Share

4). Malam Pertama

Author: Cacavip
last update Last Updated: 2024-01-18 20:03:47

***

'Aludra berangkat abis maghrib, dadakan banget. Mama heran deh dia kaya semangat gitu, padahal dia kan mageran. Aneh ya, Lu?'

Duduk di closet sejak sepuluh menit yang lalu, Aludra terus memikirkan ucapan Aurora tadi saat pesta resepsi.

Malam ini semuanya selesai. Pesta resepsi usai pukul sepuluh malam, Aludra kembali ke kamar hotel untuk berisitirahat. Jika semalam dia tidur bersama Alula, maka malam ini dia akan tidur dengan Arka—suami saudaranya.

Aludra benar-benar harus mempersiapkan diri. Alula sudah pergi, dan mau tak mau dia harus mulai menjalani kehidupan barunya sebagai Alula dan semuanya dimulai dengan malam pertama yang akan terjadi sebentar lagi.

"Alula, kamu di mana?"

Terkesiap, pandangan Alula langsung tertuju ke arah pintu kamar mandi ketika suara Arka terdengar dari dalam kamar. Setelah pesta selesai, memang hanya Aludra yang langsung ke kamar untuk melepaskan semua riasan, karena Arka harus menemui anggota keluarganya yang besok akan langsung pulang ke Bandung.

"Di sini," jawab Aludra. Entah kenapa, jantungnya kini berdegup lebih kencang. Aludra takut. Dia sangat tak siap menghadapi malam pertamanya dan Arka karena memang sebelumnya dia tak menyiapkan apapun. Harus bagaimanakah dia sekarang?

"Kamar mandi?"

"Iya."

"Lagi apa?" tanya Arka.

Di tengah ketegangan yang dia rasakan, Aludra mendelik. "Menurut kamu di kamar mandi lagi apa? Main bola?" tanyanya.

Beranjak, dia merapikan piyama satin abunya sebelum melangkah menuju pintu lalu membukanya. Di dalam kamar, Arka masih berdiri dengan tuxedonya.

"Udah mandi?" tanya Arka.

"Udah tadi pagi," jawab Aludra apa adanya.

"Barusan enggak mandi?" tanya Arka lagi.

"Enggak," jawab Aludra singkat. Setelah pemikiran panjang, dia akhirnya mengambil keputusan untuk bersikap judes pada Arka agar laki-laki itu segan mengajaknya melakukan sesuatu di malam pertama mereka, atau lebih tepatnya malam pertama Alula karena sekali lagi, Aludra hanyalah pemeran pengganti yang tugasnya menjaga Arka selama Alula sekolah.

Itu berarti, Aludra tak boleh melakukan apapun dengan Arka, karena secara agama, dia tak memiliki ikatan apapun dengan Arka dan bukankah dua orang yang tak memiliki ikatan tidak boleh melakukan apapun yang berlebihan termasuk bercinta?

Ah, setelah ini sepertinya Aludra harus memutar otak untuk menolak ketika Arka nanti meminta jatah padanya. Dua tahun, Arka harus tahan dua tahun tak melakukan hubungan dengan dirinya karena yang harus melayani Arka di ranjang, tetaplah Alula—istri sahnya secara hukum maupun agama.

"Kenapa enggak mandi?" tanya Arka. "Kamu abis keringetan barusan. Enggak gerah emangnya?"

"Enggak," jawab Aludra. "Lagian terserah aku dong, mau mandi ataupun enggak pun terserah aku. Orang ini badan aku, milik aku. Kenapa kamu atur-atur? Gak ada hak ya, kamu atur aku."

"Kata siapa?" tanya Arka.

"Kata akulah," jawab Aludra.

"Mulai sekarang aku berhak atur kamu," kata Arka. "Meskipun kamu belum punya perasaan apapun sama aku, tapi status kamu itu istri aku dan kamu pasti tahu kalau tugas istri itu nurut sama suami."

"Ya tapi kan ...." Aludra menjeda ucapannya ketika dia hampir saja keceplosan bilang jika dirinya bukan istri Arka. Dalam hati dia ingin sekali mengatakan hal tersebut. Namun, sekali lagi Aludra tak bisa karena dia sudah berjanji pada Alula.

"Tapi kan apa?"

"Tapi kan aku males mandi!" ujar Aludra. "Udah deh, kalau kamu mau mandi, sana mandi. Aku mau tidur. Ngantuk."

"Tidur?" tanya Arka sambil menaikkan sebelah alisnya. "Yakin mau langsung tidur?"

"M-maksud kamu?" tanya Aludra yang lagi-lagi gugup. "I-iyalah e-emangnya mau apalagi?"

