Share

5). Kado Pernikahan

***

"Lagi ngapain?"

Tak langsung menjawab, Arka memandang pria di depannya dari ujung kepala hingga ujung kaki lalu melayangkan tatapan yang malas.

"Istirahat," jawab Arka singkat. "Capek. Besok mau berangkat pagi."

"Arka ada siapa?"

Menoleh pada Aludra, Arka membuka pintu kamar sedikit lebar agar Aludra bisa melihat siapa orang yang kini berhadapan dengannya.

"Kelihatan?" tanya Arka pada Aludra.

"Kak Aksa." Tak enak, Aludra mengubah posisinya menjadi duduk, tanpa menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya. "Ada apa, Kak?"

"Enggak ada apa-apa sih," jawab Aksa sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sementara Arka masih memasang wajah yang sedikit kesal karena ucapan yang pernah dilontarkan Aksa tempo hari kembali terngiang di kepalanya.

Sebelum menikah, Arka sering menjadi pengganggu keromantisan Aksa dan Istrinya‐Ananta. Tak sengaja, seringkali Arka memergoki kakak dan kakak iparnya melakukan sesuatu yang mesra. Kesal karena kejadian tersebut sering terjadi, Aksa pernah berkata jika dia akan mengganggu Arka di malam pertamanya setelah menikah.

Arka pikir ucapan tersebut hanyalah guyonan semata, tapi ternyata salah. Aksa benar-benar datang ke kamarnya padahal malam sudah cukup larut.

"Kalau niat kakak ke sini mau ganggu first night aku. Percuma," ucap Arka pelan, agar Aludra tak mendengarnya. "Aku sama Alula enggak lagi ngapa-ngalain. Kami baru aja mau tidur."

"Masa?" goda Aksa yang justru terlihat tak percaya dengan apa yang diucapkan sang adik.

"Enggak percaya?" tanya Arka. "Masuk aja."

"Sebenarnya kedatangan Kakak ke sini bukan buat ganggu doang sih," ucap Aksa. "Ada maksud lain."

"Apa?" tanya Arka singkat.

"Arka, kenapa Kak Aksanya enggak disuruh masuk?" tanya Aludra. Masih canggung, dia berusaha bersikap sebaik mungkin di depan kakak ipar Alula tersebut agar image Alula di mata keluarga Arka tidak jelek.

Cukup di depan Arka saja nanti image Alula hancur karena kelakuan Aludra. Di mata keluarganya jangan.

"Istri kamu nyuruh kakak masuk," ucap Aksa. "Enggak akan disuruh masuk gitu?"

"Aish." Mengehembuskan napas kasar, Arka akhirnya membiarkan sang kakak masuk ke kamarnya. Duduk lebih dulu di sofa yang ada, Arka membiarkan Aksa duduk di sampingnya, sementara Aludra? Tentu saha dia masih di kasur, karena malas untuk bergerak.

Sebenarnya sekarang saja Aludra ingin pergi tidur karena sudah tak tahan dengan rasa kantuk yang ada. Namun, sekali lagi di depan Aksa, dia harus menjaga image.

"Jadi ada apa?" tanya Arka.

"Mau kasih ini," jawab Aksa sambil menyerahkan sebuah kotak berukuran kecil yang dia ambil dari saku jaketnya.

"Apa?"

"Ambil aja," kata Aksa.

Dengan rasa penasaran yang ada, Arka mengambil kotak tersebut dari tangan sang Kakak. Membukanya, dia cukup terkejut dengan benda yang ada di kotak tersebut.

"Kunci mobil?"

Aksa tersenyum. Memandang Aludra sekilas lalu kembali pada Arka, dia menjawab santai. "Kado pernikahan kalian," ucapnya. "Kakak enggak bisa kasih sesuatu yang berharga. Cuman bisa kasih itu.

Bukan sesuatu yang berharga.

Empat kata yang nyatanya berbanding terbalik dengan kenyataan karena kunci mobil yang Arka dapat adalah kunci mobil mercedez benz e-class. Jenis mobil sedan keluaran Eropa yang memiliki harga di kisaran delapan ratus lima puluh juta.

"Kak ini berlebihan," ucap Arka sambil menyerahkan kembali kunci mobi itu pada Aksa. Namun, ucapan Aludra membuat keduanya menoleh.

"Makasih Kak Aksa, kadonya. Aku suka," ucap Aludra. "Bukan buat Arka aja, kan? Buat aku juga kan?"

"Iya," jawab Aksa.

"Udah Arka, enggak usah so jaim," kata Aludra. "Terima aja. Itu namanya rezeki."

"Kata istri kamu terima aja," ucap Aksa yang langsung mengepalkan kunci mobil itu di tangan Arka. "Udah terima, Kakak enggak nerima penolakan."

