***
"Lagi ngapain?"Tak langsung menjawab, Arka memandang pria di depannya dari ujung kepala hingga ujung kaki lalu melayangkan tatapan yang malas."Istirahat," jawab Arka singkat. "Capek. Besok mau berangkat pagi.""Arka ada siapa?"Menoleh pada Aludra, Arka membuka pintu kamar sedikit lebar agar Aludra bisa melihat siapa orang yang kini berhadapan dengannya."Kelihatan?" tanya Arka pada Aludra."Kak Aksa." Tak enak, Aludra mengubah posisinya menjadi duduk, tanpa menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya. "Ada apa, Kak?""Enggak ada apa-apa sih," jawab Aksa sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sementara Arka masih memasang wajah yang sedikit kesal karena ucapan yang pernah dilontarkan Aksa tempo hari kembali terngiang di kepalanya.Sebelum menikah, Arka sering menjadi pengganggu keromantisan Aksa dan Istrinya‐Ananta. Tak sengaja, seringkali Arka memergoki kakak dan kakak iparnya melakukan sesuatu yang mesra. Kesal karena kejadian tersebut sering terjadi, Aksa pernah berkata jika dia akan mengganggu Arka di malam pertamanya setelah menikah.Arka pikir ucapan tersebut hanyalah guyonan semata, tapi ternyata salah. Aksa benar-benar datang ke kamarnya padahal malam sudah cukup larut."Kalau niat kakak ke sini mau ganggu first night aku. Percuma," ucap Arka pelan, agar Aludra tak mendengarnya. "Aku sama Alula enggak lagi ngapa-ngalain. Kami baru aja mau tidur.""Masa?" goda Aksa yang justru terlihat tak percaya dengan apa yang diucapkan sang adik."Enggak percaya?" tanya Arka. "Masuk aja.""Sebenarnya kedatangan Kakak ke sini bukan buat ganggu doang sih," ucap Aksa. "Ada maksud lain.""Apa?" tanya Arka singkat."Arka, kenapa Kak Aksanya enggak disuruh masuk?" tanya Aludra. Masih canggung, dia berusaha bersikap sebaik mungkin di depan kakak ipar Alula tersebut agar image Alula di mata keluarga Arka tidak jelek.Cukup di depan Arka saja nanti image Alula hancur karena kelakuan Aludra. Di mata keluarganya jangan."Istri kamu nyuruh kakak masuk," ucap Aksa. "Enggak akan disuruh masuk gitu?""Aish." Mengehembuskan napas kasar, Arka akhirnya membiarkan sang kakak masuk ke kamarnya. Duduk lebih dulu di sofa yang ada, Arka membiarkan Aksa duduk di sampingnya, sementara Aludra? Tentu saha dia masih di kasur, karena malas untuk bergerak.Sebenarnya sekarang saja Aludra ingin pergi tidur karena sudah tak tahan dengan rasa kantuk yang ada. Namun, sekali lagi di depan Aksa, dia harus menjaga image."Jadi ada apa?" tanya Arka."Mau kasih ini," jawab Aksa sambil menyerahkan sebuah kotak berukuran kecil yang dia ambil dari saku jaketnya."Apa?""Ambil aja," kata Aksa.Dengan rasa penasaran yang ada, Arka mengambil kotak tersebut dari tangan sang Kakak. Membukanya, dia cukup terkejut dengan benda yang ada di kotak tersebut."Kunci mobil?"Aksa tersenyum. Memandang Aludra sekilas lalu kembali pada Arka, dia menjawab santai. "Kado pernikahan kalian," ucapnya. "Kakak enggak bisa kasih sesuatu yang berharga. Cuman bisa kasih itu.Bukan sesuatu yang berharga.Empat kata yang nyatanya berbanding terbalik dengan kenyataan karena kunci mobil yang Arka dapat adalah kunci mobil mercedez benz e-class. Jenis mobil sedan keluaran Eropa yang memiliki harga di kisaran delapan ratus lima puluh juta."Kak ini berlebihan," ucap Arka sambil menyerahkan kembali kunci mobi itu pada Aksa. Namun, ucapan Aludra membuat keduanya menoleh."Makasih Kak Aksa, kadonya. Aku suka," ucap Aludra. "Bukan buat Arka aja, kan? Buat aku juga kan?""Iya," jawab Aksa."Udah Arka, enggak usah so jaim," kata Aludra. "Terima aja. Itu namanya rezeki.""Kata istri kamu terima aja," ucap Aksa yang langsung mengepalkan kunci mobil itu di tangan Arka. "Udah terima, Kakak enggak nerima penolakan.""Tapi kak-"Aksa beranjak. "Udah malam, Kakak harus ke kamar, nanti si kembar nyariin," ucapnya. Sebelum melangkah pergi, dia melirik Aludra. "Happy honeymoon ya, semoga membuahkan hasil."Aludra tersenyum. "Iya kak," jawabnya. Namun, senyuman itu seketika luntur ketika dia baru menyadar maksud dari kata 'hasil' yang dilontarkan Aksa. "Eh, hasil?"