Melihat wajah ketakutan Aludra, Arka hanya mengukir senyum tipis. Dia cukup tahu apa yang sedang dipikirkan perempuan itu. Berjalan mendekat sambil melepaskan jasnya, Arka berdiri di dekat Aludra lalu sedikit mencondongkan kepalanya.

"Tenang aja, aku enggak akan lakuin apapun sama kamu malam ini," ucap Arka. "Aku enggak akan maksa yang enggak mau. Aku akan tunggu sampai kamu siap."

Menghembuskan napas lega, Aludra memandang Arka yang nyatanya juga tengah menatapnya. Untuk beberapa detik, dia terpesona dengan ketampanan suami saudaranya itu.

Alula. Bagaimana bisa dia menolak pria setampan Arka.

"Kenapa lihatin aku kaya gitu?" tanya Arka yang mulai sadar dengan tatapan Aludra.

Mengerjap, Aludra segera menyadarkan dirinya sendiri dari rasa terpesona pada Arka. "Enggak," jawabnya. "Siapa juga yang lihatin kamu. Pede banget."

"Mau lihatin juga enggak apa-apa sih, aku suami kamu sekarang," jawab Arka. Setelahnya, dia melangkahkan kaki ke kamar mandi untuk membersihkan badan, karena badannya terasa lengket.

Arka masuk ke kamar mandi, Aludra membalikkan badannya lalu memandang pintu kamar mandi tersebut. "Kamu bukan milik aku," ucapnya. "Tugasku di sini cuman jaga titipan Kak Lula."

***

Hampir dua puluh menit membersihkan diri, Arka keluar dari kamar mandi tanpa memakai baju karena yang dia pakai hanya handuk putih yang melilit di pinggang—membuat perut atletisnya terekspos dengan jelas.

Berdiri sejenak di depan kamar mandi, lagi. Arka mengukir senyum tipis melihat Aludra yang suda tidur meringkuk di kasur seperti kepompong. Tak memakai selimut, Aludra pasti cukup kedinginan karena ac di kamar menyala.

"Polos banget kayanya kalau lagi tidur, padahal di makan malam waktu itu mukanya kelihatan judes banget."

Berjalan menuju kopernya di sudut kamar, Arka mengambil pakaian tidur untuk dia kenakan malam itu. Dibelikan langsung oleh Aurora—mertuanya, malam ini Arka memakai piyama yang sama dengan yang dipakai Aludra.

Menyisir rambut hitamnya yang basah, Arka berjalan menuju sisi kiri kasur untuk memindahkan Aludra ke tengah karena memang sekarang, dia tidur di bagian pinggir.

Mencondongkan badan, Arka mengulurkan tangannya untuk meraih tubuh Aludra yang meringkuk lalu mengangkatnya dengan sangat hati-hati. Namun, di detik yang sama Aludra yang merasa sedikit terganggu membuka matanya dan jelas saja dia terkejut ketika tiba-tiba berada di gendongan Arka.

"Heh ngapain?!" tanya Aludra yang langsung beringsut dari gendongan Arka dan berakhir terjatuh di kasur. "Aw!"

"Hey, are you okay?"

"Jangan mendekat!" ujar Aludra—masih dengab raut wajah panik sekaligus takutnya. "Kamu mau ngapain tadi?!"

"Aku, tadi aku cum-"

"Kamu udah janji ya enggak akan maksa," ucap Aludra yang kini duduk di kasur sambil terus mundur. "Jangan ambil kesempatan dalam kesempitan. Jangan pikir karena aku tidur, aku enggak akan ngerasa. Aku bisa tau apa yang kamu lakuin meskipun aku tidur."

"Emang aku mau ngelakuin apa?" tanya Arka. "Aku tadi cuman mau pindahin kamu tidur supaya enggak di pinggir, takut jatuh."

"Bohong!" ujar Aludra. "Masa pindahin tidur harus digendong segala."

"Ya memangnya kalau pindahin tidur harus gimana Alula? Digusur? Enggak mungkin, kan?" tanya Arka. "

"Enggak sopan banget aku gusur kamu."

"Ya tapi enggak gitu juga," ucap Aludra.

Menghembuskan napas kasar, Arka duduk di pinggir kasur sehingga posisi mereka kini ada di ujung kanan dan ujung kiri karena Aludra yang terus mundur agar menjauh dari Arka.

"Sekarang kamu tidur, besok pagi kita harus berangkat."

"Aku tidur, kamu buka-buka?" tanya Aludra. "Iya, kan? Maksud kamu itu, kan?"

"Buka-buka apa?" tanya Arka. "Kamu tidur, aku juga mau tidur. Capek."

"Bohong, kamu modus," kata Aludra tak percaya.

"Kok bohong, aku serius," ucap Arka. "Enggak percaya? Nih aku tidur nih."

Naik ke kasur, Arka membaringkan tubuhnya di sana dengan posisi miring dan tentu saja menghadap ke arah Aludra.

