Home / Romansa / Sebening Cinta Anne / Part 9. Sesal yang Datang di Akhir

Share

Part 9. Sesal yang Datang di Akhir

Author: Ummu Nadin
last update Last Updated: 2021-08-03 13:02:04

"Tolong ... siapapun, tolong kami .... "

 

Di tengah malam buta, saat cahaya rembulan sedang bersembunyi di balik awan gelap. Sedangkan bintang-bintang juga sedang begitu malas menampakkan diri. Sebuah mobil yang meluncur membelah jalan raya menuju puncak Bogor, tiba-tiba tak terkendali dan menghantam marka pembatas jalan. Mobil itu berguling beberapa kali hingga kemudian terbalik.

 

Suara minta tolong itu terdengar menyayat hati. Tapi apa hendak dikata, malam ini tak ada satupun kendaraan yang lewat di tempat itu.

 

Bahkan rintik hujan mulai turun mengguyur bumi, seolah meredam gejolak panas angkara murka.

 

"Tolong, tolong kami," suara minta tolong itu terdengar semakin lirih.

 

Dalam keadaan setengah sekarat, suara itu tak berputus asa meminta pertolongan.

 

Setengah jam kemudian dari kejauhan tampak cahaya lampu mobil mendekat kearah mereka, melihat cahaya itu, sosok yang merintih minta tolong itu seolah melihat cahaya harapan. Berharap dewa penolong telah datang menolong mereka.

 

Anne terbangun, nafasnya tersengal-sengal. Keringat membanjiri tubuhnya. Sampai hari ini Anne masih sering mengalami mimpi buruk ini. 

 

Mimpi buruk yang selalu datang menghampiri. Mimpi yang selalu sama, yaitu saat dia mengalami titik terendah dalam hidupnya. Saat dimana kecelakaan tragis itu terjadi. 

 

Itu adalah Pengalaman mengerikan yang dia alami di masa kecilnya, yang kerap kali hadir begitu saja dalam mimpinya.

 

Saat itu Anne baru berusia 14tahun, dia masih kelas 2 SMP. Dia mengalami kecelakaan maut yang merenggut kedua orang tua nya sekaligus, nyatanya bekas itu tidak mudah untuk dihapus begitu saja.

 

Anne sering mengalami mimpi buruk, yang selalu sama, seperti kaset yang diputar berulang-ulang.

 

Dalam mimpinya, saat itu Anne antara sadar dan tidak, dia mendengar papanya merintih minta tolong, mama yang disampingnya sudah tidak lagi bergerak. 

 

Sementara dia sendiri terpejam, masih mendengar sayup-sayup suara papanya. Tapi tak mampu menjawab ataupun bergerak.

 

Anne mendengar langkah kaki sayup-sayup mendekati mobil mereka.

 

"Han-do-ko, to-long ka-mi," suara Darren.

 

Itu adalah suara papanya yang terakhir yang bisa Anne dengar. Setelah itu Anne hanya mendengar papanya seperti merintih karena tercekik. Dan setelahnya dia sudah tidak bisa mendengar suara apapun lagi.

 

Keringat dingin membasahi baju tidurnya. Ketika mimpi itu datang dia hanya bisa melantunkan dzikir dan doa untuk kedua orang tuanya.

 

Secara nyata dia tidak bisa mengingat dengan jelas. Karena begitu Anne siuman,  saat itu dirinya sudah ada di rumah sakit. Anne tidak sadarkan diri selama dua hari di rumah sakit. 

 

Hampir tiga minggu Anne menjalani perawatan. Karena dokter menyatakan dia kehilangan pendengarannya.

 

Betapa hancur hidupnya saat itu, kehilangan pendengarannya serta kehilangan kedua orang tuanya sekaligus. 

 

Bagaimanapun dia hanya seorang anak remaja saat itu. Apa yang dia alami adalah sebuah mimpi buruk yang tidak sanggup dia bayangkan sebelumnya. Hingga rasa kehilangan itu telah merenggut paksa  kebahagiaannya.

 

Sampai akhirnya Anne menjalani banyak terapi pendengaran dan memakai alat bantu dengar. Kemudian dia bertemu dengan komunitas yang saling menguatkan satu sama lain. Semua itu perlahan-lahan bisa memulihkan rasa kehilangan itu. 

 

"Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah ... "

 

Anne masih berdzikir di sudut kamar. Sajadah panjang itulah yang menjadi satu-satunya tempat menenangkan diri, setiap kali mimpi buruk itu datang.

 

Merindukan ketenangan hidup, seperti ketika papa dan mamanya masih hidup. Mama, Anne rindu ... Hiks ... 

 

Derai air mata semakin deras, mengalir menganak sungai menuju ke samudra batin yang terasa teriris sembilu.

