Share

Sayembara Dimulai

Author: Ammi Poe YP
last update Last Updated: 2023-10-12 09:02:52

Riuh peserta terhenti saat mendengar pengumuman dari Meta.

"Selamat pagi, seluruh peserta Sayembara Mencari Jodoh. Sepuluh menit lagi acara akan segera dimulai. Bagi yang masih menikmati jamuan, harap segera menyelesaikan santap sarapannya. Setelah itu, kalian berkumpul ke aula pertemuan. Letak aula ada di lorong sebelah kiri ruang jamuan. Kalian jalan lurus, kemudian belok ke kanan sedikit."

"Hari ini adalah seleksi pertama yang akan dinilai langsung oleh Nyonya Merry Usbad. Jadi, pastikan kesiapan kalian. Demikian pemberitahuan kami."

Selesai Meta memberi pengumuman, suasana kembali riuh. Mereka segera menghabiskan makanan. Dari sekian banyak wajah, terlihat lebih dari 50 persen terlihat gembira dan antusias. Namun, terlihat juga beberapa wajah yang menampakkan ekspresi tertekan.

Kemunculan Reza ke ruang perjamuan membuat hampir semua mata tertuju padanya. Beberapa mata memandang dengan sinis, mungkin menganggap Reza sebagai rival terberat.

Ketampanan Reza sulit ditampik. Secara kasat mata, wajah Reza jelas memenuhi semua kriteria cowok keren dan cool. Kulit putih bersih, hidung bangir, tinggi, dan tubuh atletis. Parasnya rupawan bak model. Mata memandang sudah pasti jatuh cinta.

Arrgh!!!

Aku benci situasi ini. Seharusnya aku membenci dia, tapi kenapa malah setiap melihatnya, yang ada hanya rasa kagum? Sihir apa yang sebenarnya dia bawa?

Kuhela napas panjang, menutup mata untuk menolak setiap rasa yang mendera.

"Riana, dia itu lelaki tak punya akhlak. Tujuanmu sudah berubah, kamu tak lagi mencintai dia. Kamu sekarang harus fokus memberi pelajaran pada manusia tamak dan licik, seperti Reza dan istrinya."

Suara hati mulai mengingatkan. Kembali aku tarik napas dalam-dalam, kemudian melepaskan perlahan.

"Dion, dokumen kemarin apa sudah ditandatangani?"

"Sudah, Nyonya. Saya menawarkan uang lebih seperti yang Nyonya Merry perintahkan."

"Kerja bagus, Dion. Hari ini mereka belum bisa melihatku. Penilaian seleksi hari ini, aku hanya akan pantau dari monitor ini. Pengumuman juga aku serahkan ke Meta."

"Baik, Nyonya."

Pandanganku kembali ke monitor, memperhatikan setiap gerak gerik Reza.

"Nyonya Merry, saya harap Nyonya tidak akan salah pilih. Jangan sampai Nyonya Merry jatuh cinta pada laki-laki brengsek itu," ujar Dion mencoba mengingatkan.

Aku menatap Dion, mencoba memahami kekhawatiran dia. "Dion, mendekatlah kemari."

Lelaki muda itu pun berjalan lebih dekat denganku.

"Duduklah!"

Dion sepertinya gugup saat dia berhadapan denganku lebih dekat. Mungkin saja dia takut jika aku marah dengan ucapannya tadi.

"Maafkan atas kelancangan saya, Nyonya. Saya tidak bermaksud ...."

"Dion ... aku paham dengan kekhawatiranmu. Namun, perlu kamu ketahui, aku tahu semua resiko yang akan terjadi. Jika aku sampai jatuh cinta dengan Reza pun, aku tahu apa yang akan terjadi. Tapi percayalah, apa yang mereka rencanakan tak akan pernah terwujud."

Dion menatapku penuh tanda tanya. Sampai detik ini, dia masih saja bingung dengan semua rencanaku.

"Tapi, Nyonya ... kerugian Nyonya Merry akan semakin besar jika terus-terusan membayar Santi hanya demi mendapatkan Reza."

Aku tertawa kecil. "Dion, Dion ... uangku banyak! Hartaku pun melimpah, tak akan habis dimakan empat belas turunan!"

Kedua bola manik Dion membelalak. "Benarkah, Nyonya?"

"Apa kamu meragukan aku?" tanyaku dengan memicingkan mata.

"Ti ... tidak, Nyonya. Saya tidak berani meragukan Nyonya Merry," jawab Dion semakin gugup.

"Sekarang aku tanya ke kamu, Dion. Menurutmu, apakah ada laki-laki yang bisa mencintaiku dengan tulus?"

Dion terdiam. Dengan takut-takut dia menatapku. "Maaf, Nyonya Merry. Saya ... saya tidak berani berpendapat."

