Viola memandang ke arah luar jendela, kepalanya terus di isi oleh perkataan Duke Cristin dan Duchess Lilliana, walaupun ia sudah memberikan benteng yang sangat kuat, namun hatinya masih merasakan perih. Ucapannya sangat meremmukkan hatinya.
"Nyonya, apa anda baik-baik saja?"
Viola menghapus air matanya. "Hey, aku baik-baik saja. Aku saja hanya merindukan paviliun kita," ujar Viola. Seolah dirinya ceria dan sangat baik-baik saja.
"Syukurlah." Pelayan Milea tersenyum getir, ia juga merasakan sakitnya saat mendengarkan pendengaran Duke.
Kedua pun telah sampai di sebuah penginapan keduanya pun turun memasuki penginapan itu.
"Selamat datang nyonya, ada yang bisa saya bantu."
"Kami butuh menginap beberapa hari.."
"Maaf Nyonya." Pelayan itu mengatupkan kedua tangannya. "Penginapannya sudah penuh dan tidak ada kamar kosong," ujarnya tersenyum ramah.
Viola mengangguk dan tersenyum kecut, "Terima kasih."
Viola dan pela
Viola menatap manik Duke Aland, hingga Duke Aland sadar, dia menurunkan tangannya, berusaha mengatur nafasnya."Senangnya jadi Duchess. Kini dua orang yang mencintainya, sedangkan aku tidak." Viola menggeleng lemah. "Kamu tahu, aku pergi karena aku tidak ingin menjadi orang ketiga, perebut laki orang. Duchess mengatakan pada Duke, jangan mencintainya, cukup aku. Saat itu aku sadar, Duke tidak akan mencintai ku dan aku memilih pergi." Lirih Viola, tiba-tiba kedua air matanya menggenang."Aku yakin dia orang baik, tapi setelah mendengarkan semuanya. Aku sadar, dia melakukannya hanya cemburu." Viola berdiri, ia memutar tubuhnya meninggalkan Duke Aland yang terpaku memikirkan perkataan Viola."Apa maksudnya? Apa Duchess memang benar melakukannya? Argh! Viola adalah korban, apa yang Duchess katakan sampai Viola memilih pergi? Dan aku, apa yang aku lakukan tadi?!" Duke Aland menjambak rambutnya frustasi.Sedangkan Viola, wanita itu membuka pintunya dengan
"Tidak-tidak, dimana Viola? Dia tidak mungkin pergi."Duke Cristin meninggalkan lemari yang kosong itu, dia berteriak seraya memasuki kamar lainnya, ke arah dapur dan ke tempat lainnya. Bahkan di halaman belakang pun, dia tidak menemukan Violanya."Viola, Luis! Luis!"Kesatria itu tergopoh-gopoh berlari mendengarkan teriakan majikannya. "Iya tuan,""Apa yang kamu lakukan, hah? Dimana Vio?""Tentu saja nona Vio ada di paviliun."BughBogeman itu melayang di pipi Kesatria Luis, hingga sudut bibirnya sobek dan darah segar keluar dari mulutnya.Tak hanya itu, Duke Cristin menarik kerah baju Kesatria Luis."Kamu bodoh, hah. Dia tidak ada, Viola pergi. Dan kamu malah tidak tahu. Cepat cari Vio, jangan pulang sampai kamu menemukannya."Kesatria Luis bergerak cepat, dia mengarahkan para pengawalnya mencari keberadaan majikan keduanya."Viola." Duke Cristin terduduk di atas salju itu, kenangan demi kenangan berp
"Bisakah Duke tidak mencintainya,"Duke Cristin melirik ke atas agar air bening itu tidak keluar. Semua orang tidak tahu, kapan perasaan itu datang dan menghilang."Apa kamu bisa memprediksi? Bagaimana bisa aku mencintainya? Kapan aku mencintainya? Bukankah selama ini kamu menginginkan semua ini Duchess, lalu sekarang apa letak kesalahan ku. Oh benar, kesalahan yang paling menyakitkan bagi ku karena aku tidak jujur pada mu, aku mementingkan perasaan dari pada dia."Duchess Lilliana langsung memeluk punggung Duke Cristin, melingkarkan kedua tangannya di dadanya. Ia tidak sanggup, baru ia rasakan saat Duke Cristin memberikan perhatian. Ia tidak bisa, hatinya sangat sakit."Aku sudah menolaknya, bahkan aku sudah menyakitinya terlalu dalam. Dulu, aku sempat berfikir, tindakan ku yang arogan dan kejam, aku bisa membuat Viola membenci ku karena aku takut membahayakan nyawa Viola dan yang lebih menakutkan, aku takut mencintainya dan menyakiti mu. Kamu sangat heb