"Tuh, aku mau tidur."

"Tutup matanya," perintah Aludra.

"Iya," jawab Arka. Menurut, dia menutup mata. Sengaja tak menutup sepenuhnya, dia mengintip Aludra yang masih duduk. "Tidur Alula, besok harus bangun pagi."

"Jangan macam-macam," ucap Aludra memperingatkan.

"Aku mau tidur ini."

Berusaha percaya, Aludra akhirnya mau membaringkan tubuh di kasur. Sama seperti Arka, dia tidur dengan posisi miring. Tak mau Arka macam-macam, Aludra mengambil guling dan menjadikannya pembatas diantara dia dan Arka.

"Awas ya kalau guling ini sampai geser."

"Iya Lula, enggak. Aku mau tidur."

"Arka."

"Apa?"

"Jangan macam-macam!"

"Enggak Lula siapa juga yang mau mac-"

Ucapan Arka terhenti ketika suara ketukan terdengar dari arah pintu. Bukan hanya dirinya, Aludra pun ikut menoleh.

"Siapa?" tanya Aludra.

"Enggak tahu," jawab Arka. Beringsut, dia beranjak dari kasur. "Aku buka dulu."

"Iya."

Sementara Aludra menunggu di kasur, Arka berjalan menuju pintu lalu membukanya pelan dan hembusan napas kasar langsung keluar dari hidungnya ketika melihat seorang pria tersenyum tipis di depannya.

"Lagi ngapain?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
emang yakin GK jatuh cinta aludra
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
kan dah mulai suka lihat arka
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
nah lo terpesona kan kamu ra dengan ketampanannya arka
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sebatas Pengantin Pengganti   339). Extra Chapter 10

    *** "Semangat, Sayang. Jangan tegang ya." Menunggu sekitar satu jam setelah sampai di rumah sakit, Aludra akhirnya siap masuk ruang operasi untuk melahirkan putri kecilnya. Tak didampingi Aurora, yang datang ke rumah sakit hanya Dewa karena memang sang istri tak bisa pergi setelah kedua cucunya sigap menghadang agar sang Oma tak bisa ke mana-mana. Namun, tentu saja Aurora berjanji akan datang setelah Regan maupun Raiden berhasil dia tidurkan. Untuk Amanda dan Dirga, kedua orang tua Arka juga sedang dalam perjalanan setelah ditelepon oleh sang putra setengah jam lalu. "Doain ya, Pa." "Pasti, Ra," kata Dewa. Seumur hidup Aludra, ini adalah kali ketiga dia masuk ruang operasi. Pertama saat melahirkan Regan dan Raiden, kedua ketika mendapatkan donor dari Alula dan ketiga, sekarang—ketika dia akan melahirkan putri ketiganya. Sensasinya masih sama. Ruang operasi di setiap rumah sakit masih terasa dingin dan mungkin sedikit menyeramkan. "Kita mulai sekarang ya, Bu." "Iya, dokter."

  • Sebatas Pengantin Pengganti   338). Extra Chapter 9

    ***"Aku takut."Aludra yang sejak tadi duduk bersandar sambil mengelus perutnya seketika menoleh ketika Arka yang sejak tadi fokus mengemudi tiba-tiba saja berucap demikian."Takut apa?" tanya Aludra.Arka menoleh sekilas. "Takut kamu lahiran di jalan," ucapnya. "Usia kehamilan kamu tuh udah tiga puluh tujuh minggu, Ra. Duh ngeri kan kalau lahiran di jalan.""Ck, lebay," celetuk Aludra. "Dokter Ellina kan bilang kalau HPL aku dua minggu lagi, Mas. Santai aja kali.""Kan bisa maju.""Ya jangan maju," kata Aludra. Dia kemudian mengusap lagi perutnya yang buncit. "Jangan lahir dulu ya, Sayang. Mama mau nengok aunty dulu.""Iya Mama," ucap Arka.Hari ini, Aludra memang mengajak Arka ke Karawang untuk mengunjungi makam Alula. Tak membawa anak-anak, seperti biasa Aludra menitipkan Regan dan Raiden bersama Aurora juga Dewa yang sudah berkunjung lebih dulu kemarin ke makam Alula.Kemarin, terhitung delapan belas bulan sudah Alula pergi menghadap Sang Pencipta dan Aludra masih merasa semuany

