Share

Sayembara Dimulai

Riuh peserta terhenti saat mendengar pengumuman dari Meta.

"Selamat pagi, seluruh peserta Sayembara Mencari Jodoh. Sepuluh menit lagi acara akan segera dimulai. Bagi yang masih menikmati jamuan, harap segera menyelesaikan santap sarapannya. Setelah itu, kalian berkumpul ke aula pertemuan. Letak aula ada di lorong sebelah kiri ruang jamuan. Kalian jalan lurus, kemudian belok ke kanan sedikit."

"Hari ini adalah seleksi pertama yang akan dinilai langsung oleh Nyonya Merry Usbad. Jadi, pastikan kesiapan kalian. Demikian pemberitahuan kami."

Selesai Meta memberi pengumuman, suasana kembali riuh. Mereka segera menghabiskan makanan. Dari sekian banyak wajah, terlihat lebih dari 50 persen terlihat gembira dan antusias. Namun, terlihat juga beberapa wajah yang menampakkan ekspresi tertekan.

Kemunculan Reza ke ruang perjamuan membuat hampir semua mata tertuju padanya. Beberapa mata memandang dengan sinis, mungkin menganggap Reza sebagai rival terberat.

Ketampanan Reza sulit ditampik. Secara kasat mata, wajah Reza jelas memenuhi semua kriteria cowok keren dan cool. Kulit putih bersih, hidung bangir, tinggi, dan tubuh atletis. Parasnya rupawan bak model. Mata memandang sudah pasti jatuh cinta.

Arrgh!!!

Aku benci situasi ini. Seharusnya aku membenci dia, tapi kenapa malah setiap melihatnya, yang ada hanya rasa kagum? Sihir apa yang sebenarnya dia bawa?

Kuhela napas panjang, menutup mata untuk menolak setiap rasa yang mendera.

"Riana, dia itu lelaki tak punya akhlak. Tujuanmu sudah berubah, kamu tak lagi mencintai dia. Kamu sekarang harus fokus memberi pelajaran pada manusia tamak dan licik, seperti Reza dan istrinya."

Suara hati mulai mengingatkan. Kembali aku tarik napas dalam-dalam, kemudian melepaskan perlahan.

"Dion, dokumen kemarin apa sudah ditandatangani?"

"Sudah, Nyonya. Saya menawarkan uang lebih seperti yang Nyonya Merry perintahkan."

"Kerja bagus, Dion. Hari ini mereka belum bisa melihatku. Penilaian seleksi hari ini, aku hanya akan pantau dari monitor ini. Pengumuman juga aku serahkan ke Meta."

"Baik, Nyonya."

Pandanganku kembali ke monitor, memperhatikan setiap gerak gerik Reza.

"Nyonya Merry, saya harap Nyonya tidak akan salah pilih. Jangan sampai Nyonya Merry jatuh cinta pada laki-laki brengsek itu," ujar Dion mencoba mengingatkan.

Aku menatap Dion, mencoba memahami kekhawatiran dia. "Dion, mendekatlah kemari."

Lelaki muda itu pun berjalan lebih dekat denganku.

"Duduklah!"

Dion sepertinya gugup saat dia berhadapan denganku lebih dekat. Mungkin saja dia takut jika aku marah dengan ucapannya tadi.

"Maafkan atas kelancangan saya, Nyonya. Saya tidak bermaksud ...."

"Dion ... aku paham dengan kekhawatiranmu. Namun, perlu kamu ketahui, aku tahu semua resiko yang akan terjadi. Jika aku sampai jatuh cinta dengan Reza pun, aku tahu apa yang akan terjadi. Tapi percayalah, apa yang mereka rencanakan tak akan pernah terwujud."

Dion menatapku penuh tanda tanya. Sampai detik ini, dia masih saja bingung dengan semua rencanaku.

"Tapi, Nyonya ... kerugian Nyonya Merry akan semakin besar jika terus-terusan membayar Santi hanya demi mendapatkan Reza."

Aku tertawa kecil. "Dion, Dion ... uangku banyak! Hartaku pun melimpah, tak akan habis dimakan empat belas turunan!"

Kedua bola manik Dion membelalak. "Benarkah, Nyonya?"

"Apa kamu meragukan aku?" tanyaku dengan memicingkan mata.

"Ti ... tidak, Nyonya. Saya tidak berani meragukan Nyonya Merry," jawab Dion semakin gugup.

"Sekarang aku tanya ke kamu, Dion. Menurutmu, apakah ada laki-laki yang bisa mencintaiku dengan tulus?"

Dion terdiam. Dengan takut-takut dia menatapku. "Maaf, Nyonya Merry. Saya ... saya tidak berani berpendapat."

Aku tertawa smirk. Sudah pasti Dion tak berani berpendapat, karena dia sendiri pun ragu.

"Kamu pastinya sudah tahu, Dion. Tak ada satu pun lelaki yang mau dengan wanita berumur sepertiku. Mereka mengikuti sayembara, sudah pasti karena uang, bukan karena cinta. Jadi, kamu tak perlu mengingatkan apapun tentang keputusanku terhadap Reza nanti."

"Ba ... baik, Nyonya."

Aku tersenyum, kemudian kembali ke layar monitor.

Suara Meta kembali terdengar. Dia mengumumkan agar semua peserta segera memasuki ruang aula. Setelah mereka berbaris rapi, barulah Meta memulai acara.

"Harap tenang, semua! Kita akan mulai acara seleksi tahap awal. Seleksi ini merupakan lanjutan setelah sekian banyak rangkaian syarat yang harus kalian lalui."

