Home / Romansa / Scandal Mr Arrogant / Bab 5. Masa Lalu Yang Menyakitkan.

Share

Bab 5. Masa Lalu Yang Menyakitkan.

Author: Yun_95
last update Last Updated: 2025-10-01 08:31:58

Pertemuan berlangsung lebih lama dari yang ku perkirakan. Setiap kali Eldric berbicara, semua mata tertuju padanya, percaya atau takut, aku sendiri tak tahu. Hanya saja, setiap nada suaranya terdengar pasti, tegas, dan tak memberi ruang sedikit pun untuk kesalahan.

Aku duduk di sisi ruangan, mencatat setiap poin yang disampaikan. Sesekali, tatapannya menembus arahku. Bukan marah, tapi cukup untuk membuatku menunduk cepat, pura-pura sibuk menulis.

Saat pertemuan berakhir, semua orang bergegas meninggalkan ruangan. Eldric masih berdiri, tangannya bersedekap, menatap keluar jendela besar yang memperlihatkan langit mendung.

“Liana,” panggilnya pelan, namun cukup tegas untuk membuatku berhenti.

Aku menelan ludah. “Ya, Tuan?”

Ia menoleh perlahan. Tatapan itu tajam, tapi entah kenapa terasa sangat dalam.

“Kau gugup?” tanyanya tiba-tiba.

Aku menggeleng cepat. “Tidak, Tuan. Hanya sedikit-”

“Simpan alasanmu.” Ia berjalan mendekat.

“Aku tahu kau masih tertekan soal kemarin. Tapi di sini, kesalahan sekecil apa pun bisa menghancurkan reputasi.”

Aku diam, Suaranya tenang, tapi aku tahu kalimat itu bukan sekadar teguran. Ada sesuatu di balik nada itu, perhatian yang disamarkan dengan keras kepala.

“Tuan…” suaraku pelan, nyaris tak terdengar, “saya hanya ingin melakukan pekerjaan saya dengan baik.”

Eldric memandangku beberapa detik. “Dan itu yang harus kau lakukan.”

Hening.

Hanya suara hujan yang mulai turun di luar gedung, memecah keheningan yang menegangkan. Lalu tanpa banyak bicara, ia mengambil jasnya dan menatapku lagi.

“Ambil dokumen yang tersisa. Kita pulang.”

Aku sempat tertegun. “B-bersama, Tuan?”

Ia menaikkan sebelah alis. “Kau pikir aku akan membiarkan staf ku kehujanan di luar?”

Jantungku berdegup cepat. Ia berjalan lebih dulu, dan aku berlari kecil di belakangnya sambil menahan senyum yang tak seharusnya muncul.

**

Perjalanan pulang lebih sunyi dari berangkat tadi. Namun kali ini, ada sesuatu yang berbeda, ketegangan yang tidak lagi menakutkan, melainkan anehnya membuatku nyaman.

“Orang-orang mudah menilai mu dari kesalahan, tapi mereka jarang tahu kenapa kau melakukannya.”

Aku menoleh perlahan. “Maksud, Tuan?”

Ia tak menatapku. “Lupakan. Fokus saja pada pekerjaanmu.”

Tapi bagiku, kalimat itu terlalu dalam untuk diabaikan.

Mungkin, di balik sikap dinginnya, Eldric Adrian menyimpan sesuatu yang tidak pernah ia tunjukkan, bahkan pada dunia yang tunduk di bawah namanya. Dan entah sejak kapan, bayangan itu mulai terasa hangat.

***

Setibanya di kantor pusat, Eldric langsung naik ke lantai paling atas. Langkahnya mantap, tapi ada sesuatu di matanya yang tidak setenang biasanya.

Ia melepas jas hitamnya, menggantung di sandaran kursi, lalu duduk di tepi meja dengan pandangan kosong mengarah ke jendela. Hujan masih turun, menetes di kaca, memburam kan pemandangan kota yang biasanya ia kuasai dengan begitu mudah. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia merasa tak sekuat itu.

Suara lembut mengetuk pikirannya.

“Orang-orang mudah menilai mu dari kesalahan,” kalimat yang tadi ia ucapkan tanpa sadar, kini bergema di kepalanya sendiri dan wajah Liana kembali muncul.

Gadis itu…entah kenapa, mengingatkannya pada seseorang. Seseorang dari masa lalu yang masih membekas sampai sekarang.

**

Dua tahun lalu.

Ia berdiri di pelataran rumah besar keluarga Adrian. Sore itu, langit sama kelamnya seperti hari ini. Di tangannya, ada undangan berwarna gading, dengan nama yang seharusnya tidak ia baca.