 

 

❤️❤️❤️

 

 

"Hanz, Papa perhatikan dari tadi kok bengong aja," ujar Federick.

 

Federick masuk di ruangan Hanzel dan melihat putranya sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.

 

"Hanzel baru memeriksa keuangan bulan ini, Pa. Udah deh ga usah ganggu," cicitnya.

 

"Tapi papa lihat laptopnya mati tuh, Hanz," Papanya tersenyum jahil.

 

"Hmm itu karena, Hanzel lupa baterei nya habis,"

 

Wajahnya tampak pilon, dengan senyum setengah niat. Bukan senyum, lebih tepatnya meringis menahan malu.

 

"Hahaha ... Hanz, papa tuh pernah muda lho. Pernah ngerasain jatuh cinta juga. Jadi ya, Papa maklum sih," papanya menggoda.

 

"Apaan sih, Pa?"

 

Om Federick tersenyum, kemudian bertanya.

 

"Kamu ga sedang cemburu kan, Hanz?"

 

"Cemburu sama siapa emang?" balas Hanzel cuek.

 

"Siapa lagi kalau bukan sama Alex," tegas Federick.

 

"Ya ga lah," elak Hanzel.

 

"Ah yang bener?"

 

Hanzel memutar bola mata malas, sementara Federick berjalan mendekati Hanzel. 

 

"Tapi kamu harus hati-hati sama Alex, Hanz. Dia berbahaya," ucapnya dengan wajah serius.

 

"Maksud papa?"

 

"Saran Papa, jangan kasih kendor. Atau kamu akan kehilangan Anne," desak papanya.

 

"Apaan sih Pa, bete deh," sungut Hanzel.

 

"Papa serius, Hanz. Dia berbahaya," kini Federick memandang putranya lekat-lekat.

 

Ditepuknya beberapa kali bahu anaknya itu, kemudian melangkah pergi meninggalkan ruangan Hanzel.

 

Hanzel terdiam penuh tanya. Hanzel tahu persis ekspresi Papanya itu tidak sedang bercanda. Karena dia hafal Papanya itu orang seperti apa.

 

Tapi kenapa papa memberi teka-teki seperti ini. Hanzel yakin, mata-mata papanya yang telah memberi tahu papa siapa Alex itu yang sebenarnya.

 

Jadi aku harus bagaimana?

 

Pepetin Anne tiap hari gitu?

 

Ah, kalau itu sih Hanzel mau banget dong.

 

Semburat merah tiba-tiba muncul di kedua pipinya. Kedua bibirnya melengkung,  menampilkan deretan gigi diantara jenggot dan kumis tipisnya yang menawan. Itulah pesona seorang Hanzel Adi Wijaya yang digilai para wanita.

 

 

❤️❤️❤️

 

 

"Tumben masih sore kok sudah pulang to, Pak?" Sapa istri Pak Hardiman ketika suaminya pulang kerja.

 

"Iya, Buk. Tadi Pak Ardian mengijinkanku pulang lebih awal. Katanya tidak butuh tenaga bapak malam ini, ya sudah bapak pulang aja. Memangnya ibu ga suka kalau bapak pulang awal?" Canda Pak Hardiman pada istrinya.

 

Sepasang suami istri itu kini hidup hanya berdua, kedua anaknya sudah hidup mandiri dengan keluarga mereka masing-masing di kota yogya.

 

Sebulan ini Pak Hardiman dan istrinya  mengikuti majikan mereka pindah di Jakarta. Mereka berdua di kontrakkan rumah oleh majikannya tidak jauh dari rumah majikannya itu. Jadi Pak Hardiman datang ke rumah majikannya setelah subuh untuk nyuci mobil dulu, sebelum mengantar keluarga majikannya beraktivitas setiap hari. Tugasnya adalah sopir di keluarga itu.

 

"Beberapa hari ini, ibu perhatikan Bapak kok kayak sedih gitu, kenapa to Pak?" Istrinya menatapnya penuh tanya.

 

"Ndakpapa, Bu. Cuma bapak merasa bersalah," jawabnya.

 

"Merasa bersalah bagaimana? Memangnya bapak berbuat salah apa pada Pak Ardian?" Tanya istrinya.

 

"Mungkin memang Gusti Allah menginginkan kita bertanggungjawab, Bu," ucap Pak Hardiman lirih.

 

Pak Hardiman tampak gelisah menghela napas panjang. Sang istri segera menyadari arah pembicaraan suaminya.

 

Kemudian sang istri juga mendadak gelisah. Saat itu seharusnya mereka berdua tidak pergi. Tidak semestinya mereka menghilang begitu saja saat keluarga Atmaja sedang berduka. Berduka dengan meninggalnya Darren Atmaja dan sherly istrinya.

