Home / Romansa / Scandal Mr Arrogant / Bab 4. Kesalahan Apa?

Share

Bab 4. Kesalahan Apa?

Author: Yun_95
last update Last Updated: 2025-10-01 08:30:23

Hari itu kantor terasa lebih sunyi dari biasanya. Mungkin hanya perasaanku saja, atau mungkin memang semua orang sengaja menahan napas setiap kali Eldric Adrian berjalan melewati koridor.

Aku mengetik laporan pagi di meja kecil di luar ruangannya. Jemariku nyaris tak berhenti bergerak, tapi pikiranku terus melayang ke insiden rapat kemarin. Sejak saat itu, Eldric tak banyak bicara padaku, tapi setiap tatapan dinginnya seolah mengingatkan, aku tidak boleh salah lagi.

Suara langkah sepatu terdengar mendekat.

Aku spontan menegakkan punggung, menahan napas.

“Masuk.”

Suaranya datar, tapi cukup untuk membuat jantungku berpacu.

Aku membuka pintu perlahan, membawa berkas yang baru saja selesai. Eldric duduk di kursinya, menatap layar laptop tanpa ekspresi. Wajahnya terlihat tenang, tapi aku tahu, ketenangannya justru yang paling berbahaya.

“Kau sudah periksa data keuangan yang ku kirim semalam?” tanyanya tanpa menoleh.

“Sudah, Tuan. Semuanya lengkap,” jawabku hati-hati.

“Lengkap?”

Ia menutup laptopnya perlahan dan menatapku. “Atau kau hanya ingin cepat selesai supaya tak kena marah lagi?”

Aku menelan ludah, mencoba menahan diri agar tidak membantah. “Tidak, Tuan. Saya memeriksanya satu per satu.”

Tatapannya menusuk, seolah mencari celah dari setiap kata yang ku ucapkan. Lalu ia berdiri, berjalan mengitari mejanya, dan berhenti di sampingku.

“Liana,” panggilnya pelan, tapi dingin.

Aku menunduk cepat. “Ya, Tuan?”

“Kau tahu kenapa aku tidak memecat mu kemarin?”

Aku diam, pertanyaan itu membuat napas ku tertahan.

“Karena aku ingin melihat, apakah seorang gadis ceroboh sepertimu bisa belajar untuk patuh.”

Nada suaranya rendah, tapi penuh tekanan.

Aku tak tahu harus menjawab apa, Yang bisa ku lakukan hanyalah mengangguk, menatap lantai, berharap waktu berjalan lebih cepat.

“Kalau kau benar-benar ingin bertahan di sini, jangan pernah buatku kecewa lagi,” katanya tegas.

Lalu ia mengambil dokumen di tanganku dengan gerakan cepat. “Keluar. Dan pastikan laporan siang ini sempurna.”

Aku mengangguk lagi, lalu buru-buru mundur keluar dari ruangan. Begitu pintu tertutup, napas ku terasa lepas, panjang, berat, seperti baru saja lolos dari badai.

**

Sekitar pukul sepuluh, suara Rina, rekan sekretaris lain, membuyarkan pikiranku.

“Liana, Tuan Eldric nyari kamu.”

Aku refleks menoleh. “Sekarang?”

“Iya. Katanya segera.”

Jantungku mulai berpacu. Aku menghela napas cepat, lalu melangkah ke ruangannya dengan hati-hati.

Pintu ku buka pelan. Eldric duduk di belakang meja besar, jas hitamnya membuatnya tampak seperti sosok yang tak tersentuh. Di tangannya ada ponsel, dan dari nada bicaranya yang dingin, aku tahu seseorang di ujung sana sedang dikuliti habis-habisan.

“Jika kalian tidak bisa menyelesaikannya, aku sendiri yang akan turun tangan.”

Ia menutup panggilan dengan satu gerakan tegas, lalu menatapku.

“Kau.”

Satu kata, Tapi cukup untuk membuatku menegakkan punggung.

“Ya, Tuan.”

“Ambil berkas kontrak proyek Ravas Group di meja tim legal. Kita akan ke lokasi sekarang.”

Aku tertegun. “Sekarang, Tuan?”

Tatapannya tajam. “Apa perlu ku ulangi perintahku?”

Aku buru-buru menggeleng. “Tidak, Tuan. Saya segera ambil.”

Beberapa menit kemudian kami sudah di mobil hitamnya. Suasana di dalam mobil hening, terlalu hening. Hanya suara mesin dan detak jantungku sendiri yang terasa keras.

