Home / Romansa / Secret Identity / 15 || Kehidupan Baru

Share

15 || Kehidupan Baru

Author: Ayzahran
last update Huling Na-update: 2021-03-24 22:55:23

Rara menatap langit-langit kamar Aldebaran. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dialaminya. Rara mengedarkan pandangannya, berharap semua ini adalah mimpi.

Suara ketukan pintu mengalihkan atensi Rara. Rara menoleh ke arah pintu yang terbuka. Rara lantas bangkit dan mengganti posisi duduk dengan cepat. Rupanya Angga. Dia menghampiri Rara yang terlihat sedikit canggung. Wajar saja, Rara baru bertemu lagi dengan Angga setelah terakhir kali saat Angga mengantarnya pulang.  

“Bagaimana keadaanmu, Al?”

“Aku baik, Kak. Kau tidak perlu khawatir,” jawab Rara berusaha terlihat santai.

Angga menatap kaget. “Kau tidak hilang ingatan ‘kan? Kau tidak pernah memanggilku ‘kak’ sebelumnya.”

Ya ampun, aku lupa kalau Pak Al tidak memanggilnya kakak, batin Rara.

Rara menggaruk tengkuk yang tidak gatal. “Aku baik-baik saja! Mungkin pengaruh dari kecelakaan itu sehingga sikapku sedikit berubah. Tapi aku tidak hilang ingatan.”

“Itu pertama kalinya kau memanggilku kakak setelah sembilan tahun kita menjadi keluarga. Jujur aku merasa senang, Al,” tutur Angga.

Rara terdiam. Dia bingung harus berkata apa. Rara tidak tahu masalah keluarga Aldebaran. Jika dia salah menjawab, Angga akan berpikir ada yang salah dengan Aldebaran. Oh astaga, Rara kehabisan akal mencari alasan.

“Apa kau sudah melihat asisten pribadiku?” Rara mengalihkan topik, berharap Angga tidak lagi membahas mengenai masalah keluarga mereka.

“Aku berencana ke Rumah Sakit malam nanti. Kudengar mobilmu menabrak Jihan karena kehilangan kendali akibat rem mobil yang blong.”

“Iya, polisi sedang menyelidiki kasus itu. Namun, aku tidak mengingat apa yang terjadi saat itu.” Rara menegakkan badannya agar terlihat alami seperti Aldebaran.

“Kau tidak perlu cemas. Pelakunya pasti akan tertangkap!” Angga menepuk pelan bahu Aldebaran.

“Istirahatlah,” kata Angga lagi. Dia bangkit dari duduknya dan beranjak keluar.

Rara mengembuskan napas lega. Sejak tadi jantungnya bertalu bagai gendang. Rara melempar tubuhnya dengan perasaan yang berkecamuk. Dia menggaruk-garuk kepala dengan frustasi.

“Aku bisa gila jika terus berada di dalam kamar.”

Rara kembali bangun dan melirik ke arah jam dinding. Dia harus membeli ponsel. Rara memeriksa dompet Aldebaran. Sudut bibirnya terangkat, untunglah dia masih mengingat pin dari kartu kredit Aldebaran.

Rara bergegas menuruni tangga. Dari jauh seorang wanita berkisaran usia empat puluhan baru saja masuk ke dalam rumah. Tatapannya masih meraba melihat ekspresi Aldebaran saat mata mereka bertemu.

Apa dia ibunya Kak Angga? Rara memelankan langkahnya saat jarak mereka makin dekat.

“Hai, Ibu. Aku akan keluar sebentar,” katanya dengan lembut.

Ivanka menahan langkahnya, dia tampak syok mendengar perkataan Aldebaran tadi. Angga yang tidak sengaja melihat itu menatap punggung Aldebaran dengan tatapan tidak terbaca.

Pandangan Ivanka beralih ke arah Angga dengan penuh tanda tanya. Ivanka bergegas naik dan menghampiri Angga.

“Apa kau lihat tadi? Bukankah sikapnya aneh?” Ivanka masih terkejut dan merasa bingung.

“Al pasti mengalami amnesia. Dia bahkan memanggilku dengan sebutan ‘kak’!”

Angga kembali menuju kamarnya membiarkan Ivanka tenggelam dengan pikirannya.

