Share

Hujan Deras, Sederas Hatiku

Alvian memelukku erat. Hubungan kami semakin baik meski kesehatan Alvian belum sepenuhnya sembuh seperti sedia kala. Cedera di kepala membuatnya berpikir dan bertindak lambat. Aku sadar meski dia memiliki kelebihan dengan melihat gestur seseorang sudah dapat membaca sikap dari orang tersebut. Tapi itu dulu, saat Alvian belum mengalami kecelakaan ke dua.

“Kamu yakin membawa anak-anak ke sini? Nanti kalau mereka takut gimana?” tanya Alvian menatapku.

Kami sekarang satu atap. Tapi anak-anak baru mengenal Alvian beberapa bukan apalagi mengenal sosok Weni sebagai orang yang pernah berbuat jahat.

“Yakin, aku harap dengan anak-anak ke sini Mama dapat terhibur,” kataku penuh harap.

“Baiklah, kamu pulang biar dijemput supir. Jangan sendiri, tidak aman. Hari masih gelap. Aku akan menunggu Mama di sini, kamu tak keberatan kan, Sayang?”

Aku menggelang pasti. Alvian butuh dukungan untuk kesembuhan Weni. Meskipun kemungkinan untuk sembuh sangat tipis tapi kami tetap berharap ada keajaiban datang me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status