 

Seharusnya mereka tetap berada disana. Tapi apalah daya, mereka saat itu begitu ketakutan. Keadaan sudah berada diluar kendali mereka. Fitnah yang akan mereka terima akan sangat kejam.

 

Mungkin mereka akan menjadi pihak yang dikorbankan oleh kelicikan seseorang. Mereka tidak mau ditumbalkan, sehingga pilihan satu-satunya hanyalah lari sejauh mungkin dari kehidupan keluarga itu sebelum terlambat.

 

Begitulah, Pak Hardiman dan keluarganya memilih untuk pindah ke kota yogyakarta untuk memulai kehidupan baru dengan Mencari pekerjaan baru. Menjauh dari keluarga Atmaja.

 

Sampai akhirnya dipertemukan dengan majikannya yang sekarang. Yaitu keluarga Ardian, dia bekerja padanya sudah hampir sepuluh tahun.

 

Tidak disangka, kadang nasib mempermainkan manusia sedemikian rupa. Ketika Pak Hardiman sudah hidup tenang selama sepuluh tahun ini, majikannya malah mengajaknya pindah ke Jakarta. 

 

Lebih parahnya, takdir seolah telah menjebaknya dalam situasi ini. Siapa sangka jika Ardian adalah teman dari Federick. Yang merupakan calon besan dari keluarga Atmaja.

 

Itulah yang membuatnya dirundung kegelisahan. Terlebih saat mendengar cerita dari majikannya, bahwa Anne Putri Atmaja, putri majikannya yang dulu sering dia antar ke sekolah sekarang menjadi tuli Karena kecelakaan itu.

 

Duh, seandainya dulu dia berani berkata yang sebenarnya kepada majikannya. Tentunya semua tidak akan jadi begini.

 

Ketika nasib telah membawanya kembali kesini, itu adalah sebuah isyarat dari Allah. Bahwa Allah menginginkannya untuk tetap di sini. Dia tidak berniat untuk melarikan diri lagi. Entah apa yang sudah Allah rencanakan dengan ini ...

 

 

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sebening Cinta Anne   Part 50. Akhir Sebuah Kisah

    Suasana tenang melingkupi area pemakaman Al Azhar memorial garden. Sepeninggal Dewangga pulang bersama polisi, Atmaja-pun pulang dianter Federick, sementara Anne ditemani Hanzel melanjutkan sekalian ziarah di makam orang tuanya. Apalagi besok adalah hari pernikahan mereka.Keduanya tampak khusyuk bersimpuh di depan dua makam di depan mereka. Di batu nisannya, bertuliskan Darren Atmaja, sementara yang satunya Sherly Putri Sudjatmiko. Ya, mereka adalah mama dan papa Anne."Ma, Pa, dia adalah pria yang mama pilihkan untuk Anne, namanya Hanzel," gumamnya di atas pusara orang tuanya.Dua netra bening telah dipenuhi dengan kaca-kaca yang hanya dengan sekali kedipan mata, akan luruh menjadi hujan."Om, Tante, terima kasih telah mempercayai saya untuk menjadi penjaga wanita ini, saya akan berusaha keras untuk menjaganya. Besok kami akan menikah, tenanglah di sana, semoga Allah menempatkan kalian di syurga-Nya," gumam Hanzel di depan pusara kedua orang tua Anne.

  • Sebening Cinta Anne   Part 49. Atmaja dan Dewangga

    Dua orang pria tua duduk saling berhadapan dan saling membisu, tatapan mata keduanya bertemu akhirnya saling membuang wajah. Puluhan menit berlalu, tanpa sepatah katapun yang terucap dari bibir keduanya."Kau ga ingin menghajarku?" tanya pria tua yang memakai baju Oren bertuliskan tahanan di punggungnya."Kau meledekku, hah? berdiri saja aku tidak mampu," jawab pria tua yang duduk di kursi roda."Tak kusangka Andini memilih pria lemah sepertimu," ejek pria berbaju oren.Keduanya tertawa miris. Ya, mereka adalah Atmaja dan Dewangga. Setelah sekian puluh tahun tak saling bertemu, tak saling menyapa, dan tak saling memberi kabar, akhirnya kini Tuhan mempertemukan mereka, di tempat yang tidak seharusnya.Ya, kini Dewangga ada di dalam penjara. Di tempat yang sama dengan Raka ditahan.Pagi ini Atmaja menjenguknya, menjenguk pria yang telah menghabisi anak semata wayangnya, Darren Atmaja."Apa tempatnya nyaman untukmu?" tanya At