***"Tadi katanya mau tidur," ucap Arka pada Aludra yang justru sibuk menonton drama korea di ponselnya selepas kepergian Aksa. "Sekarang malah nonton drakor. Mana suaminya dicuekkin lagi.""Aku enggak jadi ngantuk," jawab Aludra tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel. "Kamu kalau mau tidur, tidur duluan aja. Nanti aku nyusul.""Aku juga belum ngantuk," jawab Arka. "Aku nungguin kamu tidur aja.""Nungguin aku tidur," gumam Aludra. Otaknya yang terkadang sedikit lemot, memang seringkali membuat Aludra telat mengerti seperti sekarang, baru beberapa menit dia baru menoleh. "Mau ngapain emangnya?""Menurut kamu?" tanya Arka sambil menatap Aludra sehingga kini keduanya saling melempar tatapan."Arka ... aku a-aku." Aludra tergagap."Mau tidur," jawab Arka yang langsung membuat Aludra menghembuskan napas lega. "Aku nungguin kamu tidur dulu, baru aku tidur. Jaga-jaga, kali aja kamu kabur pas aku tidur.""Enggak akan," jawab Aludra yang mulai fokus kembali dengan layar ponselnya. "Kabur itu ribet dan repot, aku paling enggak suka dua kata itu. Jadi tenang aja.""Hm." Arka bergumam pelan. "Ya intinya aku mau tetep nungguin kamu tidur.""Ya udah terserah kamu aja," ucap Aludra."Iya."Hening, Aludra memilih untuk memfokuskan diri pada drama di ponselnya. Tersenyum pada ponsel, begitulah kegiatan Aludra sekarang—membuat Arka yang duduk di sampingnya hanya mengukir senyum samar, sebelum akhirnya kembali memanggil Aludra."Lula."Lupa akan sosok yang sedang dia gantikan. Aludra cuek. Dia tak menjawab panggilan Arka karena memang panggilan dirinya adalah Rara bukan Lula."Lula," panggil Arka. Namun, masih tak direspon oleh Aludra yang masih fokus sendiri.Sedikit kesal, Arka mencondongkan tubuhnya ke samping lalu memanggil Aludra persis di samping telinganya."Alula!""Astaga!" Terkejut, Aludra refleks melepaskan ponsel yang dia pegang lalu mendelik pada Arka. "Arka apaan sih?!""Kamu dipanggil daritadi enggak nyaut," jawab Arka. "Nonton boleh, tapi jangan sampai lupa sekitar. Ingat, status kamu bukan perempuan lajang lagi. Kamu punya suami.""Iya-iya maaf," ucap Aludra. "Ada apa kamu manggil aku? Mau tidur duluan? Sana tidur, kan aku udah minta tidur duluan tadi.""Bukan," jawab Arka."Terus?""Kado yang dari Kak Aksa-""Mau dikembaliin?" serobot Aludra sebelum Arka selesai berbicara. "Jangan ih, itu dikasih tau. Kalau dikembaliin nanti enggak enak, Kakak kamu akan ngerasa enggak dihargain.""Alula." Menghembuskan napas kasar, Arka memandang Aludra. "Kalau orang lagi bicara bisa didengerin dulu enggak? jangan asal potong seenaknya. Enggak sopan.""Ya udah kamu mau ngomong apa?" tanya Aludra."Aku bukan mau kembaliin mobil dari Kak Aksa, aku mau bilang kalau mobilnya kamu yang pake aja," ucap Arka."Aku nyetir?" tanya Aludra."Iya,"jawab Arka. "Bisa nyetir kan, kamu?"Polos, Aludra menggeleng. "Enggak."Mengerutkan kening, Arka menatap Aludra. "Lho, bukannya mama kamu bilang, kamu bisa nyetir?""Hah?"***"Alula bangun, Alula. Udah jam tujuh, jam delapan kita harus berangkat.""Apaan sih."Merasa terganggu ketika Arka terus membangunkannya, Aludra yang kini tidur sambil memeluk guling, lantas menenggelamkan wajahnya agar tangan Arka tak terus menyentuh karena rasanya dingin sekali."Bangun Lula, nanti kita ketinggalan pesawat," ucap Arka—berusaha sesabar mungkin menghadapi istrinya itu."Biarin, pesawat banyak. Pesen lagi kalau ketinggalan," ucap Aludra—masih dengan kedua mata yang terpejam. "Kalau enggak ada uang, minta ke Papa aku. Uangnya banyak."Arka menghembuskan napas kasar. Dia pikir Alula adalah perempuan giat yang selalu bangun pagi, karena menurut informasi dari sang mama, Alula adalah perempuan rajin yang terbilang cukup multitalent.Ah, mungkin pagi ini karena Alula masih lelah, pikirnya."La, kalau enggak mau bangun. Aku tinggal checkout ya, nanti kamu pulang sendiri," ucap Arka yang akhirnya mampu membuat Aludra membuka matanya.Membelikkan badan, Alula menatap Arka