“Kepada Bapak dan Ibu Adrian, kami mengundang Anda dalam pernikahan antara,”

Lucas Adrian dan Freya Renasya.

Nama itu. Freya.

Eldric menarik napas panjang saat mengingatnya. Gadis itu dulu adalah cahaya yang membuatnya mau tersenyum, yang menenangkannya di tengah kerasnya dunia bisnis keluarganya. Mereka tumbuh bersama, berjanji akan melangkah ke masa depan berdua.

Tapi semua berakhir dalam satu keputusan keluarga Freya memilih Lucas, kakaknya. Atau mungkin, dipilihkan. Dan sejak hari itu, Eldric belajar "cinta tidak selamanya tentang perasaan. Kadang, ia hanya luka yang dibiarkan hidup terlalu lama"

**

Tangannya meremas ujung meja. Napasnya berat. Ia benci perasaan itu, kehilangan kendali, kehilangan arah. Itu sebabnya ia membangun tembok tinggi di sekeliling dirinya, menjauh dari siapa pun yang bisa membuatnya lemah.

“Tidak lagi,” gumamnya pelan. “Aku tidak akan jatuh di tempat yang sama.”

Ia berdiri, menarik napas panjang, lalu menatap dirinya di pantulan kaca. Sosok dingin dengan jas mahal itu tersenyum samar.

"Aku lelah." Ucapnya pelan.

*******

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Scandal Mr Arrogant    Bab 8. Bertemu Masa Lalu.

    Pagi itu terasa lebih berat dari biasanya. Liana datang ke kantor jauh lebih awal, dengan harapan bisa menghindari tatapan Tuan Eldric yang masih membekas di pikirannya sejak malam itu. Bayangan Eldric yang mabuk, wajahnya yang nyaris tak dikenali, dan suaranya yang bergetar di antara kesadaran, semuanya masih jelas. Ia bahkan tak tahu bagaimana harus bersikap sekarang. Haruskah ia berpura-pura tidak terjadi apa-apa? Suara langkah sepatu terdengar dari arah pintu kaca. Liana sontak menegakkan punggungnya, Eldric Adrian baru saja tiba. Pria itu mengenakan jas hitam sempurna seperti biasa, wajahnya tanpa ekspresi, tapi entah mengapa, sorot matanya berbeda. Ada sesuatu di sana, sesuatu yang tak bisa Liana jelaskan, seperti amarah yang disembunyikan, bercampur dengan rasa tidak nyaman. “Laporan minggu lalu belum ada di mejaku,” ucap Eldric dingin, menaruh tas kerjanya di meja. Suara itu tenang, tapi tajam. “Sudah saya kirim lewat email, Tuan,” jawab Liana pelan. “Email bukan alasan

  • Scandal Mr Arrogant    Bab 7. Pagi Yang Beda.

    Cahaya matahari menembus tirai tipis, membias lembut ke dalam ruangan yang masih berantakan. Bau alkohol samar-samar masih terasa di udara.Eldric mengerang pelan, menekan pelipisnya yang berdenyut hebat, kepalanya terasa berat, mulut kering. Ia duduk perlahan di tepi ranjang, mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, hanya potongan gambar yang datang dan pergi. Klub malam, suara Damon, lalu…Seseorang memanggil namanya.Dan kini, di sisi ruangan, ia melihat sesosok gadis tertidur di kursi dengan kepala bersandar di tepi ranjang. Rambut hitamnya terurai lembut, wajahnya terlihat lelah, tapi damai.Liana.Eldric mengerjap pelan, seketika, kesadarannya kembali penuh. Ia memandang sekeliling, jas nya di sofa, meja berantakan, dan segelas air di nakas. Keningnya berkerut, saat melihat Liana di sana.“Apa yang dia lakukan di sini?”Suara beratnya membuat Liana terbangun. Gadis itu buru-buru bangkit, sedikit panik.“T-Tuan Eldric! Anda sudah bangun?”Eldric menatap tajam. “Apa yang kau la

  • Scandal Mr Arrogant    Bab 6. Udara atau Pelarian?

