Di dalam kamarnya, ponsel Aaron yang gantian terus menerus berdering. Aaron mendengar itu, tapi Erica terus mencoba untuk menghalangi kekasihnya itu pergi darinya.
"Sayang, aku akan angkat teleponnya sebentar. Kalau itu dari ibu, kartu kredit ku bisa-bisa di blokir" kata Aaron.Dengan terpaksa, meskipun enggan. Akhirnya Erica turun dari pangkuan Aaron dan merapikan kemejanya yang kancingnya sudah terbuka semua.Aaron mengusap bibirnya yang basah lalu meraih ponselnya. Matanya melebar ketika melihat siapa yang tengah menghubunginya. Aaron bergegas keluar dari kamar dan menuju ke kamar Fitri.Saat itu Fitri sedang merapikan pakaiannya di lemari, tapi Aaron masuk ke dalam kamarnya dan langsung mencium leher Fitri dan memberikan isapan kencang di sana."Agkhhh"Fitri berteriak kesakitan, dia mendorong Aaron sampai jatuh ke lantai."Kamu berani mendorong ku?" tanya Aaron marah.Fitri yang seharusnya marah, bukan? tapi kemudian dia ingat surat kontrak itu. Dia hanya bisa memegang lehernya yang merah dan terasa ngilu sambil menundukkan wajahnya."Maaf tuan, tuan mengagetkan aku" kata Fitri mengatakan apa yang menyebabkan dia mendorong Aaron.Mata Aaron melotot tajam ke arah Fitri, Fitri hanya bisa menunduk sambil menahan rasa sakit di lehernya sambil menggerutu di dalam hati.'Apa si singa ini juga vampir? kenapa menggigit leherku, apa dia mau minum darah seperti yang di film-film' batin Fitri."Dengar tidak?" pekik Aaron.Ternyata saat Fitri membatin di dalam hatinya, Aaron sedang bicara padanya."Apa?" tanya Fitri yang langsung jadi gelagapan."Kamu ini selain kampungan, bodoh, ternyata tuli juga ya?" tanya Aaron kesal.Lengkap sudah Aaron menghina Fitri. Fitri hanya bisa menghela nafasnya saja. Salahnya juga malah menggerutu dalam hati tadi."Aku bilang, ibuku menelepon. Cepat buka bajumu dan tutupi tubuhmu dengan selimut" kata Aaron pada Fitri.Mendengar hal itu sontak saja Fitri membulatkan matanya dengan sempurna."Hah, apa tuan? buka baju? bukankah di dalam kontrak tidak akan ada..."Belum selesai Fitri bicara, Aaron sudah berdecak kesal."Ck... siapa juga yang mau menyentuhmu. Aku sama sekali tidak berselera padamu, meskipun kamu berdiri dengan tanpa sehelai benang pun di depanku. Buka bajumu dan tutupi dengan selimut. Cepat!" pekik Aaron.Fitri tersentak kaget, tapi dia langsung berdiri dan melakukan apa yang Aaron suruh sambil membelakangi Aaron."Cepat wanita kampung" serunya lagi membuat Fitri segera membuka sisa penutup di bagian dadanya.Fitri meraih selimut dan melilitkan di tubuhnya."Sudah tuan" kata Fitri pelan.Aaron berbalik dan menepuk keningnya. Fitri melilit semua tubuhnya sampai bawah dagu dengan selimut putih hotel itu."Siapa yang menyuruhmu jadi kepompong! aku bilang tutupi dadamu. Cepat kemari!" seru Aaron.Tanpa ijin dari Fitri, Aaron menarik selimut yang Fitri kenakan. Membuat bagian dadanya terekspos oleh mata bulat Aaron.Melihat pemandangan di depannya, meski tadinya Aaron mengatakan tidak berselera dengan gadis kampungan seperti Fitri. Tapi ucapan dan tubuhnya memberikan reaksi yang berbeda.Meskipun Fitri segera menutupi dia buah melon yang menggantung di depan dadanya itu. Mata Aaron tadi sudah sempat melihatnya, dan