Share

5). Kado Pernikahan

Author: Cacavip
last update Last Updated: 2024-01-18 20:04:33

***

"Lagi ngapain?"

Tak langsung menjawab, Arka memandang pria di depannya dari ujung kepala hingga ujung kaki lalu melayangkan tatapan yang malas.

"Istirahat," jawab Arka singkat. "Capek. Besok mau berangkat pagi."

"Arka ada siapa?"

Menoleh pada Aludra, Arka membuka pintu kamar sedikit lebar agar Aludra bisa melihat siapa orang yang kini berhadapan dengannya.

"Kelihatan?" tanya Arka pada Aludra.

"Kak Aksa." Tak enak, Aludra mengubah posisinya menjadi duduk, tanpa menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya. "Ada apa, Kak?"

"Enggak ada apa-apa sih," jawab Aksa sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sementara Arka masih memasang wajah yang sedikit kesal karena ucapan yang pernah dilontarkan Aksa tempo hari kembali terngiang di kepalanya.

Sebelum menikah, Arka sering menjadi pengganggu keromantisan Aksa dan Istrinya‐Ananta. Tak sengaja, seringkali Arka memergoki kakak dan kakak iparnya melakukan sesuatu yang mesra. Kesal karena kejadian tersebut sering terjadi, Aksa pernah berkata jika dia akan mengganggu Arka di malam pertamanya setelah menikah.

Arka pikir ucapan tersebut hanyalah guyonan semata, tapi ternyata salah. Aksa benar-benar datang ke kamarnya padahal malam sudah cukup larut.

"Kalau niat kakak ke sini mau ganggu first night aku. Percuma," ucap Arka pelan, agar Aludra tak mendengarnya. "Aku sama Alula enggak lagi ngapa-ngalain. Kami baru aja mau tidur."

"Masa?" goda Aksa yang justru terlihat tak percaya dengan apa yang diucapkan sang adik.

"Enggak percaya?" tanya Arka. "Masuk aja."

"Sebenarnya kedatangan Kakak ke sini bukan buat ganggu doang sih," ucap Aksa. "Ada maksud lain."

"Apa?" tanya Arka singkat.

"Arka, kenapa Kak Aksanya enggak disuruh masuk?" tanya Aludra. Masih canggung, dia berusaha bersikap sebaik mungkin di depan kakak ipar Alula tersebut agar image Alula di mata keluarga Arka tidak jelek.

Cukup di depan Arka saja nanti image Alula hancur karena kelakuan Aludra. Di mata keluarganya jangan.

"Istri kamu nyuruh kakak masuk," ucap Aksa. "Enggak akan disuruh masuk gitu?"

"Aish." Mengehembuskan napas kasar, Arka akhirnya membiarkan sang kakak masuk ke kamarnya. Duduk lebih dulu di sofa yang ada, Arka membiarkan Aksa duduk di sampingnya, sementara Aludra? Tentu saha dia masih di kasur, karena malas untuk bergerak.

Sebenarnya sekarang saja Aludra ingin pergi tidur karena sudah tak tahan dengan rasa kantuk yang ada. Namun, sekali lagi di depan Aksa, dia harus menjaga image.

"Jadi ada apa?" tanya Arka.

"Mau kasih ini," jawab Aksa sambil menyerahkan sebuah kotak berukuran kecil yang dia ambil dari saku jaketnya.

"Apa?"

"Ambil aja," kata Aksa.

Dengan rasa penasaran yang ada, Arka mengambil kotak tersebut dari tangan sang Kakak. Membukanya, dia cukup terkejut dengan benda yang ada di kotak tersebut.

"Kunci mobil?"

Aksa tersenyum. Memandang Aludra sekilas lalu kembali pada Arka, dia menjawab santai. "Kado pernikahan kalian," ucapnya. "Kakak enggak bisa kasih sesuatu yang berharga. Cuman bisa kasih itu.

Bukan sesuatu yang berharga.

Empat kata yang nyatanya berbanding terbalik dengan kenyataan karena kunci mobil yang Arka dapat adalah kunci mobil mercedez benz e-class. Jenis mobil sedan keluaran Eropa yang memiliki harga di kisaran delapan ratus lima puluh juta.

"Kak ini berlebihan," ucap Arka sambil menyerahkan kembali kunci mobi itu pada Aksa. Namun, ucapan Aludra membuat keduanya menoleh.

