Saat Aaron berbalik, dia melihat kalau Fitri tengah melihatnya dari dekat pintu kaca yang menghubungkan balkon kamar Aaron dengan kamarnya.
"Sayang, sudah dulu ya. Aku akan menemui kamu setelah masalah perusahaan selesai!" kata Aaron pada wanita yang dia hubungi, yang dia panggil sayang.Setelah itu Aaron menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jaket yang dia pakai. Dia berjalan perlahan ke arah Fitri, dan Fitri yang terlihat takut pun melangkah mundur."Kamu menguping pembicaraan ku?" Yahya Aaron dengan tatapan mata tajam dan sangat membuat Fitri merasa tidak nyaman."Ma... maaf tuan, aku tadi mau bertanya. Tapi, aku tidak sengaja mendengar...!""Apa yang kamu dengar?" tanya Aaron menyela Fitri.Fitri sampai terjingkat ke belakang satu langkah. Karena memang Aaron bicara dengan suara keras dan sangat mengejutkan dirinya."Aku... aku...!""Kamu itu hanya istri kontrak di atas kertas, mengerti?" tanya Aaron.Tapi hal itu tidak membuat Fitri terkejut, sepertinya dia mulai mengerti. Kenapa Aaron menikahinya."Aku menikah denganmu, untuk mendapatkan kepercayaan ayah dan ibuku lagi. Wanita yang aku telepon tadi adalah kekasihku Erica, dia sangat aku cintai. Tapi ibuku tidak menyukainya, dan mereka baru akan memberikan perusahaan padaku, kalau aku menikahi wanita lain. Jadi aku tegaskan padamu, kalau kamu itu tidak lebih dari pelayan untukku!" kata Aaron yang lantas pergi meninggalkan kamar itu.Fitri lagi-lagi menghela nafas. Dia berpikir kalau jadi pelayan di rumah ini juga tidak buruk. Lebih baik setidaknya dari menjadi istri sungguhan pria yang sangat arogan dan kasar seperti Aaron.Malam harinya, setelah merapikan semua barangnya dan mandi juga ganti pakaian. Fitri membantu para asisten rumah tangga bagian dapur untuk memasak. Awalnya mereka tidak mau Fitri membantunya, tapi karena Fitri memaksa mereka pun membiarkan Fitri memasak.Adriana yang datang pertama kali ke ruang makan melihat Fitri menyiapkan makan di meja tersenyum senang."Kamu membantu mereka memasak nak? seharusnya tidak perlu!" kata Adriana.Beberapa saat kemudian, semua sudah berkumpul di meja makan. Lucas merasa kalau makanan yang di masak malam ini agak berbeda."Apa ada koki baru Bu? masakannya lebih enak?" tanya Lucas."Kokinya adalah menantu kita ayah, dia pandai sekali memasak. Benar-benar istri idaman, iya kan Aaron?" tanya Adriana pada Aaron."Biasa saja!" jawab Aaron yang lupa kalau dia harus bersikap manis pada Fitri.Adriana dan Lucas langsung saling pandang. Mereka mulai merasa kalau ada yang tidak beres dengan pernikahan anaknya yang memang terkesan mendadak. Meski dalam skenario yang di sampaikan Theo, mereka sudah mengenal lebih dari dua bulan. Tapi dari sikap Aaron terlihat kalau dia masih tidak perduli pada Fitri."Apa maksud mu biasa saja?" tanya Adriana curiga pada Aaron.Aaron yang menyadari kalau dia salah bicara langsung meralat apa yang ia katakan barusan."Iya karena aku sudah biasa makan masakan Fitri saat di panti, jadi rasanya ya jadi biasa untukku!" kata Aaron beralasan.Lucas mengangguk paham. Tapi Adriana masih merasa ada yang tidak mengena dengan apa yang di katakan dan di lakukan oleh Aaron.Setelah makan malam, Adriana dan Lucas mengajak Fitri ke kamar