***

Rara baru saja sampai di pusat perbelanjaan. Dia memakai topi dan masker untuk menutupi wajahnya. Rara segera turun dan berjalan masuk ke dalam.

Pengunjung tampak sangat ramai di akhir pekan. Rara bahkan kewalahan berusaha untuk terlihat tidak mencurigakan. Beberapa pasang mata memperhatikannya. Mungkin saja mereka mengenal postur tubuh Aldebaran.

Mendadak tubuh Aldebaran ditarik seseorang dan membawanya masuk ke dalam toilet wanita.

Rara membelalak, wanita itu tanpa permisi menyentuh wajah Aldebaran sesuka hatinya. Dia terus menghalangi Rara yang berusaha keluar.

“Kau tidak bisa mengelabuiku Al. Sekalipun kau menutup seluruh tubuhmu, aku tetap mengenalimu,” ucap wanita itu dengan penuh gairah.

“Siapa kau? Menjauh dariku!” sentak Rara merasa kesal.

Wanita berpakaian seksi itu menggeleng tidak mau melepaskan. Dia terus bergelayut di dada bidang Aldebaran. Rara tidak tahan lagi menghadapi wanita tidak waras itu.

“Apa yang kau lakukan?” Rara menatap bagian belahan dada yang begitu menonjol. Pakaiannya yang seksi membuat Rara bergidik ngeri.

Wanita gila ini mengira aku Aldebaran. Astaga, apa pakaiannya kekurangan bahan? Seperti inikah selera pria arogan ini? Menyusahkan sekali! Rara membatin kesal.

Dia harus mencari cara untuk melepas diri dari wanita tidak waras itu.

Wanita itu meraba bagian dada Aldebaran membuat Rara merinding. Rara bergerak cepat dan membekap kedua tangan wanita itu ke belakang pinggulnya. Rara menjambak rambutnya—menarik ke belakang membuat wanita itu mengeluarkan desahan manja.

“Apa harus aku pancing dulu baru kau bereaksi, hm?!”

Rara menarik rambutnya lebih keras. “Jangan coba-coba mendekatiku jika tidak ingin rambutmu terlepas habis dari tempatnya!”

“Wah, Al. Kau makin liar saja. Aku merindukan permainan ranjangmu, Sayang. Apa kita harus melakukannya di sini?” Wanita itu tertawa geli.

Rara menatap jijik wanita itu. Dia melepas tangannya dengan kasar.

“Aku sudah punya wanita lain. Aku bahkan tidak tertarik lagi padamu!”

Rara beranjak keluar, wanita itu mengentak kaki dengan kesal.

Rara menarik napas lega. Dia sudah berhasil lolos dari wanita tidak waras itu. Untunglah tidak ada siapa pun dalam toilet, jika tidak—mereka akan meneriakinya.

Rara memperbaiki pakaiannya dan melanjutkan langkah. Ternyata tidak mudah menjadi Aldebaran. Dia harus siap menghadapi apa pun yang terkait dengan kehidupan Aldebaran.

Rara kembali bergidik ngeri membayangkan kejadian tadi. Derap langkahnya makin cepat, memandang awas keadaan sekitar. Jangan sampai wanita seperti tadi muncul lagi.

Rara segera mendekat ke arah yang ia tuju, membeli ponsel baru dan segera keluar dari tempat ramai itu.

Baru saja Rara melempar punggungnya pada sandaran kursi mobil, suara ketukan dari luar membuatnya terlonjak.

“Sialan! Wanita gila itu lagi!” umpat Rara tidak mau menghiraukannya.

“Cepat jalan, Pak!” titah Rara melirik ke arah wanita itu yang terus mengetuk-ngetuk kaca mobil.

“Aku harus waspada mulai sekarang.”

***

Rara mengambil langkah panjang memasuki mansion megah keluarga Mahesa. Alisnya sedikit berkerut melihat orang tua Aldebaran sedang duduk santai di ruang keluarga.

“Dari mana saja kau? Bukankah kau harus istirahat?” Suara berat pria berpostur tinggi dengan perawakan yang sama persis dengan Aldebaran.

Pasti dia ayah Pak Al. Aku harus menyapa apa? Rara memperlambat langkahnya.

“Hai, Ayah.” Rara menoleh ke arah Ivanka. “Hai juga, Bu.”

