Share

Bab 47 Kecurigaan

Author: Vargsagen
last update Last Updated: 2025-07-13 12:59:58

Kamar hotel itu sunyi, hanya dihuni dua napas yang belum sepenuhnya tenang.

Cahaya lampu meja membentuk siluet di dinding. Bayangan dua tubuh yang saling mencari, saling mengingat. Seprai tersingkap sebagian, memperlihatkan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh hasrat.

Janu mencium pelipis Chalia dengan lembut, tapi tak ada kelembutan dalam tatapan matanya. Ada sesuatu yang menggelora di sana. Ambisi, kepemilikan, dan juga kebohongan yang tertanam dalam.

Chalia membenamkan wajah di dada Janu. Suaranya nyaris tenggelam dalam desah napas yang menghangatkan leher pria itu.

Janu tersenyum, jemarinya menelusuri tulang belakang Chalia. Turun perlahan seolah mengingat setiap inci tubuh yang kini menjadi tempat pelariannya.

Tidak ada kata yang terucap, hanya bunyi napas yang berkejaran di antara jeda ciuman. Ketika lampu meja dimatikan, cahaya samar dari luar jendela yang merekam bayangan dua tubuh saling menempel, saling menuntut.

Hanya suara gesekan kulit pada seprai.Hanya desah napas yang sa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 48 Rencana Baru

    “Kamu tahu lebih dari yang kamu bilang,” gumam Rindu, nyaris tak terdengar.Janu hanya tersenyum. Manis. Terlalu manis.“Aku cuma bilang... tubuh manusia itu rumit, Rin. Kadang sesuatu yang kecil bisa punya efek besar. Dan kita baru sadar... saat semuanya sudah terlambat.”Janu melangkah pergi. Tapi sebelum benar-benar pergi, dia kembali mendekat, menyentuh lengan Rindu sejenak.“Kamu tetap yang paling bisa aku percaya. Jadi kalau kamu bisa cari tahu sedikit tentang kondisi terbarunya, kamu akan sangat menolong.”Rindu tidak langsung menjawab. Dia masih sibuk dengan pertanyaan-pertanyaan di kepalanya.Kondisi menurun drastis? Secepat itu? Atau ada yang dipercepat?“Aku akan lihat apa yang bisa kulakukan,” akhirnya dia menjawab pelan.Janu mendekat sekali lagi, membisik.“Aku tahu kamu tidak akan mengecewakan.”Lalu Janu benar-benar pergi. Meninggalkan aroma parfumnya yang samar dan jejak yang lebih dari sekadar langkah. Jejak di kepala Rindu yang makin tak tenang.Rindu masih berdiri

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 47 Kecurigaan

    Kamar hotel itu sunyi, hanya dihuni dua napas yang belum sepenuhnya tenang.Cahaya lampu meja membentuk siluet di dinding. Bayangan dua tubuh yang saling mencari, saling mengingat. Seprai tersingkap sebagian, memperlihatkan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh hasrat.Janu mencium pelipis Chalia dengan lembut, tapi tak ada kelembutan dalam tatapan matanya. Ada sesuatu yang menggelora di sana. Ambisi, kepemilikan, dan juga kebohongan yang tertanam dalam.Chalia membenamkan wajah di dada Janu. Suaranya nyaris tenggelam dalam desah napas yang menghangatkan leher pria itu.Janu tersenyum, jemarinya menelusuri tulang belakang Chalia. Turun perlahan seolah mengingat setiap inci tubuh yang kini menjadi tempat pelariannya. Tidak ada kata yang terucap, hanya bunyi napas yang berkejaran di antara jeda ciuman. Ketika lampu meja dimatikan, cahaya samar dari luar jendela yang merekam bayangan dua tubuh saling menempel, saling menuntut.Hanya suara gesekan kulit pada seprai.Hanya desah napas yang sa

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 46 Kemenangan Semu

    Lorong menuju ruang direktur terasa lebih dingin dari biasanya. Tapi Nora melangkah dengan pasti, tubuhnya masih berselimut selang infus, ditemani suster yang mengira ia hanya ingin menyampaikan pesan pada ayahnya.Sesampainya di ruang kerja, ia meminta waktu lima menit secara privat. Nora duduk di kursi berlapis kulit, membenarkan selimutnya. Wajahnya dibuat sesakit mungkin, tapi matanya tajam. Fokus."Papa," katanya lirih. "Aku minta bantuan. Sekali ini saja."Wajah sang ayah tegang. "Apa lagi, Ra?""Bilang saja kondisiku menurun drastis. Minta ICU aktifkan satu kamar khusus, dan taruh aku di sana. Statusku bisa ditulis kritis, semi-koma. Tapi ruangan itu harus steril. Tak ada yang bisa sembarangan masuk. Kecuali... orang-orang yang aku izinkan."Dr. Harsanta menghela napas panjang. “Ra, itu bisa melanggar kode etik.”“Papa... orang mati di rumah sakit ini, karena racun. Dan aku yakin, aku target berikutnya.”Suara Nora pecah, tapi tidak ada air mata.“Hanya ini caraku untuk mengung