hal itu membuat jakun Aaron naik turun. Juga merasakan perasaan yang begitu membuatnya canggung."Tuan, selimutnya.."Perkataan Fitri itu membuat Aaron langsung tersadar dari sikap bodohnya yang terus melihat ke arah dada Fitri bahkan ketika sudah di tutupi oleh kedua tangan Fitri."Tutupi saja, ayo ke tempat tidur" kata Aaron yang langsung menarik Fitri ke tempat tidur."Eh.."Aaron yang memang tidak menggunakan atasan langsung memeluk Fitri dari belakang."Pura-pura tidur" kata Aaron pada Fitri.Setelah Fitri memejamkan mata, Aaron baru mengangkat telepon sambil mengacak-acak rambutnya.Adriana melakukan panggilan video, itulah kenapa Aaron harus bergegas ke kamar Fitri."Huammm"Aaron berpura-pura habis bangun tidur. Baru dia menyapa ibunya."Ibu ada apa?" tanya Aaron."Kalian sudah sampai? kenapa tidak mengabari ibu, mana menantu ibu?" tanya Adriana.Seperti yang sudah di kira oleh Aaron sebelumnya, kalau Adriana pasti akan mencari Fitri.Aaron langsung mengarahkan kameranya pada pada Fitri yang tertidur di pelukan Aaron."Dia sedang tidur, dia sangat lelah..""Kalian tidak sedang bersandiwara kan?" tanya Adriana."Kapan sih ibu akan percaya padaku, lihat ini!" kata Aaron membenarkan helaian rambut panjang Fitri yang menutupi lehernya, hingga memperlihatkan bekas isapan bibir Aaron di leher Fitri.Melihat tanda merah kehitaman itu, Adriana tersenyum malu."Nah begitu dong, kalian sudah menikah jadi harus semakin dekat begitu. Ibu tunggu kabar baik pokoknya kalau kalian pulang ya. Ya sudah, tidak usah bangunkan Fitri, dia pasti lelah. Kalian bersenang-senang lah di sana ya. Sampai jumpa" kata Adriana yang langsung mengakhiri panggilan videonya.Fitri masih memejamkan matanya, dia mendengar semua itu. Dia pikir telepon dari Adriana sudah berakhir, tapi dia tidak berani buka mata. Dia takut Aaron akan marah kalau dia buka mata sebelum Aaron perintahkan.Sedangkan Aaron yang memeluk pinggang Fitri malah merasa kenyamanan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dia melihat Fitri dari ujung kepala sampai pinggangnya.'Tidak ada yang istimewa, aku pasti sedang berhalusinasi tadi, karena bisa terpana melihat tubuh wanita kampungan ini' batin Aaron.Tapi di peluk seperti itu terus, Fitri juga merasa tidak nyaman."Tu... tuan. Aku sudah boleh bangun?" tanya Fitri pelan yang rasanya aneh saja di peluk seperti itu sedangkan dia tidak memakai atasan.Mendengar suara Fitri, Aaron langsung menarik tangannya dan melompat dari tempat tidur."Heh, bangun saja. Kenapa terus berpura-pura tidur? senang dapat pelukan dariku?" tanya Aaron terdengar begitu kesal pada Fitri.Fitri merapikan selimut yang menutupi dadanya, sambil mengernyitkan keningnya, dia menoleh ke arah Aaron."Lihat kerutan di keningmu itu, kamu sudah seperti nenek-nenek. Pokoknya kamu jangan ganggu aku ya, kalau butuh apapun katakan pada Theo. Aku yakin ibu tidak akan menghubungi kita dalam waktu dekat" kata Aaron yang terburu-buru luar dari kamar Fitri bahkan sambil membanting pintu kamar Fitri.Fitri pun terduduk lemas di tepi tempat tidurnya."Hah, salah saja terus. Dia yang memelukku kan tadi? kenapa dia menyalahkan aku? dan kerutan di kening..."Fitri memegang keningnya."Apa benar