Rara beranjak naik menuju kamar Aldebaran sambil bersenandung.

“Apa benar kata Angga kalau Al hilang ingatan?” tanya Ivanka menoleh kaget ke arah Mahesa.

Mahesa diam saja, tidak menanggapi. Dia tampak memikirkan sesuatu.

Rara menghempas tubuhnya di atas kasur. Benar-benar melelahkan. Dia sudah memasang SIM card dan menyimpan nomor Dion yang sempat ditulis di kertas.

Rara mengirim pesan memberitahukan nomor barunya sebagai Aldebaran. Sedetik kemudian, ponsel Rara berdering—nama Dion terpampang sebagai penelepon pertama.

“Ada apa?”

“Bisakah kau datang ke Bar? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu!”

Alis Rara bertaut. “Katakan saja lewat telepon. Aku baru saja pulang.”

“Ini urgent! Tolonglah!”

Rara menatap layar ponselnya. Dia tidak paham dengan kata asing yang diucapkan Dion.

“Baiklah, aku akan segera ke sana!”

Rara memutuskan panggilan lebih dulu. Dia meraih jaket yang dilempar begitu saja di sofa dan melangkah pergi.

Dua puluh menit kemudian, mobil Ferarri Aldebaran menepi di depan Bar, Rara segera turun. Dari kejauhan Rara melihat Dion sedang melayani pelanggan.

Rara mendekat setelah Dion melambaikan tangan memintanya masuk. Senyum Rara mengembang berjalan ke arah Dion. Rara berhenti di tempat saat melihat punggung seorang wanita yang kini hanya berjarak satu meter dengannya. Orang yang dilayani Dion adalah Monika. Dia membalikkan badannya, mengulas senyum melihat wajah Rara yang sudah menegang sejak tadi.

“Hai, Al. Bagaimana keadaanmu?”

Rara melirik ke arah Dion yang menggerakkan bibirnya mengucap kata ‘sorry’.

Habislah aku, Dion sialan! batin Rara. []

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Secret Identity   EPILOG

    Rara telah bersiap dengan balutan gaun pengantin. Dia benar-benar tampak cantik dan anggun. Aldebaran melamarnya dengan cara tak terduga. Lamaran yang dilakukan Aldebaran sampai viral di berbagai media sosial. Akun i*******m milik Rara dan Aldebaran dibanjiri komentar positif dan ucapan selamat. Momen itu juga ditayangkan di TV nasional selama hampir seminggu. Bahkan beberapa pihak berbondong-bondong menawarkan endorse untuk pernikahan mereka. Hari pernikahan mereka juga sengaja ditayangkan secara langsung dari salah satu stasiun TV dengan rating tertinggi. Rara merasa gugup. Berkali-kali Rara menghela napas. Jantungnya seakan mencelos menunggu akad nikah mereka dimulai. "Kau sangat cantik, Ra!" Monika mendekat seraya memuji. Dia tersenyum tulus melihat dari pantulan cermin. "Terima kasih, Kak! Aku sangat gugup." "Al tidak kalah lebih gugup darimu. Dia masih terus berlatih mengucapkan ijab kabul agar tidak salah." Rara tersenyum h

  • Secret Identity   EXTRA PART

    Rara menggeliat, meregangkan otot-otot. Matanya mengerjap lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Di sinilah Rara, masih tidak percaya berada di kamar sendiri. Seperti mimpi yang panjang baginya.Rara menyibak selimut, merapikan tempat tidurnya. Rara bergegas keluar mendapati Nirmala dan Monika di ruang makan sedang mempersiapkan sarapan."Pagi adikku, Sayang!" Monika menyapa. Tidurmu nyenyak?"Rara mengangguk. "Sangat nyenyak. Bagaimana dengan Kak Monika?""Aku juga. Aku akan merasa nyaman jika tinggal lama di sini!""Tinggal lah selama mungkin. Aku sangat senang jika Kak Monika tinggal di sini!""Benarkah? Apa boleh, Bu?" Monika melirik ke arah Nirmala."Tentu saja. Kau tidak perlu meminta izin.""Kalau dengan ayah, juga boleh?" Monika melempar tatapan ke arah Rara.Nirmala diam sejenak. Rara dan Monika menunggu jawaban Nirmala. "Tergantung usahanya mendapatkan hati ibu kem