"Makasih Kak Aksa, kadonya. Aku suka," ucap Aludra. "Bukan buat Arka aja, kan? Buat aku juga kan?"

"Iya," jawab Aksa.

"Udah Arka, enggak usah so jaim," kata Aludra. "Terima aja. Itu namanya rezeki."

"Kata istri kamu terima aja," ucap Aksa yang langsung mengepalkan kunci mobil itu di tangan Arka. "Udah terima, Kakak enggak nerima penolakan."

"Tapi kak-"

Aksa beranjak. "Udah malam, Kakak harus ke kamar, nanti si kembar nyariin," ucapnya. Sebelum melangkah pergi, dia melirik Aludra. "Happy honeymoon ya, semoga membuahkan hasil."

Aludra tersenyum. "Iya kak," jawabnya. Namun, senyuman itu seketika luntur ketika dia baru menyadar maksud dari kata 'hasil' yang dilontarkan Aksa. "Eh, hasil?"

***

"Tadi katanya mau tidur," ucap Arka pada Aludra yang justru sibuk menonton drama korea di ponselnya selepas kepergian Aksa. "Sekarang malah nonton drakor. Mana suaminya dicuekkin lagi."

"Aku enggak jadi ngantuk," jawab Aludra tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel. "Kamu kalau mau tidur, tidur duluan aja. Nanti aku nyusul."

"Aku juga belum ngantuk," jawab Arka. "Aku nungguin kamu tidur aja."

"Nungguin aku tidur," gumam Aludra. Otaknya yang terkadang sedikit lemot, memang seringkali membuat Aludra telat mengerti seperti sekarang, baru beberapa menit dia baru menoleh. "Mau ngapain emangnya?"

"Menurut kamu?" tanya Arka sambil menatap Aludra sehingga kini keduanya saling melempar tatapan.

"Arka ... aku a-aku." Aludra tergagap.

"Mau tidur," jawab Arka yang langsung membuat Aludra menghembuskan napas lega. "Aku nungguin kamu tidur dulu, baru aku tidur. Jaga-jaga, kali aja kamu kabur pas aku tidur."

"Enggak akan," jawab Aludra yang mulai fokus kembali dengan layar ponselnya. "Kabur itu ribet dan repot, aku paling enggak suka dua kata itu. Jadi tenang aja."

"Hm." Arka bergumam pelan. "Ya intinya aku mau tetep nungguin kamu tidur."

"Ya udah terserah kamu aja," ucap Aludra.

"Iya."

Hening, Aludra memilih untuk memfokuskan diri pada drama di ponselnya. Tersenyum pada ponsel, begitulah kegiatan Aludra sekarang—membuat Arka yang duduk di sampingnya hanya mengukir senyum samar, sebelum akhirnya kembali memanggil Aludra.

"Lula."

Lupa akan sosok yang sedang dia gantikan. Aludra cuek. Dia tak menjawab panggilan Arka karena memang panggilan dirinya adalah Rara bukan Lula.

"Lula," panggil Arka. Namun, masih tak direspon oleh Aludra yang masih fokus sendiri.

Sedikit kesal, Arka mencondongkan tubuhnya ke samping lalu memanggil Aludra persis di samping telinganya.

"Alula!"

"Astaga!" Terkejut, Aludra refleks melepaskan ponsel yang dia pegang lalu mendelik pada Arka. "Arka apaan sih?!"

"Kamu dipanggil daritadi enggak nyaut," jawab Arka. "Nonton boleh, tapi jangan sampai lupa sekitar. Ingat, status kamu bukan perempuan lajang lagi. Kamu punya suami."

"Iya-iya maaf," ucap Aludra. "Ada apa kamu manggil aku? Mau tidur duluan? Sana tidur, kan aku udah minta tidur duluan tadi."

"Bukan," jawab Arka.

"Terus?"

"Kado yang dari Kak Aksa-"

"Mau dikembaliin?" serobot Aludra sebelum Arka selesai berbicara. "Jangan ih, itu dikasih tau. Kalau dikembaliin nanti enggak enak, Kakak kamu akan ngerasa enggak dihargain."

"Alula." Menghembuskan napas kasar, Arka memandang Aludra. "Kalau orang lagi bicara bisa didengerin dulu enggak? jangan asal potong seenaknya. Enggak sopan."

"Ya udah kamu mau ngomong apa?" tanya Aludra.