Aku tertawa smirk. Sudah pasti Dion tak berani berpendapat, karena dia sendiri pun ragu.

"Kamu pastinya sudah tahu, Dion. Tak ada satu pun lelaki yang mau dengan wanita berumur sepertiku. Mereka mengikuti sayembara, sudah pasti karena uang, bukan karena cinta. Jadi, kamu tak perlu mengingatkan apapun tentang keputusanku terhadap Reza nanti."

"Ba ... baik, Nyonya."

Aku tersenyum, kemudian kembali ke layar monitor.

Suara Meta kembali terdengar. Dia mengumumkan agar semua peserta segera memasuki ruang aula. Setelah mereka berbaris rapi, barulah Meta memulai acara.

"Harap tenang, semua! Kita akan mulai acara seleksi tahap awal. Seleksi ini merupakan lanjutan setelah sekian banyak rangkaian syarat yang harus kalian lalui."

"Sebelumnya, kami ucapkan selamat kepada kalian yang terpilih."

Riuh tepuk tangan terdengar saat sebuah layar monitor besar menampilkan wajah mereka. Terlihat banyak wajah menarik terpampang di sana. Para suami orang, mereka diantar oleh wanita yang mereka sebut sebagai istri.

Sebenarnya ada beberapa lelaki yang menarik perhatianku selain Reza. Hanya saja, di antara mereka tetap saja Reza yang menjadi tujuanku.

Riuh tepuk tangan terhenti ketika Meta kembali berbicara.

"Acara ini diselenggarakan oleh Nyonya Merry Usbad. Seleksi sayembara akan dilaksanakan selama dua minggu dan ada lima tahapan. Kalian harus bersaing menunjukkan kelebihan, sehingga Nyonya Merry Usbad akan memilih kalian sebagai jodoh pilihan."

Sejenak mereka saling berbisik.

"Semua harap tenang!"

Mereka pun akhirnya kembali terdiam. Meta ternyata memiliki kemampuan mengatur semua dengan baik. Gadis muda itu layak diberi penghargaan, dia bekerja sesuai dengan yang aku mau.

"Tahap pertama, akan dinilai langsung oleh Nyonya Merry Usbad. Semua ruangan di sini, telah dipasang kamera yang tersambung ke ruang pribadi Nyonya Merry Usbad. Jadi, bersikaplah yang baik karena setiap gerak gerik kalian, Nyonya Merry dapat melihat."

Kembali suasana riuh. Mungkin karena mereka terkejut, baru menyadari bahwa kegiatan mereka sejak tadi dipantau. Semua peserta mengedarkan pandangan untuk mengetahui di mana kamera terpasang.

"Tapi di sini tak ada kamera CCTV yang terpasang. Apa Anda ingin membodohi kami?!" tanya salah satu peserta dengan sikap tak punya etika.

Aku yang mendengar itu, langsung mendekatkan bibir ke mikropon kecil di ruanganku. Telunjuk menekan tombol aktif dan aku mulai berbicara.

"Meta, diskualifikasi orang itu! Saya tidak suka dengan sikap tidak sopannya!" perintahku dengan tegas.

Haaa ....

Mereka kompak ternganga saat mendengar suaraku menggema di seluruh ruangan.

"Baik, Nyonya Merry. Bodyguard! Bawa orang itu keluar!"

Dua orang berbadan kekar langsung datang dan menarik pria yang masih kebingungan itu.

"Nyonya Merry, maafkan kelancanganku! Tolong beri aku kesempatan sekali lagi!" Pria itu memohon, tetapi terlambat karena dua pria kekar sudah menariknya keluar dari Aula.

Aku segera mematikan mikropon. Lalu menoleh ke arah Dion. "Dion, pastikan laki-laki itu tidak mengekspose tempat kita! Ingatkan kembali mengenai surat perjanjian yang sudah mereka tanda tangani!"

"Baik, Nyonya."

"Setelah itu, antar dia ke tempat penjemputan. Jangan lupa penutup mata!"

"Baik, Nyonya."

Dion pun keluar dari ruang pemantauan. Dia sangat patuh menjalankan apa yang aku perintahkan. Hanya saja, satu hal yang membuatku sedikit marah. Dia memberikan alamat tempat ini ke Santi, hingga wanita itu bisa datang mengantar suaminya ke sini. Padahal, semua peserta dibawa ke lokasi sayembara dengan mata tertutup kain hitam sejak dari lokasi penjemputan.

Hal tersebut membuat aku harus melakukan tindakan preventif lebih, agar Santi tidak membocorkan alamat tempat ini.

Pandanganku kembali ke monitor, menonton setiap rangkaian acara yang dipandu oleh Meta.