"Tapi kak-"

Aksa beranjak. "Udah malam, Kakak harus ke kamar, nanti si kembar nyariin," ucapnya. Sebelum melangkah pergi, dia melirik Aludra. "Happy honeymoon ya, semoga membuahkan hasil."

Aludra tersenyum. "Iya kak," jawabnya. Namun, senyuman itu seketika luntur ketika dia baru menyadar maksud dari kata 'hasil' yang dilontarkan Aksa. "Eh, hasil?"

***

"Tadi katanya mau tidur," ucap Arka pada Aludra yang justru sibuk menonton drama korea di ponselnya selepas kepergian Aksa. "Sekarang malah nonton drakor. Mana suaminya dicuekkin lagi."

"Aku enggak jadi ngantuk," jawab Aludra tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel. "Kamu kalau mau tidur, tidur duluan aja. Nanti aku nyusul."

"Aku juga belum ngantuk," jawab Arka. "Aku nungguin kamu tidur aja."

"Nungguin aku tidur," gumam Aludra. Otaknya yang terkadang sedikit lemot, memang seringkali membuat Aludra telat mengerti seperti sekarang, baru beberapa menit dia baru menoleh. "Mau ngapain emangnya?"

"Menurut kamu?" tanya Arka sambil menatap Aludra sehingga kini keduanya saling melempar tatapan.

"Arka ... aku a-aku." Aludra tergagap.

"Mau tidur," jawab Arka yang langsung membuat Aludra menghembuskan napas lega. "Aku nungguin kamu tidur dulu, baru aku tidur. Jaga-jaga, kali aja kamu kabur pas aku tidur."

"Enggak akan," jawab Aludra yang mulai fokus kembali dengan layar ponselnya. "Kabur itu ribet dan repot, aku paling enggak suka dua kata itu. Jadi tenang aja."

"Hm." Arka bergumam pelan. "Ya intinya aku mau tetep nungguin kamu tidur."

"Ya udah terserah kamu aja," ucap Aludra.

"Iya."

Hening, Aludra memilih untuk memfokuskan diri pada drama di ponselnya. Tersenyum pada ponsel, begitulah kegiatan Aludra sekarang—membuat Arka yang duduk di sampingnya hanya mengukir senyum samar, sebelum akhirnya kembali memanggil Aludra.

"Lula."

Lupa akan sosok yang sedang dia gantikan. Aludra cuek. Dia tak menjawab panggilan Arka karena memang panggilan dirinya adalah Rara bukan Lula.

"Lula," panggil Arka. Namun, masih tak direspon oleh Aludra yang masih fokus sendiri.

Sedikit kesal, Arka mencondongkan tubuhnya ke samping lalu memanggil Aludra persis di samping telinganya.

"Alula!"

"Astaga!" Terkejut, Aludra refleks melepaskan ponsel yang dia pegang lalu mendelik pada Arka. "Arka apaan sih?!"

"Kamu dipanggil daritadi enggak nyaut," jawab Arka. "Nonton boleh, tapi jangan sampai lupa sekitar. Ingat, status kamu bukan perempuan lajang lagi. Kamu punya suami."

"Iya-iya maaf," ucap Aludra. "Ada apa kamu manggil aku? Mau tidur duluan? Sana tidur, kan aku udah minta tidur duluan tadi."

"Bukan," jawab Arka.

"Terus?"

"Kado yang dari Kak Aksa-"

"Mau dikembaliin?" serobot Aludra sebelum Arka selesai berbicara. "Jangan ih, itu dikasih tau. Kalau dikembaliin nanti enggak enak, Kakak kamu akan ngerasa enggak dihargain."

"Alula." Menghembuskan napas kasar, Arka memandang Aludra. "Kalau orang lagi bicara bisa didengerin dulu enggak? jangan asal potong seenaknya. Enggak sopan."

"Ya udah kamu mau ngomong apa?" tanya Aludra.

"Aku bukan mau kembaliin mobil dari Kak Aksa, aku mau bilang kalau mobilnya kamu yang pake aja," ucap Arka.

"Aku nyetir?" tanya Aludra.

"Iya,"jawab Arka. "Bisa nyetir kan, kamu?"

Polos, Aludra menggeleng. "Enggak."

Mengerutkan kening, Arka menatap Aludra. "Lho, bukannya mama kamu bilang, kamu bisa nyetir?"

"Hah?"

Comments (7)
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
ini lebih lucu lagi aludra GK bisa nyetir
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
seru ya kisah mereka suka aku baru baca dah senyum 2apalagi arka ganteng
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
aludra di malam pertama nonton darakor sangking gugupnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status