"Aku bukan mau kembaliin mobil dari Kak Aksa, aku mau bilang kalau mobilnya kamu yang pake aja," ucap Arka.

"Aku nyetir?" tanya Aludra.

"Iya,"jawab Arka. "Bisa nyetir kan, kamu?"

Polos, Aludra menggeleng. "Enggak."

Mengerutkan kening, Arka menatap Aludra. "Lho, bukannya mama kamu bilang, kamu bisa nyetir?"

"Hah?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
ini lebih lucu lagi aludra GK bisa nyetir
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
seru ya kisah mereka suka aku baru baca dah senyum 2apalagi arka ganteng
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
aludra di malam pertama nonton darakor sangking gugupnya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sebatas Pengantin Pengganti   339). Extra Chapter 10

    *** "Semangat, Sayang. Jangan tegang ya." Menunggu sekitar satu jam setelah sampai di rumah sakit, Aludra akhirnya siap masuk ruang operasi untuk melahirkan putri kecilnya. Tak didampingi Aurora, yang datang ke rumah sakit hanya Dewa karena memang sang istri tak bisa pergi setelah kedua cucunya sigap menghadang agar sang Oma tak bisa ke mana-mana. Namun, tentu saja Aurora berjanji akan datang setelah Regan maupun Raiden berhasil dia tidurkan. Untuk Amanda dan Dirga, kedua orang tua Arka juga sedang dalam perjalanan setelah ditelepon oleh sang putra setengah jam lalu. "Doain ya, Pa." "Pasti, Ra," kata Dewa. Seumur hidup Aludra, ini adalah kali ketiga dia masuk ruang operasi. Pertama saat melahirkan Regan dan Raiden, kedua ketika mendapatkan donor dari Alula dan ketiga, sekarang—ketika dia akan melahirkan putri ketiganya. Sensasinya masih sama. Ruang operasi di setiap rumah sakit masih terasa dingin dan mungkin sedikit menyeramkan. "Kita mulai sekarang ya, Bu." "Iya, dokter."

  • Sebatas Pengantin Pengganti   338). Extra Chapter 9

    ***"Aku takut."Aludra yang sejak tadi duduk bersandar sambil mengelus perutnya seketika menoleh ketika Arka yang sejak tadi fokus mengemudi tiba-tiba saja berucap demikian."Takut apa?" tanya Aludra.Arka menoleh sekilas. "Takut kamu lahiran di jalan," ucapnya. "Usia kehamilan kamu tuh udah tiga puluh tujuh minggu, Ra. Duh ngeri kan kalau lahiran di jalan.""Ck, lebay," celetuk Aludra. "Dokter Ellina kan bilang kalau HPL aku dua minggu lagi, Mas. Santai aja kali.""Kan bisa maju.""Ya jangan maju," kata Aludra. Dia kemudian mengusap lagi perutnya yang buncit. "Jangan lahir dulu ya, Sayang. Mama mau nengok aunty dulu.""Iya Mama," ucap Arka.Hari ini, Aludra memang mengajak Arka ke Karawang untuk mengunjungi makam Alula. Tak membawa anak-anak, seperti biasa Aludra menitipkan Regan dan Raiden bersama Aurora juga Dewa yang sudah berkunjung lebih dulu kemarin ke makam Alula.Kemarin, terhitung delapan belas bulan sudah Alula pergi menghadap Sang Pencipta dan Aludra masih merasa semuany

  • Sebatas Pengantin Pengganti   337). Extra Chapter 8

    ***"Mas Arka buruan ih! Kok lama!"Sekali lagi Aludra yang sejak tadi menunggu di sofa dekat tangga berteriak memanggil Arka yang tak kunjung turun. Padahal, sudah hampir sepuluh menit dia menunggu suaminya turun."Iya sayang, iya. Sebentar," sahut Arka. Memakai pakaian santai, pria itu turun dengan sedikit tergesa-gesa di tangga. "Enggak sabaran banget kamu tuh ya.""Bawaan bayi," celetuk Aludra sambil mengusap perutnya yang buncit. Minggu ini terhitung tiga puluh minggu sudah usia kandungan Aludra."Ck, alasan aja.""Emang kenyataannya gitu.""Regan sama Raiden mana?""Ke mall sama Papa dan Mama.""Beneran jadi anak Oma sama Opa ya mereka tuh," kata Arka."Ya begitulah."Sejak hamil, itensitas Aludra mengasuh anak-anak memang berkurang karena Raiden dan Regan lebih sering dipegang oleh Aurora.Selain sudah tak asi lagi, Aludra juga tak boleh kelelahan selama hamil, sementara Regan dan Raiden yang sudah genap berusia dua tahun semakin lama semakin aktif."Ya udah kita berangkat seka