aku seperti nenek-nenek?" tanya Fitri yang kemudian bangun dan bercermin di kaca meja rias.Fitri melihat keningnya, mengerutkannya lagi, dan mengembalikan seperti semula."Ah, tidak seperti nenek-nenek. Tidak ada bekasnya walau berkerut. Dasar singa aneh, itu pasti hanya alasan untuk menghina dan mengatai aku saja" gumamnya yang sudah kebal pada setiap perkataan kasar Aaron.Tapi Aaron masih mengacak rambutnya di luar pintu kamarnya."Haih, kenapa keinginan ku menyentuh Erica jadi hilang. Ada apa denganku" ucapnya kesal sendiri.***Bersambung...Aaron begitu menyesal. Dia bahkan sudah melepaskan Fitri demi Erica. Dia pikir bisa bahagia. Ternyata Erica mengkhianatinya. Setelah anak itu lahir, Aaron bahkan segera melakukan tes DNA. Dan hasilnya memang sangat mengejutkan. Anak yang di kandung Erica itu memang bukan anaknya. Penyesalan bahkan sudah sampai ke dasar hatinya. "Keterlaluan! aku meninggalkan semuanya untukmu Erica! dan kamu mengkhianatiku? kamu keterlaluan Erica!" Erica panik, dia baru melahirkan. Dia juga tidak punya siapa-siapa lagi dan apa-apa lagi. Satu-satunya cara, hanya membujuk Aaron lagi, mengarang cerita supaya Aaron percaya padanya dan tidak meninggalkannya. "Aaron, maafkan aku. Aku di jebak, aku hanya takut kehilanganmu. Karena... karena aku sangat mencintaimu Aaron. Aku sangat mencintaimu!" Erica bahkan memeluk kaki Aaron. Dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya. Dan Aaron sendiri, ini seperti nasi sudah menjadi bubur. Dia melawan kedua orang tuanya dan meninggalkan Fitri yang jelas baik dan
Fitri merasa sangat resah dengan apa yang dikatakan oleh salah satu pekerja di rumah makannya itu. Perkataan Ida tentang kehamilan, tambah Fitri bener-bener gelisah. Hingga setelah warung makan itu tutup di sore hari dia pun bergegas menuju ke sebuah klinik yang merupakan klinik satu-satunya di desa tersebut. Apalagi, karena kesibukannya beberapa waktu ini Fitri memang lupa. Apa dia sudah datang bulan atau belum. Dia benar-benar lupa. Oleh karena itu, Fitri memberanikan diri datang sendirian ke klinik itu. Fitri pun mendaftar, dia memilih pergi ke dokter umum saja meskipun di sana sebenarnya ada bidan juga. Namun, Fitri sebenarnya masih ragu Apa benar kalau dia hamil. Apa mungkin dia yang masuk angin seperti yang dikatakan oleh Arum. Dia nah bentar berharap kalau dia hanya masuk angin. Kalau sampai dia hamil, dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan pada anaknya. Apa dia harus mengatakan kalau dia pergi dari ayahnya karena ayahnya memiliki wanita lain yang juga sedang hamil anak
Satu bulan kemudian...Aaron sudah berusaha dengan begitu keras, dia pikir bisa mencari pekerjaan di perusahaan lain meskipun dia menjadi karyawan biasa. Namun semuanya ternyata tidak seperti yang dia pikirkan meskipun sebenarnya dia berpikir juga pasti akan sulit, mencari pekerjaan dengan modal keahliannya sendiri. Tanpa embel-embel Meyer di belakangnya. Apalagi, Aaron memang tidak punya pengalaman sama sekali untuk bekerja sebagai seorang karyawan yang harus berpikir banyak hal, apalagi bekerja sama dan menurut pada atasan. Dia ya biasanya hanya tinggal pemerintah dan menandatangani surat yang sudah jadi atau dokumen yang sudah selesai diperiksa oleh Theo, bekerja dari awal yang menjadi seseorang yang harus berpikir keras. Itu benar-benar tidak mudah baginya. Selama satu bulan, dia bahkan sudah tiga kali ganti pekerjaan. Bahkan gaji yang didapatkan sama sekali tidak bisa mencukupi kebutuhan dirinya dan juga Erica. Menyadari kalau dirinya tidak bisa terus seperti itu maka Aaron me