  • Sebatas Pengantin Pengganti   337). Extra Chapter 8

    ***"Mas Arka buruan ih! Kok lama!"Sekali lagi Aludra yang sejak tadi menunggu di sofa dekat tangga berteriak memanggil Arka yang tak kunjung turun. Padahal, sudah hampir sepuluh menit dia menunggu suaminya turun."Iya sayang, iya. Sebentar," sahut Arka. Memakai pakaian santai, pria itu turun dengan sedikit tergesa-gesa di tangga. "Enggak sabaran banget kamu tuh ya.""Bawaan bayi," celetuk Aludra sambil mengusap perutnya yang buncit. Minggu ini terhitung tiga puluh minggu sudah usia kandungan Aludra."Ck, alasan aja.""Emang kenyataannya gitu.""Regan sama Raiden mana?""Ke mall sama Papa dan Mama.""Beneran jadi anak Oma sama Opa ya mereka tuh," kata Arka."Ya begitulah."Sejak hamil, itensitas Aludra mengasuh anak-anak memang berkurang karena Raiden dan Regan lebih sering dipegang oleh Aurora.Selain sudah tak asi lagi, Aludra juga tak boleh kelelahan selama hamil, sementara Regan dan Raiden yang sudah genap berusia dua tahun semakin lama semakin aktif."Ya udah kita berangkat seka

  • Sebatas Pengantin Pengganti   336). Extra Chapter 7

    ***"Ini kamu seriusan mau lahiran enggak sih?"Melihat sang istri yang nampak begitu tenang menghadapi proses kontraksi, pertanyaan tersebut akhirnya dilontarkan Damar yang sejak tadi setia duduk di samping Arsya.Kehamilannya sudah mencapai tiga puluh delapan minggu, sore tadi Arsya mengalami sedikit pendarahan. Segera dibawa menuju rumah sakit, dokte kandungan lain yang selama ini menangani Arsya mengatakan jika perempuan itu sudah mengalami bukaan.Ketika datang, Arsya baru mengalami bukaan dua dan sekarang setelah tiga jam berlalu—tepatnya pukul delapan, bukaan tersebut baru sampai ke angka lima.Masih ada lima lagi angka yang harus dilewati Arsya sebelum bukaan lengkap dan bayi yang selama ini dia kandung bisa lahir ke dunia."Emang kenapa?" Arsya yang sejak tadi sibuk mengatur napas sambil menikmati gelombang cinta yang cukup luar biasa, lantas mendongak dan menatap suaminya itu. "Tenang banget," celetuk Damar. "Di film-film tuh yang aku lihat, cewek mau lahiran itu biasanya n

  • Sebatas Pengantin Pengganti   335). Extra Chapter 6

    ***"Ini seriusan enggak nyadar apa gimana?"Aludra dan Arka mengernyit tak paham sambil memandang Arsya setelah pertanyaan tersebut dilontarkan perempuan tersebut."Maksudnya?" tanya Aludra."Enggak sadar apa?" tanya Arka."Nih." Arsya menunjukkan testpack yang beberapa menit lalu dipakai Aludra. Bukan testpack biasa, testpack yang dipakai adalah testpack digital yang bisa langsung menunjukkan usia kehamilan seorang ibu karena memang saat ini Aludra sedang mengandung."Ten weeks pregnant," gumam Aludra-mengeja tulisan pada testpack lalu Arka yang ikut membaca, spontan menerjemahkan."Hamil sepuluh minggu," ucap Arka.Untuk beberapa detik, sepasang suami istri tersebut bisa dibilang nge-bug, karena setelah membaca testpack baik Aludra maupun Arka saling diam."Kok pada diem sih?" tanya Arsya."Jadi maksudnya aku hamil?" tanya Aludra."Yes, Ra. Kamu hamil," kata Arsya. "Udah sepuluh minggu malah kehamilan kamu tuh.""Kok bisa?" tanya Arka. "Aludra kan baru telat datang bulan dua bulan

  • Sebatas Pengantin Pengganti   334). Extra Chapter 5

    ***"Mas mandinya udah belum, aku udah siapin sarapan tuh. Katanya mau meeting sama Papa?"Masuk ke kamar, pertanyaan tersebut dilontarkan Aludra pada Arka ketika suaminya itu tak terlihat di dalam kamar."Mas!""Di wc, Ra!" teriak Arka—membuat Aludra seketika terkekeh karenanya."Oh lagi nabung, oke. Aku tunggu," kata Aludra. Melangkah masuk, dia duduk di pinggir kasur lalu merentangkan tubuhnya di sana.Tak lama berselang, Aludra menoleh ketika pintu kamar mandi terbuka—menampakkan Arka yang sudah rapi dengan pakaian kantornya seperti biasa.Hampir setahun setelah kepindahannya ke Jakarta secara resmi, Arka tak lagi memegang jabatan manajer di perusahaan Dewa karena sang mertua memercayakan posisi CEO pada menantunya itu.Dan tentu saja jabatan yang dipegang Arka sekarang membuat pekerjaannya lebih sibuk dari biasa."Sakit perut aku tuh," kata Arka sambil melangkahkan kakinya mendekati Aludra yang langsung beringsut ketika Arka duduk di sampingnya."Mas. Kok kamu bau?" tanya Aludra—

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status