    Kota sudah mulai sepi ketika Eldric memutuskan keluar dari kantor. Hujan berhenti, tapi langit masih berwarna kelabu. Di depan lobi, seorang pria berjas abu-abu menunggunya sambil menepuk bahu sopir Eldric.“Lama banget, Bro. Gue kira Lo nggak jadi,”Suara berat itu milik Damon, teman lama Eldric sejak masa kuliah, orang yang tahu sisi-sisi yang tidak pernah dilihat publik.Eldric hanya menatap singkat. “Aku butuh udara.”“Udara atau pelarian?” Damon tersenyum miring. “Ayo, gue tau tempat yang pas buat itu.”**Lampu neon berkedip, musik berdentum, dan aroma alkohol bercampur parfum memenuhi ruangan. Eldric duduk di kursi VIP, kemejanya terbuka satu kancing, tangan kirinya memegang gelas berisi cairan berwarna amber.Damon bersandar di sebelahnya, menatap ke arah panggung dansa. “Kau tahu, sejak Freya menikah, kau gak pernah benar-benar hidup, Ric.”Eldric diam. Tidak menoleh, tidak bereaksi.Damon melanjutkan, “Tujuh tahun, Bro. Tujuh tahun Lo sibuk nyiksa diri lo sendiri. Perusahaan

  • Scandal Mr Arrogant    Bab 5. Masa Lalu Yang Menyakitkan.

    Pertemuan berlangsung lebih lama dari yang ku perkirakan. Setiap kali Eldric berbicara, semua mata tertuju padanya, percaya atau takut, aku sendiri tak tahu. Hanya saja, setiap nada suaranya terdengar pasti, tegas, dan tak memberi ruang sedikit pun untuk kesalahan.Aku duduk di sisi ruangan, mencatat setiap poin yang disampaikan. Sesekali, tatapannya menembus arahku. Bukan marah, tapi cukup untuk membuatku menunduk cepat, pura-pura sibuk menulis.Saat pertemuan berakhir, semua orang bergegas meninggalkan ruangan. Eldric masih berdiri, tangannya bersedekap, menatap keluar jendela besar yang memperlihatkan langit mendung.“Liana,” panggilnya pelan, namun cukup tegas untuk membuatku berhenti.Aku menelan ludah. “Ya, Tuan?”Ia menoleh perlahan. Tatapan itu tajam, tapi entah kenapa terasa sangat dalam.“Kau gugup?” tanyanya tiba-tiba.Aku menggeleng cepat. “Tidak, Tuan. Hanya sedikit-”“Simpan alasanmu.” Ia berjalan mendekat.“Aku tahu kau masih tertekan soal kemarin. Tapi di sini, kesalah

  • Scandal Mr Arrogant    Bab 4. Kesalahan Apa?

    Hari itu kantor terasa lebih sunyi dari biasanya. Mungkin hanya perasaanku saja, atau mungkin memang semua orang sengaja menahan napas setiap kali Eldric Adrian berjalan melewati koridor.Aku mengetik laporan pagi di meja kecil di luar ruangannya. Jemariku nyaris tak berhenti bergerak, tapi pikiranku terus melayang ke insiden rapat kemarin. Sejak saat itu, Eldric tak banyak bicara padaku, tapi setiap tatapan dinginnya seolah mengingatkan, aku tidak boleh salah lagi.Suara langkah sepatu terdengar mendekat.Aku spontan menegakkan punggung, menahan napas.“Masuk.”Suaranya datar, tapi cukup untuk membuat jantungku berpacu.Aku membuka pintu perlahan, membawa berkas yang baru saja selesai. Eldric duduk di kursinya, menatap layar laptop tanpa ekspresi. Wajahnya terlihat tenang, tapi aku tahu, ketenangannya justru yang paling berbahaya.“Kau sudah periksa data keuangan yang ku kirim semalam?” tanyanya tanpa menoleh.“Sudah, Tuan. Semuanya lengkap,” jawabku hati-hati.“Lengkap?”Ia menutup

  • Scandal Mr Arrogant    Bab 3. Kesalahan Di Tengah Rapat.

    Keesokan harinya.Sudah lewat pukul sembilan pagi, dan aku masih berdiri di depan ruangan itu, ruangan yang kemarin nyaris menghancurkan hidupku.Aku menatap papan nama di depan pintu: Eldric Adrian, Chief Executive Officer.Nama yang kini selalu terngiang di kepalaku.Setelah insiden memalukan kemarin, aku pikir aku akan langsung dipecat. Tapi justru sebaliknya, aku dipanggil ke kantor HR dan diberi surat mutasi.“Mulai hari ini, kamu jadi asisten pribadi Tuan Eldric,” kata HR dengan wajah datar, seolah itu hal biasa.Aku bahkan tak tahu harus bersyukur atau menangis."Tarik napas, Liana. Ini hanya pekerjaan. Kau bisa melakukannya."Klek, aku pun membuka pintu.Aku melangkah masuk. Eldric sudah duduk di kursinya, mengenakan setelan jas abu gelap. Rambutnya tertata rapi, ekspresinya datar dan tak terbaca. Aura dingin yang kemarin ku rasakan kini bahkan lebih kuat.“Datang tepat waktu. Setidaknya kau tahu caranya mematuhi perintah,” ujarnya tanpa menatap ku.Aku menelan ludah. “Baik, T

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status