Share

Bab 166. Resah Gelisah

Penulis: Silvania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-22 20:06:05

Prang!!

Gelas yang ada di tangan Arnold tiba-tiba terlepas dan meluncur bebas ke lantai. Suara pecahan kaca memantul di seluruh ruangan, seiring dengan detak jantung Arnold yang mendadak berdetak tak beraturan.

"Mama!"

Arnold menoleh dengan panik ke arah ranjang rumah sakit. Sosok yang dicintainya, Nyonya Ruby, tampak meringis kesakitan, tubuhnya sedikit menggeliat di atas ranjang.

Dengan langkah tergesa, Arnold menghampiri ibunya yang perlahan-lahan mulai siuman.

"Mama," panggilnya lembut di sela rintihan lirih Nyonya Ruby yang masih memejamkan mata.

Kelopak mata itu kemudian terbuka perlahan. Tatapan sayunya mengarah pada wajah Arnold yang tengah menggenggam jemarinya erat. Tangan itu masih pucat, namun terasa hangat. Kehangatan itulah yang membuat Arnold ingin terus bertahan di sampingnya.

"Mama, syukurlah Mama sudah sadarkan diri!" ucap Arnold, hampir menangis. Rasa cemas yang sejak tadi menghimpit dadanya perlahan sirna, tergantikan dengan kelegaan yang menyejukkan.

Namun
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Goodnovel Awesomegirl
aduhhh lanjut thorrrr..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 232. Menjebak Sisca

    "Maafkan saya, Tuan. Seharusnya Emily mendapat keringanan karena kondisinya yang sedang hamil. Namun petugas penyidik tampaknya tidak mengetahui, sehingga mereka memperlakukannya selayaknya terlapor biasa," ucap Andreas, nada suaranya tulus menyesal.Arnold menghela napas keras, hampir seperti desahan amarah yang ditahan. Rahangnya mengencang, dan matanya menatap lurus ke arah Andreas dengan sorot tajam. Ingin rasanya ia kembali meluapkan kemarahan, tapi ia tahu ini bukan sepenuhnya salah Andreas. Bahkan pria itu justru menunjukkan itikad baik."Tolong pastikan tidak ada lagi penyidikan kepada Emily setelah ini. Semua yang dikatakannya benar dan aku menjaminnya," ujar Arnold dengan nada tegas. "Kami juga sedang mengumpulkan bukti untuk menjerat pelapor.""Tentu saja, aku yang akan memantau langsung kasusnya," sahut Andreas. Tatapannya serius, penuh tanggung jawab. "Aku sangat percaya kepada Emily.""Baiklah. Aku pegang kata-katamu. Semoga keadilan berpihak pada yang benar."Arnold men

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   231. Jangan Ditekan

    Andres menyerahkan Emily kepada Arnold. Dia pun berjalan di depan, langkahnya mantap namun dibayangi kegelisahan, lalu menunjukkan ruangan klinik yang ada di kantor kepolisian yang berada di bawah pimpinannya.Samar terdengar suara isak tangis dari belakang. Nyonya Ruby yang menemani Emily sejak awal ke kantor polisi sudah merasa khawatir. Sejak menantunya masuk ke dalam ruangan satu jam lalu dan belum juga keluar, hatinya diliputi kecemasan. Jemarinya meremas-remas tas tangan yang ada di pangkuan, bibirnya komat-kamit melantunkan doa.Sesampainya di klinik, Arnold membaringkan Emily di atas tempat tidur perlahan, penuh kehati-hatian, seolah takut menyakiti. Ia menatap wajah pucat istrinya dengan rasa bersalah. Tangan Emily terasa dingin saat digenggamnya. Sementara itu, Andreas dan Nyonya Ruby menunggu di luar. Andreas mondar-mandir dengan resah di depan pintu, tak kalah gelisahnya.Tak lama kemudian, seorang dokter paruh baya masuk ke ruang periksa. Langkahnya tenang, pengalamannya