  • Sebening Cinta Anne   Part 48. Cintamu telah Kembali

    Anne melangkah turun dari mobil dengan terburu-buru, sementara Hanzel mengawalnya di belakang. Mereka kini telah berada di kantor polisi, untuk menemui kakek Dewangga. Ada banyak pertanyaan yang berputar-putar dalam benaknya tentang alasan Dewangga menembak Raka. Anne menangkap keanehan tentang sikap Dewangga padanya. Mestinya pria tua itu tidak perlu mengorbankan dirinya meringkuk di penjara untuk orang yang baru sehari dia kenal, bukankah ini sangat aneh?Akan tetapi gadis itu sangat bersyukur pria tua yang baru dia kenal kemarin, telah melakukan sesuatu untuk mereka di saat yang tepat. Anne tidak bisa membayangkan jika Dewangga datang terlambat satu menit saja, akan lain ceritanya. Pasti saat itu kepala Hanzel yang harus terluka terkena pukulan Raka. Bagaimanapun semua pertanyaan itu harus terjawab hari ini.Finn yang sudah lebih dulu di kantor polisi, menyambut mereka dengan wajah penuh tanya."Kenapa, Hanz?" tanya Finn."Kakek Dewangga," jawab Hanzel

  • Sebening Cinta Anne   Part 47. Karena Aku Mencintaimu

    "Bunuh aku sekarang, Ka, aku ikhlas jika harus mati sekarang," jawab Anne lemah.Raka tertawa melihat Anne meringkuk di sudut kamar sambil ketakutan. Kemudian pria itu berjalan mendekatinya dengan bertelanjang dada, sementara Anne tampak semakin panik dan ketakutan tidak tahu harus berbuat apa. Hiks ..."Hahaha ... kemari, Ann!" ujar Raka di sela tawanya."Jangan mendekat, Ka!" pekik Anne."Hey, jangan teriak-teriak, Ann," ujar Raka menahan tawa."Pergi, Ka, pergi!" jerit Anne, mulai terisak.Raka geli melihat ekspresi Anne yang ketakutan. Padahal dia sebenarnya hanya bermaksud mengerjainya saja, supaya Anne berkata bersedia menjadi istrinya, tidak di sangka Anne benar-benar ketakutan melihatnya melepaskan kaosnya. Gadis itu mengira Raka akan melakukan hal yang tidak senonoh kepadanya, hingga membuatnya ketakutan. Baginya ini lebih menakutkan daripada dibunuh."Ann, udah, aku cuma becanda, ya ampun," hibur Raka, tapi Anne terlan

  • Sebening Cinta Anne   Part 46. Raka Sang Psikopat

    Hari ini Anne masih di Senggigi, semalam mereka menginap di resto milik Raka di tepian Senggigi. Karena setelah usai menikmati sunset, Anne tampak sudah terlalu lelah jika harus diajak pulang ke villa yang telah mereka sewa.Sementara Dewangga juga menginap di tempat yang sama atas permintaan Anne. Meskipun Raka keberatan, tapi akhirnya mengalah karena Anne bersikeras memberi tumpangan pada dewangga untuk menginap tadi malam.Siang ini Raka berniat mengajak Anne kembali ke villa, tapi Anne memaksa untuk membawa serta Dewangga bersama mereka. Raka tidak habis pikir dengan Anne, kenapa gadis itu begitu memaksa untuk memberi tumpangan pada Dewangga, padahal dia adalah orang asing.Kini mereka berdebat di tepi pantai."Ann, dia hanya orang asing, jangan terlalu baik," protes Raka ketika Anne memintanya untuk mengajak Dewangga sementara tinggal bersama mereka di villa."Ka, dia seusia kakek Atmaja, apa kamu ga kasihan?" bujuk Anne.Raka mem

  • Sebening Cinta Anne   Part 45. Harus Menemukanmu

    Pintu kedatangan bandara internasional Zaenudin Abdul Madjid Lombok siang ini sangat padat, di luar tampak beberapa petugas sedang menunggu kedatangan Hanzel dan Finn serta dua polisi Surabaya yang terbang dari bandara Juanda sebelum dhuhur tadi."Kami sudah menunggu di luar, Pak," jawab salah satu polisi yang di dadanya tertulis nama Kompol Zakaria menjawab panggilan dari rombongan Hanzel."Baik, kami tunggu," jawabnya lagi seraya mematikan panggilan.Dia lalu memberikan informasi kepada anak buahnya untuk bersiap karena yang ditunggu sedang menuju di luar."Kalian bersiap, mereka sudah berjalan kemari," titahnya pada anak buah yang mendampingi."Siap, Ndan," jawab mereka serempak.Tak berapa lama kemudian, yang mereka tunggu telah muncul dari pintu keluar bandara, hingga terbit senyuman sang komandan seraya berjalan mendekat."Mari, Pak Finn, Pak Hanzel," sapanya.Mereka saling berjabat tangan, kemudian memberikan infor

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status