Aku menatap keluar jendela, berusaha mengalihkan pikiran dari kehadirannya yang mendominasi seluruh ruang. Tapi setiap kali ia bergerak sedikit saja, aku bisa merasakan hawa dingin dari auranya.

“Berhenti gemetar seperti itu,” ucapnya tiba-tiba tanpa menoleh.

Aku langsung kaget. “S-saya tidak gemetar, Tuan.”

“Sungguh? Karena dari sini aku bisa mendengar ketakutanmu.”

Nada suaranya terdengar datar, tapi entah kenapa ada sedikit nada menggoda di balik ketegasannya. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Yang jelas, wajahku terasa panas.

Mobil berhenti di depan gedung tinggi tempat pertemuan akan dilakukan. Eldric keluar duluan, lalu menatapku sekilas. “Ikut dan jangan bicara kalau tidak perlu.”

Aku mengangguk cepat, menyesuaikan langkah di belakangnya. Saat kami memasuki ruang rapat, semua orang langsung berdiri. Aura sang CEO benar-benar menguasai ruangan.

Namun yang membuatku semakin gugup bukanlah tatapan para Direktur, melainkan kesadaran bahwa sejak awal pertemuan, Eldric tak berhenti melirik ke arahku.

"Astaga, kesalahan apa yang sudah ku buat?"

******

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Scandal Mr Arrogant    Bab 11. Kegiatan Panas.

    Suara langkah di koridor terdengar semakin mendekat, mendekati Liana yang masih berdiri terpaku di depan pintu ruang direktur. “Mantan kekasih Eldric.” Kalimat itu terus terngiang di kepalanya, menggema lebih lama dari seharusnya. Ia menoleh pelan, menatap sumber suara tadi adalah Vera, yang kini menatapnya dengan wajah penuh rasa ingin tahu, seolah baru saja membocorkan rahasia besar tanpa benar-benar bermaksud. “Kamu serius?” suara Liana nyaris berbisik. Vera mengangkat bahu. “Aku nggak tahu detailnya, tapi orang-orang di sini sempat ngomong begitu. Katanya, dulu mereka kerja bareng di luar negeri, dan yah, sesuatu terjadi.” Sesuatu. Kata itu membuat dada Liana terasa aneh. Ia tak tahu kenapa, tapi bayangan Freya dan Eldric duduk berhadapan di ruang itu, dengan keheningan yang padat dan tatapan yang hanya bisa dimengerti dua orang yang punya masa lalu membuat hatinya bergetar tak nyaman. “Udah ah, jangan dipikirin,” kata Vera sambil berbalik. “Kita kan cuma staf bia

  • Scandal Mr Arrogant    Bab 10. Siapa Dia?

    Ruang rapat perlahan kosong. Satu per satu staf keluar sambil membawa berkas dan laptop mereka. Suara langkah sepatu semakin menjauh hingga hanya tersisa dua orang di sana. Eldric masih duduk di kursinya, membolak-balik halaman laporan yang sebenarnya sudah ia hafal luar kepala. Sementara Freya berdiri, merapikan dokumennya tanpa banyak suara. Hening, Hanya terdengar suara pendingin ruangan yang menderu pelan. Freya akhirnya membuka suara lebih dulu. “Terima kasih sudah mau memimpin proyek ini, Eldric. Aku tahu kamu tidak menyukainya.” Eldric menutup map di depannya, menatap lurus ke arahnya. “Aku tidak punya pilihan, Freya. Ini urusan bisnis.” “Tetap saja,” gumam Freya pelan. “Aku tahu kamu tidak akan melakukan sesuatu kalau tidak benar-benar perlu.” Eldric berdiri, memasukkan tangan ke saku celananya. Tatapannya tajam, tapi suaranya tenang. “Kau juga masih sama. Datang dengan senyum sopan, tapi menyimpan terlalu banyak hal di baliknya.” Freya menelan ludah, mencoba memperta

  • Scandal Mr Arrogant    Bab 9. Kerjasama.

    Eldric bersandar di kursinya, menatap sisa anggur di gelasnya tanpa minat. Ibunya, Nyonya Dalton, menatapnya lama sebelum berkata pelan, “Sekarang Freya tampak lebih dewasa ya?” Eldric mengangkat alisnya sedikit, tapi tak menatap Ibunya. “Mungkin. Tapi waktu tidak mengubah semuanya, Bu.” Ayahnya terkekeh, nada suaranya ringan, tapi mengandung makna. “Kau masih sama keras kepalanya. Padahal dulu, kalau tidak salah, kau yang paling berjuang untuk gadis itu.” Eldric menegakkan tubuhnya perlahan, ekspresinya tetap dingin. “Dulu, Ayah. Sekarang sudah lewat.” Nyonya Dalton menatap putranya lembut. “Tidak semua masa lalu harus dibuang begitu saja, Eldric. Kadang, yang sudah hancur masih bisa diperbaiki.” Eldric tersenyum tipis, getir. “Tapi kalau fondasinya sudah retak, buat apa dibangun lagi. Cepat atau lambat, tetap akan runtuh.” Hening kembali menyelimuti meja itu. Hanya terdengar desahan kecil dari Ibunya, dan tatapan ayahnya yang sulit dibaca. “Baiklah,” ujar Tuan Dalton akhir

