Home / Rumah Tangga / Sebelum Kita Bercerai / Bab 27. Kejutan Malam

Share

Bab 27. Kejutan Malam

Author: Clau Sheera
last update Last Updated: 2024-03-17 20:52:30

Dewangga mulai mengetuk-ngetukkan jarinya di permukaan kaca jam tangan tanda sudah tak sabar lagi. Sebenarnya dia sudah tak memiliki banyak waktu di rumah itu. Tapi, karena ada kejadian tak terduga seperti ini, terpaksa dia harus duduk lebih lama di sana.

"Dewangga, kamu nggak mungkin kalau nggak percaya sama aku, kan?" tanya Maura penuh harap.

Dewangga terdiam dengan wajah datar. Pria itu melirik bu Asih yang masih sibuk membuka laci.

"Bu Asih, bagaimana? Sudah ketemu?" tanya pria itu sambil menatap punggung bu Asih yang sedang membelakanginya.

Bu Asih segera berbalik dan menggeleng. "Ti-tidak ada lagi, Tuan."

Dewangga mengangguk sambil berdiri merapikan pakaiannya. Dia tahu bu Asih belum selesai memeriksa semua laci yang ada.

"Bu Asih, ayo kita keluar," ujarnya tanpa ekspresi, kemudian dia menatap Maura. "Aku tahu sedikit mengenai dirimu, Maura. Aku tak akan mempermasalahkannya. Kamu jangan khawatir. Jadi, istirahatlah."

Maura menghela napasnya dengan kecewa sambil menatap punggung
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sebelum Kita Bercerai   Bab 58. Rumah Masa Kecil

    “Aku 
.”Maura menahan napasnya. Dadanya yang berdebar-debar, berdenyut sakit. Ternyata sekuat itu pengaruh Dewangga di hidupnya padahal hari kemarin dia sudah meyakinkan diri untuk melepasnya.“Kamu baik-baik aja?” tanya pria itu, dengan nada suara yang lebih lembut.“Ya.”“Maaf, atas kejadian itu,” ujar Dewangga sambil memeluk Maura dengan perasaan lega.‘Eh?’Maura mematung dengan jantung yang semakin berdebar-debar.Bagaimana bisa seorang Dewangga meminta maaf secara langsung padanya sambil memeluknya?Oh, Maura ingat. Pria itu hanya ingin berpisah secara baik-baik dengannya. Tak masalah. Dia juga akan melepasnya dengan ikhlas.Tangan Maura terangkat sejenak untuk menyambut pelukan hangat Dewangga, namun segera berhenti di udara dan jari-jarinya mengepal.Dia tak bisa menyambut pelukan hangat itu, atau dia akan semakin terbelenggu oleh perasaannya.Setelah mengalami amnesia selama beberapa waktu, dia banyak belajar bahwa sudah saatnya dia melepaskan sesuatu yang bukan miliknya, at

  • Sebelum Kita Bercerai   Bab 57. Tatapan Matanya

    Langit cerah pagi itu. Sinar matahari menerobos masuk melalui jendela yang gordennya terbuka lebar.Maura duduk bersandar sambil termenung menatap partikel debu halus yang terbang dan berkilauan.Kakinya yang jenjang, berbalut selimut rumah sakit. Bahkan, pakaian yang dikenakannya juga adalah pakaian rumah sakit.Pagi itu rasanya tenang, begitu juga dengan hati dan pikirannya, setelah seharian kemarin badai di hatinya berkecamuk sejak dia pergi dari rumah oma Ambar. Tepatnya sejak ingatannya pulih sepenuhnya.“Bu Maura, apa hari ini kepala Anda masih sakit?” tanya seorang perawat yang datang ke ruangan itu setelah mengetuk pintu.“Ah, iya, Sus.” Maura segera memegang kepala dan mengurutnya sedikit sambil meringis. “Masih lumayan sakit. Saya juga ngerasa 
 nggak tenang kalau harus pulang sekarang. Bisa kasih saya waktu lagi? Di rumah, saya sendirian, nggak bakal ada yang rawat kalau ada apa-apa.”Itu hanya alasan saja sebenarnya. Alasan agar dia bisa tinggal di sana minimal sehari lagi