Aaron kembali ke apartemen, sekarang semuanya benar-benar sudah berubah untuknya. Tidak ada lagi kesempatan baginya kalau sampai dia tidak menemukan Fitri. Tapi setelah apa yang di katakan oleh Theo dan ibunya, dia benar-benar malu untuk bertemu Fitri. Aaron yang merasa kalau dirinya memang sudah mencintai istrinya itu, di sisi lain suka merasa sangat tidak pantas untuk kembali meminta maaf atas semua perbuatannya, meskipun sebenarnya apa yang dilakukan itu atas dasar jebakan dari Erica. Tapi dia tahu, dia sadar sekarang, kalau memaksakan Fitri untuk berada di sisinya sementara dia masih harus bertanggung jawab kepada bayi yang ada di dalam kandungan Erica. Maka dia juga akan terus menyakiti Fitri. Aaron duduk di lantai, dia menyandarkan kembali punggungnya memang terasa sangat lelah di dinding kamarnya. Dia sudah tidak punya apapun sekarang. Sampai malam semakin larut, Aaron masih tidak beranjak sama sekali dari tempatnya berada sejak dia kembali ke apartemen itu. Aaron tidak maka
Aaron sudah mencari ke semua tempat yang dia tahu. Aaron memang tak tahu banyak tempat yang kemungkinan di kunjungi oleh Fitri. Yang dia hanyalah panti asuhan dan toko bunga. Aaron bahkan berpikir, kalau ternyata dirinya memang tidak tahu banyak hal, bahkan tidak tahu apapun tentang istrinya itu. Aaron yang putus asa, kalau sudah menunggu sampai malam hari. Tapi dia tidak kunjung mendapatkan kabar tentang Fitri. Aaron pun menghubungi Theo, dan meminta asisten pribadinya yang sebenarnya sedang sibuk di kantor itu untuk membantunya mencari Fitri. "Mencari bagaimana bos?" tanya Theo bingung. "Dia pergi, Fitri pergi dengan kopernya" kata Aaron sudah tidak bisa menjelaskan dengan fokus karena memang pikirannya sedang sangat kacau saat ini. Theo yang diberi penjelasan seperti itu tentu saja bertambah bingung. "Ada apa? kalian bertengkar lagi? bukankah hubungan kalian sudah membaik, bahkan sudah mengizinkan aku pergi ke apartemen..."Theo perhatikan apa yang ingin dia katakan karena mel
Fitri sudah sampai di stasiun di mana dia bisa pergi ke bandara dari sana, tapi dia tahu seperti apa ibu mertuanya itu. Mendengar kalau dirinya sudah pergi dari apartemen mungkin Ibu mertuanya akan mencarinya. Meskipun Aaron tidak mengejarnya, dan mungkin Aaron memang sebenarnya berbohong kalau dia mulai mencintai Fitri. Tapi ibu dan ayah mertuanya sangat simpati padanya dan sangat sayang pada Fitri Jadi mereka pasti akan mencari keberadaan Fitri. Dan Fitri, tidak menginginkan hal itu terjadi. Maka dia pun menghindari pergi dengan menggunakan pesawat terbang. Fitri memilih pergi ke dermaga, dan dia menumpang sebuah kapal yang bisa menyeberangi pulau dengan jarak tempuh, atau lama waktu berlayar kapal itu bisa sampai 8 sampai 10 jam. Tapi Fitri yang emang terbiasa dulu bekerja di kapal pesiar merasa kalau tidak akan ada masalah dengan hal tersebut. Fitri membawa barang-barangnya, penampilannya begitu sederhana sampai tidak ada yang curiga kalau dia membawa uang yang sangat banyak d