  • Sebatas Pengantin Pengganti   336). Extra Chapter 7

    ***"Ini kamu seriusan mau lahiran enggak sih?"Melihat sang istri yang nampak begitu tenang menghadapi proses kontraksi, pertanyaan tersebut akhirnya dilontarkan Damar yang sejak tadi setia duduk di samping Arsya.Kehamilannya sudah mencapai tiga puluh delapan minggu, sore tadi Arsya mengalami sedikit pendarahan. Segera dibawa menuju rumah sakit, dokte kandungan lain yang selama ini menangani Arsya mengatakan jika perempuan itu sudah mengalami bukaan.Ketika datang, Arsya baru mengalami bukaan dua dan sekarang setelah tiga jam berlalu—tepatnya pukul delapan, bukaan tersebut baru sampai ke angka lima.Masih ada lima lagi angka yang harus dilewati Arsya sebelum bukaan lengkap dan bayi yang selama ini dia kandung bisa lahir ke dunia."Emang kenapa?" Arsya yang sejak tadi sibuk mengatur napas sambil menikmati gelombang cinta yang cukup luar biasa, lantas mendongak dan menatap suaminya itu. "Tenang banget," celetuk Damar. "Di film-film tuh yang aku lihat, cewek mau lahiran itu biasanya n

  • Sebatas Pengantin Pengganti   335). Extra Chapter 6

    ***"Ini seriusan enggak nyadar apa gimana?"Aludra dan Arka mengernyit tak paham sambil memandang Arsya setelah pertanyaan tersebut dilontarkan perempuan tersebut."Maksudnya?" tanya Aludra."Enggak sadar apa?" tanya Arka."Nih." Arsya menunjukkan testpack yang beberapa menit lalu dipakai Aludra. Bukan testpack biasa, testpack yang dipakai adalah testpack digital yang bisa langsung menunjukkan usia kehamilan seorang ibu karena memang saat ini Aludra sedang mengandung."Ten weeks pregnant," gumam Aludra-mengeja tulisan pada testpack lalu Arka yang ikut membaca, spontan menerjemahkan."Hamil sepuluh minggu," ucap Arka.Untuk beberapa detik, sepasang suami istri tersebut bisa dibilang nge-bug, karena setelah membaca testpack baik Aludra maupun Arka saling diam."Kok pada diem sih?" tanya Arsya."Jadi maksudnya aku hamil?" tanya Aludra."Yes, Ra. Kamu hamil," kata Arsya. "Udah sepuluh minggu malah kehamilan kamu tuh.""Kok bisa?" tanya Arka. "Aludra kan baru telat datang bulan dua bulan

  • Sebatas Pengantin Pengganti   334). Extra Chapter 5

    ***"Mas mandinya udah belum, aku udah siapin sarapan tuh. Katanya mau meeting sama Papa?"Masuk ke kamar, pertanyaan tersebut dilontarkan Aludra pada Arka ketika suaminya itu tak terlihat di dalam kamar."Mas!""Di wc, Ra!" teriak Arka—membuat Aludra seketika terkekeh karenanya."Oh lagi nabung, oke. Aku tunggu," kata Aludra. Melangkah masuk, dia duduk di pinggir kasur lalu merentangkan tubuhnya di sana.Tak lama berselang, Aludra menoleh ketika pintu kamar mandi terbuka—menampakkan Arka yang sudah rapi dengan pakaian kantornya seperti biasa.Hampir setahun setelah kepindahannya ke Jakarta secara resmi, Arka tak lagi memegang jabatan manajer di perusahaan Dewa karena sang mertua memercayakan posisi CEO pada menantunya itu.Dan tentu saja jabatan yang dipegang Arka sekarang membuat pekerjaannya lebih sibuk dari biasa."Sakit perut aku tuh," kata Arka sambil melangkahkan kakinya mendekati Aludra yang langsung beringsut ketika Arka duduk di sampingnya."Mas. Kok kamu bau?" tanya Aludra—

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status