapkan perasaannya sambil membawa setangkai bunga mawar dan menyembunyikan di belakang tubuhnya.

Tapi, saat tiba di kelas, Aldo bingung karena di kelas tidak ada Tiara. Sorot matanya berusaha melirik orang-orang yang ada di kelas dan mencari sosok gadis yang dia impikan, tapi sayangnya tidak ketemu.

Aldo pun berjalan menghampiri Annisa.

"Emm, Nis. Aku boleh tanya tidak? Kau tahu di mana Tiara?" tanya Aldo.

Annisa mengangguk. "Dia ada di kelas sebelah," jawabnya.

Aldo tersenyum.

"Baik, terimakasih."

Aldo lalu pergi berlalu meninggalkan kelas. Sedangkan Annisa hanya diam dan menatap kepergian Aldo dengan heran.

***

Tiara berdiri di depan Aarav yang sedang duduk santai sambil memainkan ponselnya. Dia tersenyum sambil menatap pujaan hatinya itu.

Jantungnya berdetak kencang tak teratur. Tubuhnya tiba-tiba gemetar. Tiara menjadi sangat gugup. Dia berusaha menenangkan dirinya sendiri dengan mengembuskan napas dan tersenyum kecil kemudian berjalan menghampiri Aarav.

"Aarav," panggilnya.

Aarav yang mendengar ada orang memanggilnya segera menaruh ponselnya dan menatap Tiara.

"Apa?" tanyanya dingin.

Tiara tersenyum menundukkan tatapannya kemudian kembali menatap Aarav.

"Aarav. A--a--aku su--su--suk---"

"Apa? Bicara yang jelas!" tegur Aarav yang merasa kesal sambil menatap Tiara.

Tiara hanya diam dan tertawa kecil. Dia menggaruk rambutnya pelan. Sambil tersenyum, Tiara mengembuskan napasnya secara perlahan dan menatap Aarav.

"Aku suka kamu," ucapnya.

Aarav yang mendengar ucapan Tiara menjadi kaget. Dia menatap gadis yang ada di depannya itu dengan bingung sambil mengerutkan keningnya.

"A--apa? Kau bilang apa tadi?"

"Aku suka kamu," ucap Tiara.

Aarav menunduk. Dia tidak percaya dengan ucapan Tiara itu kemudian tertawa pelan dan menatap wajah wanita yang ada di hadapannya ini.

"Kau pasti bercanda kan? Maaf, aku tidak suka padamu. Tidak suka dan tidak ingin dekat denganmu, apa kau tidak punya malu? Mengatakan hal seperti itulah pada laki-laki?" tanya Aarav sambil terkekeh pelan.

Tiara tersenyum menggeleng.

"Tidak. Aku tidak malu. Aku kan hanya sekadar mengungkapkan perasaanku, kenapa harus malu?" bantah Tiara.

Aarav menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tak habis pikir dengan apa yang baru saja terjadi.

"Sudahlah. Kau bilang kau suka aku? Iyakan? Tapi maaf aku tidak suka kamu, sudah dulu ya. Aku ada tugas," pamitnya pada Tiara kemudian beranjak pergi dan masuk ke kelasnya.

Sedangkan Tiara hanya diam. Hatinya benar-benar sedih dan sakit dengan ucapan Aarav barusan. Matanya kini benar-benar kosong. Tanpa disengaja, air mata tumpah dan turun membasahi wajahnya.

Tiara yang merasakan air matanya itu segera menghapusnya dan kembali ke kelasnya untuk mengikuti pembelajaran.

Diam-diam, tanpa sepengetahuan Aarav dan Tiara, Aldo juga melihat dan mendengar percakapan mereka dan merasa patah hati saat tahu bahwa Tiara lebih mencintai Aarav.

Dia menundukkan kepalanya, tanpa sadar, bunga yang tadi digenggamnya erat kini jatuh ke lantai.

Karena sama-sama memiliki cinta yang bertepuk sebelah tangan, Aldo dan Tiara pun kini memutuskan untuk move on dan tidak lagi menghiraukan seseorang yang mereka cintai dengan berhenti memikirkannya dan fokus mengerjakan hal lain.

-Bersambung-

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status