Share

2). Hari Pernikahan

Author: Cacavip
last update Last Updated: 2024-01-18 20:02:09

***

"Cantik. Riasannya sudah selesai ya, Mbak. Nanti tinggal tunggu arahan dari pembawa acaranya aja."

"Iya."

"Kalau begitu saya permisi dulu."

"Hm."

Memandangi pantulan wajahnya yang sudah dirias makeup, Aludra mengukir senyum tipis. Seperti alien. Begitulah yang dia pikirkan ketika melihat penampilannya yang terbilang cukup merepotkan.

The Day. Setelah beberapa minggu persiapan, pernikahannya dengan Arka digelar pagi ini—ralat, sebenarnya ini bukan pernikahan Aludra, melainkan pernikahan Alula.

Mulai dari undangan, souvenir, bahkan data-data pernikahan, semuanya atas nama Alula, bukan Aludra. Di sini, jika diibaratkan film, Aludra hanyalah stuntman yang bertugas untuk menggantikan si pemeran utama sesungguhnya.

Yang membedakan adalah; Aludra menggantikan Alula bukan untuk melakukan adegan berbahaya, melainkan untuk menikah.

Ya, menikah.

Terlalu sayang pada sang kakak, Aludra pada akhirnya mau untuk menggantikan Alula menikah dengan Arka. Patuh terhadap saudara kembarnya itu, Aludra totalitas mengubah penampilan agar seperti Alula bahkan tak hanya hal tersebut, dia juga rela identitasnya dijual.

Ingin bersekolah di London, Alula meminta izin atas nama Aludra dengan dalih menggantikan dirinya sendiri yang harus menikah dengan Arka. Tak mudah, Alula yang berperan sebagai Aludra, perlu berjuang untuk meyakinkan kedua orang tuanya hingga sebuah izin pun didapat.

"Aludra," desah Aludra—masih tetap memandangi wajahnya sendiri di cermin. "Malam pertama nanti kamu harus ngapain? Tidur? Ah, tapi biasanya lebih dari itu."

"Halo, Cantik."

Sedikit tersentak, Aludra menoleh ketika pintu kamar hotel yang dia tempati sekarang terbuka. Bukan Aurora—sang mama, yang datang menghampirinya adalah Alula yang pagi ini sudah cantik dengan sanggul sederhana, juga atasan brukat coklat muda yang dikombinasikan dengan kain kebat senada.

"Apa?" tanya Aludra ketus. "Seneng, hm? Seneng karena Kakak enggak jadi duduk di sini, iya?"

"Sssst." Meletakkan jari telunjuknya di depan bibir, Alula berjalan mendekati Aludra lalu berdiri persis di belakang kursi yang diduduki sang adik.

"Cantik banget kamu, Ra. Kakak sampai pangling," puji Alula dan Aludra hanya menjawabnya dengan gumaman. "Bete gitu mukanya? Kenapa, sih?"

"Masih tanya?" tanya Aludra.

"Ra," panggil Alula. "Senyum dong."

"Males," jawab Aludra.

"Ih kamu gitu," ucap Alula. "Besok kakak berangkat ke London, kamu harus baik sama Kakak, kan kita mau pisah lama."

"Bodo amat sih," jawab Aludra cuek. Entahlah, sekarang dia menyesal sendiri karena sudah menyetujui rencana gila sang kakak untuk bertukar peran, karena nyatanya jadi Alula itu sangat tidak enak.

"Rara cantik ih," bujuk Alula.

"Apa, sih?"

"Senyum," pinta Alula. "Masa mau keluar dengan wajah asem kaya gini?"

"Kakak tau enggak kalau bulu mata palsu ini bikin mata aku perih? Kakak tahu enggak lipstiknya bikin aku risih?" tanya Aludra. "Udah deh, jangan banyak request. Udah syukur mau ditolongin. Kalau mau, aku bisa lho bongkar semuanya sekarang."

"Ra, jangan dong. Semuanya udah berjalan lancar, Mama sama Papa udah percaya, masa mau dirusak?" tanya Aludra.

"Ya udah makanya diem, enggak usah banyak ngomong," ucap Aludra. "Enggak nyaman tau ini makeup."

"Iya deh iya."

"Mbak Lula, acaranya dimulai ayo."

Sama-sama menoleh, Aludra dan Alula memandang sang MUA yang akan membawa pengantin perempuan memasuki area akad, karena kedua orang tua mereka sudah lebih dulu di sana untuk menyambut kedatangan keluarga besar mempelai pria.

"Sekarang?" tanya Aludra.

"Iya sekarang."