***"Hati-hati ya kalian di sana.""Bulan madu yang nyaman.""Jangan lupa pulang bawa kabar baik.""Kalau udah sampai kabarin."Mendesah pelan, Aludra memandangi keluarganya dan keluarga Arka yang kini berdiri di depan hotel untuk mengantar kepergiannya dan Arka untuk berbulan madu ke Korea Selatan selama seminggu.Pukul sembilan pagi, Aludra dan Arka bergegas pergi ke Bandara karena pesawat yang mereka tumpangi akan take of pukul setengah sepuluh pagi.Berlibur di bulan juli, keduanya akan menikmati musim panas di negeri ginseng yang terkenal dengan hallyu wavenya.Sekali lagi, sebenarnya Aludra sangat malas berlibur. Dia yang terbiasa tiduran sepanjang hari rasanya berat untuk pergi jauh—terlebih lagi luar negeri. Namun, gara-gara Alula, mau tak mau Aludra harus mengusir jauh rasa malasnya itu."Kalau ngantuk kamu boleh tidur dulu."Aludra yang sejak berangkat terus menyandarkan tubuhnya di jok sambil memandangi jalanan kini menoleh pada Arka yang duduk persis di sampingnya."Kalau
***"Ini kamu enggak ada niatan bantu aku bawa koper gitu?"Aludra yang melenggangkan kakinya lebih dulu setelah turun dari taksi, lantas menoleh ketika pertanyaan itu dilontarkan Arka yang kerepotan membawa dua koper sekaligus.Menempuh perjalanan tujuh jam lebih, pukul lima sore keduanya sampai di Seoul. Menggunkanan taksi, Arka membawa Aludra menuju hotel yang sudah disiapkan Dewa untuk mereka selama berada di negeri ginseng tersebut.Bukan hotel biasa, tentu saja hotel yang disiapkan Dewa adalah hotel berbintang yang memiliki fasilitas luar biasa juga pelayanan yang sangat baik."Berat," jawab Aludra enteng. "Lagipula kamu kan laki-laki, terus kamu suami. Jadi kamu aja yang bawa ya."Tak menjawab, Arka hanya menatap Aludra lalu menghembuskan napas kasar. Setelah itu, dia memilih berjalan melalui gadis itu untuk menuju meja resepsionis dengan segera.Menunjukan bukti pemesanan hotel, Arka terbebas dari dua koper berat yang sejak tadi dia bawa karena koper tersebut langsung dibawa p
“Ih, enggak aktif!”Menatap kesal layar ponselnya, Aludra yang sejak tadi tidur dengan polisi telungkup lantas bergerutu ketika ternyata nomor Alula sudah tak bisa dihubungi. Padahal, dia ingin sekali menelepon kakaknya itu untuk menanyakan bagaimana kabar dia di London dan tentu saja Aludra juga ingin menuntut permintaan terima kasih dari sang kakak untuk semua jasanya yang sudah legowo menggantikan posisi sang kakak menjadi istri Arka—pria yang saat ini dia cap sebagai pria menyebalkan.Ya, bagi Aludra, Arka itu menyebalkan. Meskipun baik, tetap saja menyebalkan. Arka tampan, tapi tetap saja dia menyebalkan. Pokoknya Arka itu menyebalkan.“Ini gimana mau tanya-tanya kalau nomor Kak Lula aja enggak aktif.”Beringsut, Aludra mengubah posisinya menjadi duduk. Mengedarkan pandangan, dia menatap jam dinding yang ada di kamar hotel. Pukul delapan malam, dan Arka belum kembali dari luar setelah setengah jam yang lalu berpamitan untuk mancari makan.Sebenarnya Arka mengajak Aludra keluar un