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   230. Pemeriksaan Emily

    “Tidak bisa, Tuan. Bukti yang kita punya tidak kuat dan kami hanya bisa menyelidiki sampai di sana. Selebihnya, untuk mengungkap kasus ini, kita harus menunggu Tuan William sadarkan diri atau mendapat pengakuan langsung dari tersangkanya.” “Dia tidak akan mengaku, Robert!” Suara Arnold merendah namun penuh tekanan. Matanya berkilat, bibirnya mengatup. Sebuah ide melintas cepat di benaknya—cara untuk mengungkap kebenaran yang selama ini mengambang. “Nanti malam datanglah ke rumahku. Ada yang ingin aku sampaikan.” “Baik, Tuan.” Arnold menutup teleponnya. Nafasnya ditarik panjang sebelum kembali masuk ke ruang perawatan. Saat itu, ia bersisian dengan Sisca yang baru saja keluar. Tatapan mereka bertemu sesaat. “Sampai berjumpa di pengadilan, Tuan,” bisik Sisca lirih. Senyum khas devil terukir di wajahnya—sombong, penuh kemenangan. “Tentu, aku tidak sabar,” balas Arnold datar, menutup pintu di belakangnya tanpa menoleh lagi. “Sombong sekali,” dengus Sisca, melirik tajam ke arah pint

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 229. Kerabat Sarah

    Nyonya Ruby melepaskan pelukannya. Wajahnya berubah tegang, rahangnya mengeras. Dia kaget bukan main mendengar perkataan Siska yang datang begitu tiba-tiba, menusuk harga dirinya sebagai seorang mertua."Kau menuntut menantuku?" tanyanya geram, sorot matanya tajam menelusuk wajah Siska.Siska tak bergeming. Suaranya dingin namun terdengar penuh kepastian. "Saya hanya ingin memberi pelajaran kepada orang yang semena-menanya. Maafkan saya, tapi saya sudah memberi kesempatan. Menantu Anda saja yang terlalu sombong."Di sudut ruangan, Emily meremas ujung risnya erat-erat. Nafasnya ditahan, dadanya sesak. Dia tidak akan terjebak lagi oleh lidah licin Siska. Tidak untuk kedua kalinya. Matanya lurus menatap lantai, mencoba menenangkan emosi yang mendidih dalam dadanya."Kenapa kau diam, Emily? Yang aku katakan tadi pagi bener, kan?" Siska tersenyum lebar, seolah baru saja memenangkan sebuah pertandingan. Kini, wajah aslinya mulai terlihat. Topeng ramah yang biasa dipakainya sudah mengelupas.

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 228. You're Mine

    Emily mendengus pelan. Tiketnya sudah melayang karena dirobek Arnold. Ia lalu berjalan keluar dari antrean. Melihat Emily pergi dengan wajah masam, Arnold tersenyum samar. Ia segera bangkit dan mengejarnya. "Kau mau meninggalkanku, hah? Bukankah kau sudah berjanji akan berada di sisiku sampai mati? Mana janjimu, Cantik?" ucap Arnold sembari merengkuh pinggang Emily dan mengecup pipinya. Emily yang masih kesal berusaha melepaskan pelukan Arnold, namun pria itu justru semakin mengeratkannya. "Tampaknya aku harus memasungmu di rumah agar kau tidak kabur-kaburan lagi!" tambahnya sarkastik. Emily tidak menjawab. Ia terus melangkah menuju pintu keluar. Langkahnya semakin cepat karena merasa risih ditatap banyak pasang mata. "Arnold, berhenti menciumku di tempat umum seperti ini. Aku malu!" ucapnya sembari mendorong wajah Arnold menjauh. "Ini sebagai hukuman karena kau berani meninggalkanku!" "Aku tidak meninggalkanmu. Kaulah yang membuatku pergi!" Langkahnya terhenti. Matanya berk

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 227. Ikut Pulang Denganku

    Arnold kembali ke ruangannya setelah gagal membujuk Sisca. Sisca bersikeras ingin membawa kasus ini ke pihak berwajib, dan Arnold pun tidak tinggal diam. Ia percaya sepenuhnya pada istrinya, hanya saja sejak awal Arnold berharap semuanya bisa diselesaikan secara baik-baik tanpa keributan. "Aku memohon demi istriku. Apa dia pikir aku lebih percaya orang yang baru kukenal daripada istriku sendiri yang telah menemaniku bertahun-tahun?" gumam Arnold sepanjang lorong menuju ruangannya. Saat memasuki ruang kantor, mata Arnold terpaku pada kunci mobil dan black card yang tergeletak di atas meja. Ia langsung berlari untuk memastikan bahwa yang dilihatnya benar-benar milik Emily. "Jangan bilang kau mau pergi meninggalkanku!" Arnold meremas black card itu hingga patah menjadi dua. Tanpa pikir panjang, ia bergegas keluar sambil menghubungi Robert. “Iya, Tuan!” “Cari keberadaan Emily. Dia kabur. Cek namanya di semua maskapai, pastikan tidak ada yang terlewat!” Arnold langsung memutus pa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status