"Oke."

Dibantu Alula dan sang MUA, Aludra beranjak dari kursi lalu melangkahkan kakinya menuju area akad yang dilaksanakan di kawasan outdoor.

Memakai adat sunda karena Arka asli Bandung, Aludra berjalan menyusuri karpet merah menuju meja akad diiringi musik gamelan.

Gugup? Tentu saja. Melihat para tamu yang fokus memandanginya membuat Aludra risih dan ingin pingsan saja rasanya. Berbeda dengan Alula yang memiliki sikap extrovert yang cukup aktif, Aludra memang termasuk pada golongan orang-orang introvert yang tak terlalu suka bergaul.

Sehari-hari pekerjaannya adalah tidur, bangun, mandi, makan, menonton lalu tidur lagi. Begitulah Aludra dan tentu saja tak salah, jika Dewa lebih memilih Alula untuk dijodohkan dengan Arka karena melihat Aludra setiap harinya membuat pria itu waswas menjodohkan Aludra.

"Cantiknya anak Mama," puji Aurora ketika kini Aludra duduk dengan sangat hati-hati di samping Arka yang juga tampan memakai pakakaian khas sunda.

"Kak Lula cantik banget kan ya, Ma?" tanya Alula pada sang mama.

"Iya cantik," jawab Aurora. "Nanti kamu juga pasti cantik kalau nikah, Ra."

Tersenyum, Alula mulai menirukan jawaban yang sering dilontarkan Aludra. "Males, Ma. Nikah itu pusing. Lebih enak nonton drakor."

"Ish kamu ini."

"Bagaimana? Apa semuanya sudah siap?"

Obrolan antara Aurora dan Alula terhenti, perhatian keduanya mulai tertuju pada penghulu yang duduk bersebelahan dengan Dewa yang akan menjadi wali nikah untuk putrinya hari ini.

"Siap, Pak," jawab Arka dengan suara yang tegas.

"Baik kita mulai saja akadnya," kata penghulu.

Mulai membimbing, Penghulu tersebut meminta Dewa untuk menjabat tangan Arka dan diberi arahan olehnya, akad nikah dimulai.

"Arkananta Syahzad Mahendra, saya nikah dan kawin kan engkau, dengan putri kandung saya, Alula Syaqueena Pratama binti Dewa Haryaka Pratama dengan mas kawin seratus gram emas putih dibayar tunai," ucap Dewa dengan tegas dan selang beberapa detik, dalam sekali tarikan napas, Arka menjawab;

"Saya terima nikahnya Alula Syaqueena Pratama binti Dewa Haryaka Pratama dengan mas kawin seratus gram emas putih dibayar tunai."

Melirik kedua saksi yang berada di samping kanan dan kirinya, penghulu tersebut bertanya, "Bagaimana saksi, sah?"

"Sah."

"Sah."

"Alhamdulillah."

Mengucapkan syukur, semua orang di sana memanjatkan doa untuk kelangsungan pernikahan keduanya. Sakinah, mawwaddah, warrahmah, tiga doa wajib yang selalu dipanjatkan untuk setiap pengantin baru.

"Sekarang Saudara Arka dan Alula sudah resmi menjadi suami istri, jadi untuk saudara Alula, silakan dicium tangan suaminya."

"Sekarang?" tanya Aludra polos, karena memang dia tak tahu.

"Iya sekarang."

"Oke." Menjawab singkat, Aludra memiringkan posisi duduknya lalu meraih tangan Arka dan mencium punggung tangan suami saudaranya itu dengan pelan.

Tentu saja, meskipun saat ini Aludra yang bersanding dengan Arka, tetap saja yang menjadi istri pria itu adalah Alula karena memang dalam akad pun, nama Alula yang disebut Arka, bukan Aludra dan tentunya itu berarti Alula yang dinikahi Arka, bukan Aludra.

Tugas Aludra hanyalah menjaga Arka untuk sementara waktu. Ya, selama Alula di luar negeri, mau tak mau Aludra harus menggantikan tugas yang seharusnya dilakukan Alula.

"Sekarang, silakan tukar cincin." Bukan lagi sang penghulu, intruksi tersebut kini diberikan sang pembawa acara.

Masih dengan posisi semula, Arka mulai mengambil cincin emas putih yang akan dia pasangkan di jari manis Aludra. Disiapkan oleh Dirga, cincin tersebut mengikuti ukuran cincin milik Alula yang sempat diberikan Dewa beberapa minggu lalu untuk disamakan ukurannya agar tak terjadi kekecilan atau kebesaran cincin.