***"Lu, itu kamu seriusan enggak apa-apa?"Berdiri dengan wajah khawatir, Arka sama sekali tak beranjak dari depan pintu kamar mandi—menunggu Aludra yang kini menghabiskan waktunya di dalam sana.Makanan pedas memang sangat manjur untuk Aludra. Hanya makan satu buah corndog dengan saus pedas, Aludra harus menerima resikonya.Sakit perut. Hanya berselang setengah jam setelah menyantap corndog tersebut, Aludra langsung merasakan sakit di perutnya dan tentu saja setelah itu, dia diare karena memang begitulah yang sering terjadi jika Aludra nekad menyantap makanan pedas.Ah, Alula. Dia harus tahu kalau demi dirinya, Aludra rela mengalami hal seperti ini."Sakit perut," jawab Aludra dari dalam kamar mandi."Mau ke dokter?" tanya Arka. "Kalau mau yuk, aku antar.""Enggak mau, mager," ucap Aludra. Sesakit apapun dirinya, kata mager tetap yang utama diucapkan Aludra karena memang selain mager, dia tak terlalu suka tiga hal. Rumah sakit, dokter, dan obat-obatan tentunya."Aku takut kamu kenap
***"Hati-hati.""Iya."Setelah sehari kemarin hanya berdiam diri di hotel karena Aludra yang masih lemas setelah sakit perut yang mendera. Hari ini, hari kedua di Seoul, Arka mengajak gadis itu untuk keluar.Tak pergi jauh, pagi ini—sekitar jam sembilan waktu setempat, Arka membawa Aludra ke Namsan tower—menara ikonic di kota Seoul yang cukup terkenal di kalangan turis lokal maupun mancanegara."Kenapa kita turun di sini?" tanya Aludra. "Harusnya kan di halte yang deket tempat sewa cable car.""Emang siapa yang bilang kalau kita mau naik calbe car?" tanya Arka, yang membuat Aludra menautkan kedua alisnya."Lah, kan emang naik itu," jawab Aludra yakin. Bukan sekali dua kali berkunjung ke Namsan tower, rasanya Aludra cukup hafal bagaimana caranya naik ke puncak dan setiap berlibur bersama kedua orang tuanya juga Alula, dia selalu menggunakan cable car. "Aku kalau sama Papa ke sini, suka naik itu, dan kalau naik bis, kita turun di halte yang tadi. Aku lupa ingetin.""Itu kalau kamu jala
***"Minum."Menoleh, Arka memandang Aludra yang baru saja kembali sambil membawa dua botol air mineral di tangannya.Masih dengan napas yang terengah-engah, Arka mengambil botol minum bertutup hijau dari Aludra lalu meneguknya hingga habis setengah. Lelah? Tentu saja.Menaikki satu-persatu undakkan tangga sambil menggendong Aludra nyatanya bukan sesuatu yang mudah. Terlebih lagi, jarak yang dia tempuh dari bawah menuju atas juga tidaklah dekat."Capek ya?" tanya Aludra setelah dirinya duduk di samping Arka.Saat ini keduanya sedang duduk di sebuah bangku panjang yang menghadap langsung ke pagar pembatas dengan hiasan ribuan gembok di sana.Gembok cinta. Begitulah panggilan orang-orang pada tempat di mana Arka dan Aludra berada sekarang. Di sana, ribuan gembok dari berbagai warna juga bentuk menggantung. Bertuliskan nama seseorang dan pasangan, mereka semua meyakini dengan menggantung gembok di sana, hubungan yang dijalani akan langgeung."Mas Arka aku tanya, kamu capek?" tanya Aludra
***"Alula bangun, Alula."Aludra yang sejak sore tadi tertidur, lekas membuka mata ketika Arka membangunkannya. Dia yang tidur dengan posisi telungkup lantas menyipitkan mata—memandang Arka yang kini terlihat rapi dengan kemeja garis-garis berwarna biru."Apa?" tanya Aludra dengan suara yang parau."Bangun, kita pergi," ajak Arka."Ke mana? Males ah, capek. Kaki aku pegel.""Aku mau nemuin temen aku," ungkap Arka. "Kebetulan dia tinggal di sini sama istrinya.""Terus ngapain kamu bangunin aku?" tanya Aludra. "Ya karena kamu harus ikut," ucap Arka. "Meskipun temen aku enggak datang, dia tahu aku udah nikah dan dia pengen ketemu sama kamu.""Temen kamu cowok?""Ya iyalah, kan tadi aku udah bilang dia punya istri. Masa cewek?""Oh." Menjawab singkat, yang dilakukan Aludra justru tak bangun. Masih mengantuk, dia menutup kembali matanya dan tentu saja semua itu membuat Arka berdecak."Alula.""Apa sih? Berisik banget.""Bangun, cantik. Mandi. Abis itu kita pergi," ajak Arka untuk yang ke