"Kalian bisa lihat, Nyonya Merry tidak suka ditentang apalagi dilawan. Jadi, sebaiknya jaga sikap kalian karena setiap gerak gerik kalian dipantau langsung oleh Nyonya Merry Usbad!" ujar Meta menegaskan kembali bahwa aku bisa melihat mereka semua.

Semua peserta terpaku diam. Tidak ada lagi yang berani berceloteh. Mungkin saja takut kehilangan kesempatan mendapatkan 10 milyar dariku.

"Baiklah, tahapan seleksi kita lanjutkan. Pada tahap pertama ini, kalian diminta untuk menyampaikan sebuah visi misi setelah terpilih menjadi jodoh Nyonya Merry Usbad. Tentunya bukan hanya sekedar gombalan ya, melainkan kalian kelak harus bisa melakukan apa yang kalian sampaikan hari ini!"

"Maaf, Nona Meta. Ijin menyela!" ucap salah satu peserta dengan mengangkat tangan.

Dia tampaknya orang yang tahu adab, pembawaannya begitu tenang dan juga sopan.

"Boleh, silakan! Perkenalkan nama Anda dulu, baru sampaikan apa yang menjadi pertanyaan Anda!"

"Baik, terima kasih sebelumnya, Nona Meta. Begini, sejak awal mendaftar hingga detik ini, kami belum pernah melihat sosok wajah Nyonya Merry Usbad. Apakah kami boleh melihatnya terlebih dahulu?"

Huff ... akhirnya pertanyaan itu muncul. Ini terlalu dini untuk menampakkan diri. Aku menginginkan penyampaian visi misi mereka, tanpa harus melibatkan fisik yang akan mereka nikahi. Yach ... paling tidak, masih ada tersisa sedikit ketulusan di hati mereka, meskipun aku tahu mereka juga mengincar uang 10 milyar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sayembara Pelakor Milyader   Ancaman

    Sarah muncul dengan sikap begitu santai, bahkan senyum smirk seolah mengejek kehadiranku. Dia melipat dada dan bersandar di bibir pintu.Aku bergegas menerobos masuk, mendorong asisten rumah tangga paruh baya itu, kemudian menghentakkan tangan Sarah. Selanjutnya aku dorong wanita itu ke sofa, dan memulai aksiku.Tanganku mencengkeram kuat leher jenjang milik Sarah. Namun, wanita itu masih saja berusaha bersikap santai, sungguh membuatku semakin muak pada wanita biang onar ini."Jauhi Riana! Jangan pernah kamu berusaha menggagalkan rencanaku!" bentakku seraya mengeratkan cengkeraman di leher, sehingga Sarah nyaris kelojotan akibat kehabisan oksigen.Segera aku kendorkan kembali cengkraman, takut saja jika dia mati. Bagaimana pun, aku tidak mau masuk penjara karena membunuh manusia tak penting ini."Tuan Raka, cukup! Lepaskan Nona Sarah!" teriak asisten rumah tangga itu seraya berusaha menarik tanganku dari leher Sarah.Setelah beberapa menit, wanita itu akhirnya bisa menarik tanganku d

  • Sayembara Pelakor Milyader   Mantan

    POV RakaLangkahku terhenti saat hendak menaiki anak tangga. Sekilas kulihat sosok Rocky sedang duduk di ruang tengah sembari menaikkan satu kaki ke atas paha yang lain. Tatapan mencibir tampak jelas di bibir yang tersenyum miring.Entah apa maksudnya, tetapi bisa kurasakan persaingan di antara kami kian memanas. Persaudaraan antar darah yang mengalir di tubuh kami tak lagi menjadi pengingat. Rocky adalah lelaki yang sangat ambisius. Dia memiliki keinginan untuk menggantikan posisi ayah di perusahaan.Tentu saja aku tidak bisa tinggal diam. Perusahaan keluarga bisa berkembang dan terus bertahan saat pailit pun ada campur tangan diriku. Aku tidak akan rela jika dia menggantikan posisi ayah dengan begitu saja. Apalagi besar saham dan kontribusi dia tak jauh beda dengan apa yang sudah kuberikan pada perusahaan tersebut. Bahkan saat ini, perkembangan perusahaan mulai semakin besar juga atas jasaku.Perusahaan bahan baku merupakan ideku, dan uang hasil rampasan dari keluarga Sarah aku alok