Beberapa hari berlalu, sangat tidak mudah bagi Fitri menjalani hari-hari dimana dia harus melihat suaminya yang memberikan perhatian pada wanita yang tinggal satu atap dengannya itu. Tapi Fitri berusaha terus percaya pada Aaron, karena di depan Fitri. Aaron selalu menghindari Erica. Namun setelah satu bulan wanita itu tinggal di apartemen mereka. Suatu hari, seperti biasanya Fitri akan menyiapkan sarapan terlebih dahulu untuk suaminya baru dia berangkat bekerja. Saat itu semua benar-benar seperti biasanya, Aaron bersikap biasa dan dia belum melihat Erica yang memang biasanya bangun siang itu keluar dari kamarnya. Saat itu Fitri ternyata lupa membawa ponselnya, dia yang sudah berada di lobi apartemen pun kembali lagi ke unit apartemennya. Tidak ada persamaan apapun yang membuatnya curiga. Dia masuk ke dalam apartemen itu dan tidak melihat Aaron di meja makan. Rasa penasaran membuat Fitri melangkah ke arah kamar, tapi dia tidak menemukan Aaron di sana. Pada akhirnya dia mendengar sua
Fitri sedang memberikan arahan kepada para petugas furniture yang datang membawakan perlengkapan untuk kamar tamu. Setelah semuanya tertata rapi, Fitri juga yang merapikan tempat tidur untuk Erica. Bisa di bayangkan betapa sakit hatinya Fitri saat ini. Dia harus merapikan tempat tidur untuk wanita yang akan tinggal satu apartemen dengannya dan suaminya, wanita itu sedang hamil anak dari suaminya, dan wanita itu akan tinggal bersama dengan mereka. Fitri akan melihat wanita itu setiap harinya, bahkan mungkin harus memasak untuk yang karena wanita itu memang tidak bisa memasak. Juga harus membantunya kalau dia mengalami kesulitan karena kehamilan nya. Jika orang lain yang berada di posisi Fitri mungkin akan memilih untuk mundur, namun Fitri yang selalu dinasehati oleh bunda Irene untuk bisa menjaga pernikahannya dan kalau bisa menikah itu hanya sekali seumur hidupnya, bahkan memberi kesempatan kepada suaminya yang sudah mulai berubah. Mencoba untuk menahan emosi di dalam dirinya. Di
Fitri yang sudah keluar dari kamar bermaksud ingin mengambil air minum pun mendengarkan semua yang dikatakan oleh Erica. Lebih tepatnya, Erica emang mengatakan semua kata-kata manis yang di depan Aaron karena dia tahu Fitri sedang menuju ke arah dapur. Erica sengaja membuat hati Fitri hancur. Dan itu memang benar. Hati Fitri sudah sangat terluka, tinggal bagaimana dia melihat tanggapan dari Aaron. Seandainya suaminya itu juga menanggapi Erica. Pupus sudah semua harapan dan rasa percaya Fitri pada Aaron. "Sayang, kenapa kamu diam saja? katakan kalau kita akan merawat anak ini bersama, kamu tentu bisa membayangkan betapa bahagianya anak kita ini kalau ayah dan ibunya bersama saling mencintai dan merawatnya, iya kan sayang" kata Erica lagi. Fitri masih diam di tempatnya, dia tidak tahu kalau sebenarnya Erica mengatakan itu dengan sengaja untuk memanas-manasi dirinya. Fitri yang terbiasa berpikir baik dan positif pada orang lain, mana tahu kalau Erica selicik itu. Tinggal bagaimana A