"Silakan untuk mempelai pria, cincinnya dipasangkan di jari manis sang istri."

Meraih tangan Aludra yang dihiasi henna berwarna putih, Arka mulai memasangkan cincin tersebut di jari manisnya. Namun, selang beberapa detik dia mengerutkan kening ketika cincin tersebut tak bisa masuk lebih dalam.

"Kenapa cincinnya jadi kekecilan ya," gumam Arka dengan suara yang sangat pelan agar tak didengar orang lain. Namun, bisa didengar oleh Aludra yang langsung memutar otak untuk mencari jawaban masuk akal karena memang untuk ukuran tangan, meskipun Aludra adik, dia memiliki diameter jari yang sedikit lebih besar dari Alula.

"A-anu, Arka," panggil Aludra pelan. "A-aku emang agak gendutan."

Mendongak, Arka yang semula fokus dengan cincin, kini menatap Aludra. "Berat badan kamu naik?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Arini
Gedek bgt sama keegoisan lulaa
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
kalw ketauan pasti marah besar ni ,karna ego alula yg buat aludra jadi korban
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
kenapa gak jujur aja sih trs nolak baik baik kan bisa
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sebatas Pengantin Pengganti   339). Extra Chapter 10

    *** "Semangat, Sayang. Jangan tegang ya." Menunggu sekitar satu jam setelah sampai di rumah sakit, Aludra akhirnya siap masuk ruang operasi untuk melahirkan putri kecilnya. Tak didampingi Aurora, yang datang ke rumah sakit hanya Dewa karena memang sang istri tak bisa pergi setelah kedua cucunya sigap menghadang agar sang Oma tak bisa ke mana-mana. Namun, tentu saja Aurora berjanji akan datang setelah Regan maupun Raiden berhasil dia tidurkan. Untuk Amanda dan Dirga, kedua orang tua Arka juga sedang dalam perjalanan setelah ditelepon oleh sang putra setengah jam lalu. "Doain ya, Pa." "Pasti, Ra," kata Dewa. Seumur hidup Aludra, ini adalah kali ketiga dia masuk ruang operasi. Pertama saat melahirkan Regan dan Raiden, kedua ketika mendapatkan donor dari Alula dan ketiga, sekarang—ketika dia akan melahirkan putri ketiganya. Sensasinya masih sama. Ruang operasi di setiap rumah sakit masih terasa dingin dan mungkin sedikit menyeramkan. "Kita mulai sekarang ya, Bu." "Iya, dokter."

  • Sebatas Pengantin Pengganti   338). Extra Chapter 9

    ***"Aku takut."Aludra yang sejak tadi duduk bersandar sambil mengelus perutnya seketika menoleh ketika Arka yang sejak tadi fokus mengemudi tiba-tiba saja berucap demikian."Takut apa?" tanya Aludra.Arka menoleh sekilas. "Takut kamu lahiran di jalan," ucapnya. "Usia kehamilan kamu tuh udah tiga puluh tujuh minggu, Ra. Duh ngeri kan kalau lahiran di jalan.""Ck, lebay," celetuk Aludra. "Dokter Ellina kan bilang kalau HPL aku dua minggu lagi, Mas. Santai aja kali.""Kan bisa maju.""Ya jangan maju," kata Aludra. Dia kemudian mengusap lagi perutnya yang buncit. "Jangan lahir dulu ya, Sayang. Mama mau nengok aunty dulu.""Iya Mama," ucap Arka.Hari ini, Aludra memang mengajak Arka ke Karawang untuk mengunjungi makam Alula. Tak membawa anak-anak, seperti biasa Aludra menitipkan Regan dan Raiden bersama Aurora juga Dewa yang sudah berkunjung lebih dulu kemarin ke makam Alula.Kemarin, terhitung delapan belas bulan sudah Alula pergi menghadap Sang Pencipta dan Aludra masih merasa semuany

  • Sebatas Pengantin Pengganti   337). Extra Chapter 8

    ***"Mas Arka buruan ih! Kok lama!"Sekali lagi Aludra yang sejak tadi menunggu di sofa dekat tangga berteriak memanggil Arka yang tak kunjung turun. Padahal, sudah hampir sepuluh menit dia menunggu suaminya turun."Iya sayang, iya. Sebentar," sahut Arka. Memakai pakaian santai, pria itu turun dengan sedikit tergesa-gesa di tangga. "Enggak sabaran banget kamu tuh ya.""Bawaan bayi," celetuk Aludra sambil mengusap perutnya yang buncit. Minggu ini terhitung tiga puluh minggu sudah usia kandungan Aludra."Ck, alasan aja.""Emang kenyataannya gitu.""Regan sama Raiden mana?""Ke mall sama Papa dan Mama.""Beneran jadi anak Oma sama Opa ya mereka tuh," kata Arka."Ya begitulah."Sejak hamil, itensitas Aludra mengasuh anak-anak memang berkurang karena Raiden dan Regan lebih sering dipegang oleh Aurora.Selain sudah tak asi lagi, Aludra juga tak boleh kelelahan selama hamil, sementara Regan dan Raiden yang sudah genap berusia dua tahun semakin lama semakin aktif."Ya udah kita berangkat seka