  • Sayembara Pelakor Milyader   Tuntutan

    POV RakaKehadiran Sarah telah mengacau pikiranku. Bukan karena kisah di masa lalu, persetan dengan perasaan saat itu. Satu-satunya alasan aku khawatir hanyalah kegagalan menikahi Mariana Leurissa semata.Tuntutan sekaligus tantangan dari keluargaku, harus memenangkan hati Mariana Leurissa. Perawan tua nan cantik dan menggairahkan, penampilannya tampak 10 tahun lebih muda dari usianya.Selain itu, dia juga wanita karier yang sukses. Ada triliunan harta yang dia miliki. Itu sebabnya Papa memintaku untuk menjerat Mariana Leurissa.Aku keluar dari resto dengan sedikit tergesa. Bahkan hati tidak berhenti menggerutu."Apa dia sengaja ingin mengorek masa laluku? Sebenarnya, apa saja yang sudah dikatakan oleh si Sarah pada Riana? Jangan sampai pernikahan ini batal karena ulah Sarah, aku tidak mau kehilangan tambang harta melimpah," gumamku di dalam hati, seraya aku berjalan ke arah luar. Namun, baru beberapa langkah hendak mencapai area parkir, langkahku terhenti oleh kehadiran wanita dari

  • Sayembara Pelakor Milyader   Terjebak Ucapan Sendiri

    Sejenak aku berpikir, apakah pertanyaanku akan membuat Riana curiga atau tidak. Hanya saja, aku juga perlu memastikan segalanya."Hmm ... kamu ingin tanya apa, Raka?" tanya Riana dengan santai, kemudian menyeruput kembali minumannya."Kamu kenal Sarah dari mana? Dan kenapa kenapa bisa kenal sedekat itu?""Oh itu, lewat sosial media, Raka. Jadi gini ceritanya, kata Sarah ... dia tiba-tiba tertarik dengan usaha produk kecantikan. Kata dia, dia juga ingin memulai bisnis baru dan pakai jasa maklon yang aku tawarkan di iklan. Ya sudah, dia menghubungi bagian marketing dan hari ini dia mengajak ketemuan gitu." Panjang lebar dia menjelaskan untuk meyakinkan aku."Memangnya kenapa?" tanya Riana dengan ekspresi menyelidik."Nggak ... nggak apa-apa. Aku hanya sekedar tanya." Aku mencoba menutupi kegugupanku."Kalau boleh tahu, kamu kenal Sarah dari mana? Sepertinya kalian sudah kenal lama juga ya?"Seketika pertanyaan Riana membuat dada ini semakin berdebar kencang, untung saja dia tidak tahu k

  • Sayembara Pelakor Milyader   Terkejut

    POV RakaSebuah kejutan dihadiahkan oleh seorang Mariana Leurissa. CEO cantik tapi perawan tua itu memang tak bisa dikasih hati. Sepertinya dia sedang menguji kesabaranku.Jujur, tidak pernah kusangka jika suatu hari dia akan datang bersama wanita dari masa laluku. Ya, Sarah memang mantan istriku. Perasaan cinta dulu memang pernah ada, tapi karena tuntutan dari Papa, maka aku harus mengesampingkan perasaan yang pernah ada.Hari itu, aku berniat mengajak makan siang Riana. Niatnya jelas untuk kembali membujuk agar pernikahan cepat diajukan. Namun, di luar dugaan ... Riana justru mengundang Sarah dan Dion. Alasan Riana, Sarah hanyalah calon klien. Namun, aku tak bisa percaya begitu saja.Kehadiran Sarah membuat aku harus mati-matian berusaha bersikap sewajar mungkin, agar tidak mengundang kecurigaan Riana."Kenapa harus ada Sarah segala sih? Bagaimana kalau Sarah menceritakan siapa aku ke Riana? Bisa-bisa rencanaku gagal untuk mendapatkan Riana, apa yang harus aku katakan?" gerutuku dal

  • Sayembara Pelakor Milyader   Pertimbangan Matang

    Untuk beberapa saat aku terdiam dan berpikir. Banyak hal yang harus aku pertimbangkan dengan matang. Namun, kesempatanku untuk bisa membuat Raka berhenti dengan niatannya juga penting. Aku harus bisa membuat Papa dan Mama percaya denganku, bukan calon menantu licik itu."Ide yang bagus kalau menurutku, Nona Riana." Dion mencoba meyakinkan aku."Baiklah," ujarku akhirnya seraya tersenyum dan menyetujui usulannya Sarah.Sudah kupikirkan dengan matang, mungkin dengan adanya bukti nyata pernikahan Sarah dengan Raka, maka tak akan ada lagi kesempatan mengelak bagi Raka. Bahkan yang ada malah Raka akan panas dingin tatkala aku menunjukkan rekaman video itu."Aku akan mengirimkan video rekaman pernikahan aku dengannya ke kamu, Riana," ujar Sarah kembali. "Sebentar, Nona Riana dan Bu Sarah. Bagaimana kalau rekaman video itu, kita putar di restoran tempat Raka mengajak Nona Riana candle dinner nanti malam?" Dion memberi usulan lain."Jadi gini maksudku ... uhm ... nanti setelah Raka mengeluar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status