Duchess Lilliana semakin tertekan, dengan cara apa dia harus menghilangkan bayang-bayang Viola. Melihat suaminya saja meringkuk di atas ranjang Viola. Semakin dia tidak percaya diri, apakah cintanya akan berakhir?Duchess Lilliana menggenggam erat gaunnya. Dia akan menjaga hati Duke, ya Duke adalah miliknya dan hanya miliknya.Duchess Lilliana pun melangkah, satu langkah saja kakinya langsung berhenti. Viola berjalan di depannya, memutari ranjangnya, menaiki ranjang itu dan mencium kening Duke Cristin.Matanya membulat, darahnya mendidih. "Viola!" Geramnya.Mata Viola melihat Duchess Lilliana dengan senyuman mengejek. Tanpa rasa bersalah, Viola mencium Duke Cristin dan Duke Cristin justru menyambutnya, laki-laki itu menahan tengkuk Viola, melumat bibir seksinya dengan rakus.Kedua pipi Duchess Lilliana di banjiri oleh air mata yang turun dari matanya. Ia menutup bibirnya agar suaranya tertahan."Aku mencintai mu, Viola."Viola bergera
Duchess Lilliana tersadar, dia memandang sekelilingnya, ruangan yang terasa asing, namun mengenalinya."Emmm, dimana aku?"Duchess Lilliana beringsut duduk, matanya menangkap sosok Duke Cristin yang sedang berdiri di balkom dengan kedua tangannya yang menyeludup masuk ke saku samping pakaian hangatnya.Duchess Lilliana pun turun, dia berjalan berjinjit dan langsung memeluk Duke Cristin dari belakang."Duke, sedang apa? Aku merindukan mu."Duke Cristin menghapus kedua sudut matanya menggunakan tangan kanannya. Kemudian melepaskan tautan yang melingkar itu. "Sudah sadar, hem.."Duke Cristin mengecup singkat kening Duchess. "Sudah malam, sebaiknya kamu makan malam. Tadi pagi kamu pingsan dan maaf atas perkataan ku.""Lupakan, aku sudah melupakan semuanya. Mari kita memulai dari awal."Bagaimana aku bisa memulai dari awal Duchess, se
"Duchess.. "Duke Arland tersenyum, dia merubah kesedihan di balik senyumannya itu. "Ada apa?""Aku tidak bisa tidur karena tidak ada Duke."Duke Cristin tersenyum tipis. Semenjak kepergian Viola, Duchess Lilliana sedikit manja, perubahannya membuat Duke Cristin merasa risih."Kamu duluwan, aku akan segera menyusul.""Tapi aku ingin... ""Lilliana, aku tidak pernah mendengarkan mu menolak perintah ku."Duchess Lilliana tak ingin pergi, dia ingin mendengarkan obrolan mereka. Apakah tentang Viola atau tentang pekerjaannya. "Sebenarnya apa yang mereka bicarakan?" Duchess Lilliana menempelkan telinganya, namun sial, ia tidak bisa mendengarkannya.Duchess Lilliana pun memilih pergi dengan pikiran kosong.Sedangkan di dalam ruangan itu. Sang Kesatria sangat serius. Dia harus melaporkan apa yang ia dengar tadi dengan kedua orang laki-laki yang tanpa sengaja mendengarkannya.FlasbackKesatria Luis menghentikan lang
"Jangan berbicara sembarangan, Viola tidak mungkin mengkhianati ku." Duke Aland tertawa, dia akan menyiksa perasaan Duke Cristin seperti perasaannya. Ia ingin melihat, sejauh mana Duke Cristin kehilangan Viola. "Kamu merasakannya sama dengan perasaan ku dulu. Aku menahan sakit dan sekarang aku sudah memiliki Viola. Viola mu itu, dia pernah menginap di Villa ku dan kamu tahu apa yang terjadi pada kita. Satu wanita dan satu laki-laki di atap yang sama." Duke Cristin semakin melundak, amarahnya tidak bisa di kendalikan. "Kamu! Aku mempercayai Viola sebesar aku mencintainya." Duke Cristin hendak melangkah ke depan, namun di cegah oleh Kesatria Luis. "Hentikan, Tuan! Kendalikan amarah Tuan. Kita tidak boleh memicu keributan di kediaman Duke Aland, tenanglah. Duke Aland tidak tahu keberadaan Nyonya, saya yakin. Duke Aland memancing amarah tuan. Jika nyonya mencintai Duke Aland, dia tidak mungkin pergi bersama pelayannya dan meninggalkan Duke A
Sembilan bulan kemudian.Kehidupan keempat orang yang terjebak ke dalam lingkaran cinta itu berubah total.Kini Viola telah melahirkan seorang dua orang laki-laki. Kedua anaknya sangat mirip dengan Duke Cristin, seolah takut tidak di akui oleh Duke Cristin. Putra pertama ia beri nama Javier dan kedua ia beri nama Jasper. Untuk membedakan keduanya pun terletak pada tahi lalat. Javier memiliki tahi lalat di telinga kanannya sedangkan Jasper memiliki tahi lalat di telinga kirinya."Nyonya,"Viola mencoel pipi Javier, untungnya dia melahirkan secara normal dan butuh perjuangan ektra untuk melahirkan kedua buah hatinya. Tepat jam 12.00 malam dia melahirkan, hanya di temani oleh pelayan Milea dan Dokter.Dia tidak ingin ke rumah sakit dan memilih melahirkan di rumahnya saja."Dia mirip sekali, seandainya Duke tahu, apa dia juga merasa senang."Pelayan Milea melirik ke arah Jasper, bocah laki-lali itu menggesekkan kepalanya. Pertan