mereka. Mereka membarikan hadiah pernikahan untuk Fitri. Satu set perhiasan berlian yang begitu mahal, sebuah mobil dan juga satu buah kartu kredit tanpa limit pada Fitri.Fitri sampai menangis menerima semua itu, awalnya dia merasa tidak pantas dan menolaknya dengan halus. Namun Adriana berhasil membujuknya untuk menerima semua itu. Adriana bahkan berkata, itu hanya hadiah uang sangat kecil. Tapi bagi Fitri itu adalah hadiah yang luar biasa besar dan banyak.Setelah mendapatkan semua itu, Adriana mengatakan pada Fitri untuk menyimpan semua itu sendiri dengan baik. Itu semua miliknya, bukan milik bersama dengan Aaron. Jadi Adriana minta untuk Fitri menyimpannya sendiri dengan baik. Terserah Fitri mau di gunakan untuk apa nantinya.Begitu kembali ke kamarnya, Aaron terlihat berdiri di dekat pintu."Lama sekali, apa saja yang kamu bicarakan dengan ayah dan ibuku?" tanya Aaron."Mereka memberikan hadiah ini padaku!" kata Fitri jujur menunjukkan barang-barang yang di berikan oleh Adriana dan Lucas padanya."Simpan barang-barang itu dan cepat kembali kemari!" kata Aaron.Fitri mengangguk dan langsung menyimpan barang-barang itu di dalam tas yang ada di lemari di ruang ganti.Fitri cepat kembali lagi ke kamar dan berdiri agak jauh dari Aaron."Dengar! besok pagi, katakan pada ayah dan ibu kalau kamu ingin kita pindah ke apartemen. Kalau ibu menghalangi pikirkan alasan yang bagus, pokoknya kita harus pindah ke apartemen besok pagi. Mengerti!" kata Aaron yang langsung pergi ke tempat tidur lalu mematikan lampu kamar.Fitri pun duduk di atas sofa yang akan menjadi tempat tidurnya malam ini. Dia masih belum bisa merebahkan diri karena memikirkan bagaimana caranya dia mengatakan pada Adriana dan Lucas, pada kedua mertuanya itu kalau dia mau pindah dan tinggal di apartemen. Baru saja dia di beri hadiah, masak iya mau minta hal lain lagi. Itu namanya kan ngelunjak.Tapi Fitri benar-benar bingung.'Aku harus bilang apa? dan kalau Bu Adriana menolak, aku harus bagaimana meyakinkannya!' batinnya kebingungan.Dan pada akhirnya, sambil memikirkan bagaimana cara mengatakan hal itu pada mertuanya. Fitri tertidur.Keesokan paginya, di meja makan. Aaron terus menatap Fitri dengan tajam. Fitri mengerti kalau Aaron itu ingin dia celah mengatakan apa yang di perintahkan oleh Aaron semalam. Tapi Fitri benar-benar bingung memulai apa yang harus dia katakan."Oh ya nak, ini adalah kunci apartemen di kawasan Rosella Residen, ini hadiah pernikahan dari kami untuk kalian berdua. Apartemen ini atas nama kamu Fitri!" kata Lucas memberikan sebuah kunci apartemen.Fitri merasa seperti mendapatkan oksigen yang bersih dan segar ketika Lucas mengatakan itu padanya. Tadinya dia bingung, mau mengatakan apa yang di minta oleh Aaron. Tapi sepertinya Tuhan membantunya.Setelah mengucapkan terima kasih, hari itu juga mereka pergi untuk pindah di apartemen. Lucas dan Adriana melakukan itu agar Fitri dan Aaron bisa lebih dekat lagi, tinggal di rumah dengan banyak asisten rumah tangga dan penjaga rumah, mungkin akan sedikit risih bagi mereka yang merupakan pengantin baru.Setelah tiba di apartemen, Aaron memilih kamar yang besar dan memerintahkan Fitri tinggal di kamar yang lebih kecil."Kamu tidur di sana, tidak akan ada