"Sebelumnya, kami ucapkan selamat kepada kalian yang terpilih."

Riuh tepuk tangan terdengar saat sebuah layar monitor besar menampilkan wajah mereka. Terlihat banyak wajah menarik terpampang di sana. Para suami orang, mereka diantar oleh wanita yang mereka sebut sebagai istri.

Sebenarnya ada beberapa lelaki yang menarik perhatianku selain Reza. Hanya saja, di antara mereka tetap saja Reza yang menjadi tujuanku.

Riuh tepuk tangan terhenti ketika Meta kembali berbicara.

"Acara ini diselenggarakan oleh Nyonya Merry Usbad. Seleksi sayembara akan dilaksanakan selama dua minggu dan ada lima tahapan. Kalian harus bersaing menunjukkan kelebihan, sehingga Nyonya Merry Usbad akan memilih kalian sebagai jodoh pilihan."

Sejenak mereka saling berbisik.

"Semua harap tenang!"

Mereka pun akhirnya kembali terdiam. Meta ternyata memiliki kemampuan mengatur semua dengan baik. Gadis muda itu layak diberi penghargaan, dia bekerja sesuai dengan yang aku mau.

"Tahap pertama, akan dinilai langsung oleh Nyonya Merry Usbad. Semua ruangan di sini, telah dipasang kamera yang tersambung ke ruang pribadi Nyonya Merry Usbad. Jadi, bersikaplah yang baik karena setiap gerak gerik kalian, Nyonya Merry dapat melihat."

Kembali suasana riuh. Mungkin karena mereka terkejut, baru menyadari bahwa kegiatan mereka sejak tadi dipantau. Semua peserta mengedarkan pandangan untuk mengetahui di mana kamera terpasang.

"Tapi di sini tak ada kamera CCTV yang terpasang. Apa Anda ingin membodohi kami?!" tanya salah satu peserta dengan sikap tak punya etika.

Aku yang mendengar itu, langsung mendekatkan bibir ke mikropon kecil di ruanganku. Telunjuk menekan tombol aktif dan aku mulai berbicara.

"Meta, diskualifikasi orang itu! Saya tidak suka dengan sikap tidak sopannya!" perintahku dengan tegas.

Haaa ....

Mereka kompak ternganga saat mendengar suaraku menggema di seluruh ruangan.

"Baik, Nyonya Merry. Bodyguard! Bawa orang itu keluar!"

Dua orang berbadan kekar langsung datang dan menarik pria yang masih kebingungan itu.

"Nyonya Merry, maafkan kelancanganku! Tolong beri aku kesempatan sekali lagi!" Pria itu memohon, tetapi terlambat karena dua pria kekar sudah menariknya keluar dari Aula.

Aku segera mematikan mikropon. Lalu menoleh ke arah Dion. "Dion, pastikan laki-laki itu tidak mengekspose tempat kita! Ingatkan kembali mengenai surat perjanjian yang sudah mereka tanda tangani!"

"Baik, Nyonya."

"Setelah itu, antar dia ke tempat penjemputan. Jangan lupa penutup mata!"

"Baik, Nyonya."

Dion pun keluar dari ruang pemantauan. Dia sangat patuh menjalankan apa yang aku perintahkan. Hanya saja, satu hal yang membuatku sedikit marah. Dia memberikan alamat tempat ini ke Santi, hingga wanita itu bisa datang mengantar suaminya ke sini. Padahal, semua peserta dibawa ke lokasi sayembara dengan mata tertutup kain hitam sejak dari lokasi penjemputan.

Hal tersebut membuat aku harus melakukan tindakan preventif lebih, agar Santi tidak membocorkan alamat tempat ini.

Pandanganku kembali ke monitor, menonton setiap rangkaian acara yang dipandu oleh Meta.

"Kalian bisa lihat, Nyonya Merry tidak suka ditentang apalagi dilawan. Jadi, sebaiknya jaga sikap kalian karena setiap gerak gerik kalian dipantau langsung oleh Nyonya Merry Usbad!" ujar Meta menegaskan kembali bahwa aku bisa melihat mereka semua.

Semua peserta terpaku diam. Tidak ada lagi yang berani berceloteh. Mungkin saja takut kehilangan kesempatan mendapatkan 10 milyar dariku.

"Baiklah, tahapan seleksi kita lanjutkan. Pada tahap pertama ini, kalian diminta untuk menyampaikan sebuah visi misi setelah terpilih menjadi jodoh Nyonya Merry Usbad. Tentunya bukan hanya sekedar gombalan ya, melainkan kalian kelak harus bisa melakukan apa yang kalian sampaikan hari ini!"

"Maaf, Nona Meta. Ijin menyela!" ucap salah satu peserta dengan mengangkat tangan.

Dia tampaknya orang yang tahu adab, pembawaannya begitu tenang dan juga sopan.

"Boleh, silakan! Perkenalkan nama Anda dulu, baru sampaikan apa yang menjadi pertanyaan Anda!"

"Baik, terima kasih sebelumnya, Nona Meta. Begini, sejak awal mendaftar hingga detik ini, kami belum pernah melihat sosok wajah Nyonya Merry Usbad. Apakah kami boleh melihatnya terlebih dahulu?"

Huff ... akhirnya pertanyaan itu muncul. Ini terlalu dini untuk menampakkan diri. Aku menginginkan penyampaian visi misi mereka, tanpa harus melibatkan fisik yang akan mereka nikahi. Yach ... paling tidak, masih ada tersisa sedikit ketulusan di hati mereka, meskipun aku tahu mereka juga mengincar uang 10 milyar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status