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 45 Saling Menyelidiki

    Ruang staf masih setengah gelap ketika Rindu berdiri di depan cermin wastafel. Dia menatap wajahnya sendiri, seolah mencoba mencari perempuan yang dulu datang ke rumah sakit ini dengan idealisme yang utuh.Tapi kini, pandangannya sendiri terasa asing. Dia tahu ada yang tidak beres. Bukan hanya soal pasien kamar 306. Tapi juga soal lelaki yang tadi pagi menggenggam pinggangnya dan menyebutnya “tempat pulang yang baru” dengan suara paling hangat yang pernah dia dengar.Tapi dia juga suami perempuan itu. Rindu mencuci tangan dengan sabun. Lama. Padahal tangannya tidak kotor. Yang kotor adalah pikirannya. Yang kotor adalah perasaannya. Yang kotor adalah kebohongan yang dia tahu tapi pura-pura tidak tahu.Dia menarik napas dalam-dalam. Lalu memakai jas medisnya kembali. Langkahnya ringan, tapi detak jantungnya berdentum keras saat menuju lantai tiga. Tak ada perintah resmi. Tidak ada instruksi dari dokter Galang. Tapi Rindu tetap melangkah ke kamar 306.Dia harus tahu. Dia harus tahu apa y

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 44 Memastikan

    “Entahlah. Seseorang yang tersesat,” jawab Nora pelan.“Oh, kupikir kenalanmu. Dia membuatku cemburu sedikit.”Senyum itu muncul lagi. Manis. Beracun.“Tapi aku tetap lega lihat kamu bisa jalan. Jadi sebenarnya sakit kamu separah itu atau hanya ingin menyendiri?”Nora menatapnya lekat-lekat. “Kamu juga tahu jawabannya.”Janu tertawa kecil, lalu mengambil satu langkah lebih dekat. Terlalu dekat.“Aku cuma khawatir, Ra. Jangan salah paham. Kamu tahu aku selalu peduli.”Peduli?Peduli sampai tega mencampur racun ke dalam susu?Tenggorokan Nora terasa panas. Tapi dia menahan semuanya. Dia harus tetap berpura-pura.“Kamu bisa melihat rekam medisku, Mas,” katanya sambil tersenyum paksa. “Aku harus kembali. Tidak kuat kalau harus berlama-lama di luar.”Tepat saat dia hendak menghindar, terdengar suara dari ujung lorong.“Bu Nora?”Mereka menoleh bersamaan. Chalia berdiri di sana, tampak agak bingung dan kehabisan napas.“Oh,” kata Chalia pelan. “Aku cari kamu, Mas. Ada pasien yang butuh pers

  • Secangkir Teh Untuk Suamiku   Bab 43 Gangguan

    Udara pagi masih lembap saat Nora berjalan menyusuri koridor administratif lantai atas rumah sakit. Wajahnya dibiarkan pucat tanpa riasan. Dia mengenakan jaket tipis di atas gaun rawat, menyamarkan fakta bahwa dia masih pasien terdaftar. Tidak ada yang menyapanya. Semua tahu, jika putri Direktur sedang berada di rumah sakit, maka jangan ajukan pertanyaan.Pintu ruangan itu terbuka setelah satu ketukan pelan.“Pagi, Pa,” katanya datar.Dr. Harsanta, lelaki berusia akhir 50-an dengan mata tajam dan suara berat, duduk di balik meja kerjanya. Pandangannya langsung terangkat.“Nora? Seharusnya kamu masih di ruang rawat.”“Aku tahu. Tapi aku perlu bicara.”***Tak lama kemudian, mereka sudah duduk berhadapan. Di antara mereka, secangkir teh yang mulai dingin dan selembar berkas yang belum sempat dibuka.“Jadi kamu ingin tetap tinggal di kamar 306. Dan minta agar rekam medis kamu dibuat menurun?” Dr. Harsanta menekankan kata terakhir dengan nada tak percaya.Nora mengangguk.“Bahkan kalau p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status