  • Sebelum Kita Bercerai   Bab 56. Peringatan Dewangga

    Dewangga menatap sepasang sepatu yang diserahkan salah satu penjaga keamanan padanya.Itu sepatu Maura, yang di bagian tumitnya terdapat noda pink samar dan juga basah oleh hujan.Noda darah, yang berarti Maura meninggalkan rumah itu tanpa alas kaki dan kakinya terluka.***Hujan masih turun deras seolah sengaja tumpah dan membuat jalanan aspal penuh air. Parit-parit yang biasanya cukup untuk menampung hujan kini membeludak.Dewangga yang tengah menyetir sambil melihat sekitar jalanan yang sepi, segera menghubungi telepon rumahnya, berharap Maura sudah pulang.“Ya, halo?” Suara Mia yang sedikit mengantuk menjawab telepon rumah di ruang tengah.“Mia, apa sekarang Maura udah di rumah?” tanya Dewangga penuh harap.“Sejak Tuan nelpon dan bilang nyonya pergi dari sana, saya dan mbok Narti nungguin di ruang tengah,” jawab Mia. “Tapi nyonya masih belum pulang, Tuan.”“Oke. Kabari kalau dia pulang. Maaf sudah m

  • Sebelum Kita Bercerai   Bab 55. Potongan Puzzle Ingatan

    “O-oma 
 aku 
 aku 
 hiks, hiks, hiks 
.” Tangis Alena pecah, sedikit lebih keras dari yang tadi, membuat semua orang kebingungan. Wanita itu menutupi wajahnya yang memerah menahan malu, menahan isak tangisnya yang tetap keluar lebih banyak. “Jadi, kamu mau mengakui atau nggak?” tanya oma Ambar tegas. “Alena, kamu 
. Nggak mungkin kamu ngelakuin itu, kan?” tanya Laura tak percaya, namun Alena tetap menangis. “Jadi kamu beneran nyiram diri kamu sendiri buat nuduh Maura?” Vivian yang juga tak percaya, membulatkan matanya. “Nggak mungkin!” Clara yang masih percaya pada Alena meski kepercayaannya mulai runtuh sedikit demi sedikit, menatap Alena. “Kak, ayo bilang sejujurnya. Kak Ale nggak mungkin ngelakuin hal itu. Ini beneran perbuatan Maura. Ayo, Kak, bilang!” “Cukup, Clara. Apa kamu nggak lihat? Secara nggak langsung dia udah ngasih jawabannya,” ujar Narendra tegas meski hatinya merasa lega.

  • Sebelum Kita Bercerai   Bab 54. Tangisan Alena

    “Tante 
 hiks, hiks, hiks 
. Jangan dekat-dekat, nanti kena tumpahan jus.” Dengan mata berkaca-kaca, Alena menjaga jarak dari Laura dan Vivian.“Kamu 
.” Laura yang menunjuk Maura, sempat kehilangan kata-katanya. “Saya udah ngerasa agak tenang karena kamu nggak bikin ulah di pesta ulang tahun saya, tapi tetep aja ujung-ujungnya kamu malah bikin onar kayak gini.”“Ma, i-itu nggak benar. Aku 
 aku lihat dia yang nyiram dirinya sendiri pakai jus itu,” jawab Maura sedikit gugup.“Halaahh 
. Masa iya, Alena mempermalukan dirinya sendiri kayak gini, sih? Kamu aja yang nggak mau ngaku atas perbuatanmu,” tuduh Vivian dengan wajah galak. “Mentang-mentang kamu disayang sama oma, akhirnya kamu benar-benar ngelunjak.”“Tante, aku—”“Nggak usah cari-cari alasan! Minimal kamu minta maaf, kek!” ujar Laura keras.“Ada apa ini, Ma?” Dewangga yang mendengar keributan segera mendekat bersama Zefan, lalu menatap Alena yang berantakan.“Dia tuh, udah nyiram Alena pakai jus,” tuduh Vivian yakin sambil menu

  • Sebelum Kita Bercerai   Bab 53. Drama Alena

    Maura duduk menyepi di sudut kursi taman yang terlindung dari cahaya lampu, sambil bertelanjang kaki.Sepasang sepatunya, dibiarkan tergeletak rapi di samping.Sejak mendengar gosip-gosip buruk tentang dirinya, dia merasa tak pantas berada di sana, di antara banyaknya orang yang bersuka cita menceritakan keburukannya.Dia butuh waktu dan ruang untuk berdamai dengan segala hal. Dengan dirinya, dengan masa lalunya yang masih terlupakan, serta dengan orang-orang yang memandangnya rendah.Satu persatu tamu pergi. Dia hanya bisa menatap dari kejauhan, bersembunyi di balik kegelapan. Hanya di tempat sepi itu dia merasa sedikit aman.Jam menunjukkan hampir pukul sebelas. Sudah satu jam lamanya dia di sana. Dia yakin, ruang utama tempat diadakannya acara ulang tahun itu mulai sepi dari para tamu.Tiba-tiba ponselnya berdering. Panggilan dari Dewangga masuk.Selama dia memulai hidup barunya setelah kecelakaan dan amnesia, bisa dihitung jari berapa kali pria itu menghubunginya lebih dulu, membu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status