  • Sebatas Pengantin Pengganti   336). Extra Chapter 7

    ***"Ini kamu seriusan mau lahiran enggak sih?"Melihat sang istri yang nampak begitu tenang menghadapi proses kontraksi, pertanyaan tersebut akhirnya dilontarkan Damar yang sejak tadi setia duduk di samping Arsya.Kehamilannya sudah mencapai tiga puluh delapan minggu, sore tadi Arsya mengalami sedikit pendarahan. Segera dibawa menuju rumah sakit, dokte kandungan lain yang selama ini menangani Arsya mengatakan jika perempuan itu sudah mengalami bukaan.Ketika datang, Arsya baru mengalami bukaan dua dan sekarang setelah tiga jam berlalu—tepatnya pukul delapan, bukaan tersebut baru sampai ke angka lima.Masih ada lima lagi angka yang harus dilewati Arsya sebelum bukaan lengkap dan bayi yang selama ini dia kandung bisa lahir ke dunia."Emang kenapa?" Arsya yang sejak tadi sibuk mengatur napas sambil menikmati gelombang cinta yang cukup luar biasa, lantas mendongak dan menatap suaminya itu. "Tenang banget," celetuk Damar. "Di film-film tuh yang aku lihat, cewek mau lahiran itu biasanya n

  • Sebatas Pengantin Pengganti   335). Extra Chapter 6

    ***"Ini seriusan enggak nyadar apa gimana?"Aludra dan Arka mengernyit tak paham sambil memandang Arsya setelah pertanyaan tersebut dilontarkan perempuan tersebut."Maksudnya?" tanya Aludra."Enggak sadar apa?" tanya Arka."Nih." Arsya menunjukkan testpack yang beberapa menit lalu dipakai Aludra. Bukan testpack biasa, testpack yang dipakai adalah testpack digital yang bisa langsung menunjukkan usia kehamilan seorang ibu karena memang saat ini Aludra sedang mengandung."Ten weeks pregnant," gumam Aludra-mengeja tulisan pada testpack lalu Arka yang ikut membaca, spontan menerjemahkan."Hamil sepuluh minggu," ucap Arka.Untuk beberapa detik, sepasang suami istri tersebut bisa dibilang nge-bug, karena setelah membaca testpack baik Aludra maupun Arka saling diam."Kok pada diem sih?" tanya Arsya."Jadi maksudnya aku hamil?" tanya Aludra."Yes, Ra. Kamu hamil," kata Arsya. "Udah sepuluh minggu malah kehamilan kamu tuh.""Kok bisa?" tanya Arka. "Aludra kan baru telat datang bulan dua bulan

  • Sebatas Pengantin Pengganti   334). Extra Chapter 5

    ***"Mas mandinya udah belum, aku udah siapin sarapan tuh. Katanya mau meeting sama Papa?"Masuk ke kamar, pertanyaan tersebut dilontarkan Aludra pada Arka ketika suaminya itu tak terlihat di dalam kamar."Mas!""Di wc, Ra!" teriak Arka—membuat Aludra seketika terkekeh karenanya."Oh lagi nabung, oke. Aku tunggu," kata Aludra. Melangkah masuk, dia duduk di pinggir kasur lalu merentangkan tubuhnya di sana.Tak lama berselang, Aludra menoleh ketika pintu kamar mandi terbuka—menampakkan Arka yang sudah rapi dengan pakaian kantornya seperti biasa.Hampir setahun setelah kepindahannya ke Jakarta secara resmi, Arka tak lagi memegang jabatan manajer di perusahaan Dewa karena sang mertua memercayakan posisi CEO pada menantunya itu.Dan tentu saja jabatan yang dipegang Arka sekarang membuat pekerjaannya lebih sibuk dari biasa."Sakit perut aku tuh," kata Arka sambil melangkahkan kakinya mendekati Aludra yang langsung beringsut ketika Arka duduk di sampingnya."Mas. Kok kamu bau?" tanya Aludra—

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status