asisten rumah tangga. Buat dirimu lebih berguna di sini!" ucap Aaron yang begitu terdengar kasar dan acuh."Jangan pernah masuk ke kamar ini, karena ini adalah kamar untukku dan Erica!"'Apa?' batin Fitri tak percaya 'Jadi ini alasannya, kenapa dia minta aku untuk mengatakan pada ayah dan ibu agar kami pindah ke apartemen, agar dia bisa tinggal bersama kekasihnya, ya Tuhan... pernikahan macam apa ini?' ***To be continued...Aaron begitu menyesal. Dia bahkan sudah melepaskan Fitri demi Erica. Dia pikir bisa bahagia. Ternyata Erica mengkhianatinya. Setelah anak itu lahir, Aaron bahkan segera melakukan tes DNA. Dan hasilnya memang sangat mengejutkan. Anak yang di kandung Erica itu memang bukan anaknya. Penyesalan bahkan sudah sampai ke dasar hatinya. "Keterlaluan! aku meninggalkan semuanya untukmu Erica! dan kamu mengkhianatiku? kamu keterlaluan Erica!" Erica panik, dia baru melahirkan. Dia juga tidak punya siapa-siapa lagi dan apa-apa lagi. Satu-satunya cara, hanya membujuk Aaron lagi, mengarang cerita supaya Aaron percaya padanya dan tidak meninggalkannya. "Aaron, maafkan aku. Aku di jebak, aku hanya takut kehilanganmu. Karena... karena aku sangat mencintaimu Aaron. Aku sangat mencintaimu!" Erica bahkan memeluk kaki Aaron. Dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya. Dan Aaron sendiri, ini seperti nasi sudah menjadi bubur. Dia melawan kedua orang tuanya dan meninggalkan Fitri yang jelas baik dan
Fitri merasa sangat resah dengan apa yang dikatakan oleh salah satu pekerja di rumah makannya itu. Perkataan Ida tentang kehamilan, tambah Fitri bener-bener gelisah. Hingga setelah warung makan itu tutup di sore hari dia pun bergegas menuju ke sebuah klinik yang merupakan klinik satu-satunya di desa tersebut. Apalagi, karena kesibukannya beberapa waktu ini Fitri memang lupa. Apa dia sudah datang bulan atau belum. Dia benar-benar lupa. Oleh karena itu, Fitri memberanikan diri datang sendirian ke klinik itu. Fitri pun mendaftar, dia memilih pergi ke dokter umum saja meskipun di sana sebenarnya ada bidan juga. Namun, Fitri sebenarnya masih ragu Apa benar kalau dia hamil. Apa mungkin dia yang masuk angin seperti yang dikatakan oleh Arum. Dia nah bentar berharap kalau dia hanya masuk angin. Kalau sampai dia hamil, dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan pada anaknya. Apa dia harus mengatakan kalau dia pergi dari ayahnya karena ayahnya memiliki wanita lain yang juga sedang hamil anak
Satu bulan kemudian...Aaron sudah berusaha dengan begitu keras, dia pikir bisa mencari pekerjaan di perusahaan lain meskipun dia menjadi karyawan biasa. Namun semuanya ternyata tidak seperti yang dia pikirkan meskipun sebenarnya dia berpikir juga pasti akan sulit, mencari pekerjaan dengan modal keahliannya sendiri. Tanpa embel-embel Meyer di belakangnya. Apalagi, Aaron memang tidak punya pengalaman sama sekali untuk bekerja sebagai seorang karyawan yang harus berpikir banyak hal, apalagi bekerja sama dan menurut pada atasan. Dia ya biasanya hanya tinggal pemerintah dan menandatangani surat yang sudah jadi atau dokumen yang sudah selesai diperiksa oleh Theo, bekerja dari awal yang menjadi seseorang yang harus berpikir keras. Itu benar-benar tidak mudah baginya. Selama satu bulan, dia bahkan sudah tiga kali ganti pekerjaan. Bahkan gaji yang didapatkan sama sekali tidak bisa mencukupi kebutuhan dirinya dan juga Erica. Menyadari kalau dirinya tidak bisa terus seperti itu maka Aaron me