  • Scandal Mr Arrogant    Bab 8. Bertemu Masa Lalu.

    Pagi itu terasa lebih berat dari biasanya. Liana datang ke kantor jauh lebih awal, dengan harapan bisa menghindari tatapan Tuan Eldric yang masih membekas di pikirannya sejak malam itu. Bayangan Eldric yang mabuk, wajahnya yang nyaris tak dikenali, dan suaranya yang bergetar di antara kesadaran, semuanya masih jelas. Ia bahkan tak tahu bagaimana harus bersikap sekarang. Haruskah ia berpura-pura tidak terjadi apa-apa? Suara langkah sepatu terdengar dari arah pintu kaca. Liana sontak menegakkan punggungnya, Eldric Adrian baru saja tiba. Pria itu mengenakan jas hitam sempurna seperti biasa, wajahnya tanpa ekspresi, tapi entah mengapa, sorot matanya berbeda. Ada sesuatu di sana, sesuatu yang tak bisa Liana jelaskan, seperti amarah yang disembunyikan, bercampur dengan rasa tidak nyaman. “Laporan minggu lalu belum ada di mejaku,” ucap Eldric dingin, menaruh tas kerjanya di meja. Suara itu tenang, tapi tajam. “Sudah saya kirim lewat email, Tuan,” jawab Liana pelan. “Email bukan alasan

  • Scandal Mr Arrogant    Bab 7. Pagi Yang Beda.

    Cahaya matahari menembus tirai tipis, membias lembut ke dalam ruangan yang masih berantakan. Bau alkohol samar-samar masih terasa di udara.Eldric mengerang pelan, menekan pelipisnya yang berdenyut hebat, kepalanya terasa berat, mulut kering. Ia duduk perlahan di tepi ranjang, mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, hanya potongan gambar yang datang dan pergi. Klub malam, suara Damon, lalu…Seseorang memanggil namanya.Dan kini, di sisi ruangan, ia melihat sesosok gadis tertidur di kursi dengan kepala bersandar di tepi ranjang. Rambut hitamnya terurai lembut, wajahnya terlihat lelah, tapi damai.Liana.Eldric mengerjap pelan, seketika, kesadarannya kembali penuh. Ia memandang sekeliling, jas nya di sofa, meja berantakan, dan segelas air di nakas. Keningnya berkerut, saat melihat Liana di sana.“Apa yang dia lakukan di sini?”Suara beratnya membuat Liana terbangun. Gadis itu buru-buru bangkit, sedikit panik.“T-Tuan Eldric! Anda sudah bangun?”Eldric menatap tajam. “Apa yang kau la

  • Scandal Mr Arrogant    Bab 6. Udara atau Pelarian?

    Kota sudah mulai sepi ketika Eldric memutuskan keluar dari kantor. Hujan berhenti, tapi langit masih berwarna kelabu. Di depan lobi, seorang pria berjas abu-abu menunggunya sambil menepuk bahu sopir Eldric.“Lama banget, Bro. Gue kira Lo nggak jadi,”Suara berat itu milik Damon, teman lama Eldric sejak masa kuliah, orang yang tahu sisi-sisi yang tidak pernah dilihat publik.Eldric hanya menatap singkat. “Aku butuh udara.”“Udara atau pelarian?” Damon tersenyum miring. “Ayo, gue tau tempat yang pas buat itu.”**Lampu neon berkedip, musik berdentum, dan aroma alkohol bercampur parfum memenuhi ruangan. Eldric duduk di kursi VIP, kemejanya terbuka satu kancing, tangan kirinya memegang gelas berisi cairan berwarna amber.Damon bersandar di sebelahnya, menatap ke arah panggung dansa. “Kau tahu, sejak Freya menikah, kau gak pernah benar-benar hidup, Ric.”Eldric diam. Tidak menoleh, tidak bereaksi.Damon melanjutkan, “Tujuh tahun, Bro. Tujuh tahun Lo sibuk nyiksa diri lo sendiri. Perusahaan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status