Aaron kembali ke apartemen, sekarang semuanya benar-benar sudah berubah untuknya. Tidak ada lagi kesempatan baginya kalau sampai dia tidak menemukan Fitri. Tapi setelah apa yang di katakan oleh Theo dan ibunya, dia benar-benar malu untuk bertemu Fitri. Aaron yang merasa kalau dirinya memang sudah mencintai istrinya itu, di sisi lain suka merasa sangat tidak pantas untuk kembali meminta maaf atas semua perbuatannya, meskipun sebenarnya apa yang dilakukan itu atas dasar jebakan dari Erica. Tapi dia tahu, dia sadar sekarang, kalau memaksakan Fitri untuk berada di sisinya sementara dia masih harus bertanggung jawab kepada bayi yang ada di dalam kandungan Erica. Maka dia juga akan terus menyakiti Fitri. Aaron duduk di lantai, dia menyandarkan kembali punggungnya memang terasa sangat lelah di dinding kamarnya. Dia sudah tidak punya apapun sekarang. Sampai malam semakin larut, Aaron masih tidak beranjak sama sekali dari tempatnya berada sejak dia kembali ke apartemen itu. Aaron tidak maka
Aaron sudah mencari ke semua tempat yang dia tahu. Aaron memang tak tahu banyak tempat yang kemungkinan di kunjungi oleh Fitri. Yang dia hanyalah panti asuhan dan toko bunga. Aaron bahkan berpikir, kalau ternyata dirinya memang tidak tahu banyak hal, bahkan tidak tahu apapun tentang istrinya itu. Aaron yang putus asa, kalau sudah menunggu sampai malam hari. Tapi dia tidak kunjung mendapatkan kabar tentang Fitri. Aaron pun menghubungi Theo, dan meminta asisten pribadinya yang sebenarnya sedang sibuk di kantor itu untuk membantunya mencari Fitri. "Mencari bagaimana bos?" tanya Theo bingung. "Dia pergi, Fitri pergi dengan kopernya" kata Aaron sudah tidak bisa menjelaskan dengan fokus karena memang pikirannya sedang sangat kacau saat ini. Theo yang diberi penjelasan seperti itu tentu saja bertambah bingung. "Ada apa? kalian bertengkar lagi? bukankah hubungan kalian sudah membaik, bahkan sudah mengizinkan aku pergi ke apartemen..."Theo perhatikan apa yang ingin dia katakan karena mel
Fitri sudah sampai di stasiun di mana dia bisa pergi ke bandara dari sana, tapi dia tahu seperti apa ibu mertuanya itu. Mendengar kalau dirinya sudah pergi dari apartemen mungkin Ibu mertuanya akan mencarinya. Meskipun Aaron tidak mengejarnya, dan mungkin Aaron memang sebenarnya berbohong kalau dia mulai mencintai Fitri. Tapi ibu dan ayah mertuanya sangat simpati padanya dan sangat sayang pada Fitri Jadi mereka pasti akan mencari keberadaan Fitri. Dan Fitri, tidak menginginkan hal itu terjadi. Maka dia pun menghindari pergi dengan menggunakan pesawat terbang. Fitri memilih pergi ke dermaga, dan dia menumpang sebuah kapal yang bisa menyeberangi pulau dengan jarak tempuh, atau lama waktu berlayar kapal itu bisa sampai 8 sampai 10 jam. Tapi Fitri yang emang terbiasa dulu bekerja di kapal pesiar merasa kalau tidak akan ada masalah dengan hal tersebut. Fitri membawa barang-barangnya, penampilannya begitu sederhana sampai tidak ada yang curiga kalau dia membawa uang yang sangat banyak d