  • Secret Identity   77 || Akhir Dari Segalanya (END)

    Aldebaran dan Rara merencanakan janji untuk bertemu setelah Rara melakukan pekerjaan Aldebaran. Mereka akan bersama-sama mencari wanita tua itu. Sebelumnya, Rara dan Aldebaran sudah mencari tahu kue yang dibeli Firman. Dari ucapan Firman, dia tidak membeli di tempat yang Aldebaran maksud dan penjual kue itu bukan wanita tua melainkan wanita muda. Saat ini, Rara sibuk melakukan syuting iklan terakhir sebelum akhirnya dia mengambil libur panjang untuk beberapa bulan ke depan. Aldebaran meminta Rara untuk tidak menerima tawaran karena dia ingin mengajak Rara berlibur membawa Nirmala yang sejak dulu ingin sekali pergi ke Korea. Nirmala sangat gemar menonton drama dari Negeri Gingseng itu. Aldebaran ingin memberikan kejutan sebagai Rara dengan mengajaknya ke sana. "Bu, apa yang bisa Rara bantu?" tanya Aldebaran setelah membereskan kamar Rara. Dia sudah memutuskan tinggal bersama Nirmala. "Rara bantu ibu pergi ke pasar. Ada beberapa bahan masakan yang harus dibeli.

  • Secret Identity   76 || Menerima Keputusan

    Mahesa marah besar begitu mengetahui Ivanka adalah pelaku utama dari kecelakaan yang menimpa Aldebaran. Ivanka sudah dibekuk polisi seminggu yang lalu. Angga sendiri yang melaporkan ibunya setelah semua usaha Angga meminta ibunya menyerahkan diri diabaikan Ivanka. Angga tidak punya pilihan dan terpaksa membuat bukti untuk menjerat Ivanka.Pemberitaan mengenai kasus kecelakaan Aldebaran mengudara selama berhari-hari, para media terus saja membahas motif dan alasan Ivanka melakukan semua itu. Bahkan fans setia Aldebaran merutuki Ivanka dan meminta pihak kepolisian untuk menjatuhkan hukuman mati sebagai efek jera agar tidak ada lagi orang seperti Ivanka yang tega merencanakan pembunuhan pada anak dari suaminya sendiri.Saat ini Ivanka telah duduk di meja persidangan. Sementara Angga duduk di meja saksi memberikan pernyataan. Ivanka tidak bisa mengelak, semua barang bukti mengarah padanya. Kaki tangan Ivanka juga sudah mengakui perbuatan mereka.Ivanka akhirny

  • Secret Identity   75 || Akhirnya Terungkap (Part 2)

    "Akhirnya kau datang juga, Al!" Aldebaran menatap tajam. “Berani sekali kau datang ke rumah ini! Bukankah aku sudah melarangmu untuk tidak menginjakkan kaki di sini?!” “Aku kemari karena mengambil barangku yang tertinggal!” Ivanka berjalan ke arah sofa panjang yang ukiran gagangnya terbuat dari kayu jati. Ivanka menjuntaikan sebuah liontin seraya tersenyum. “Kenapa itu ada padamu?!" suara Aldebaran merendah, terdengar penuh penekanan. "Duduklah! Setidaknya berbincanglah denganku. Kau selalu saja bersikap dingin dari semenjak pertama kali kita bertemu!" Ivanka berujar. Dia memberi isyarat menunjuk dengan dagu ke arah secangkir kopi yang sudah dia siapkan. Ivanka mengangkat cangkir menyeruput kopinya dengan nikmat. "Aku tidak meracunimu. Aku hanya ingin kita berbaikan dan bisa duduk bersama, berbincang hangat layaknya ibu dan anak." Aldebaran meneguk setengah kopi miliknya. "Kau puas? Sekarang kembalikan! Sejak

  • Secret Identity   74 || Akhirnya Terungkap (Part 1)

    Sehari sebelum kecelakaan terjadi.... Ivanka mendatangi RAM Corp setelah berbelanja di butik langganannya. Jam makan siang sebentar lagi dan Ivanka ingin mengajak Mahesa makan di luar. Sudah lama dia tidak jalan berdua dengan Mahesa karena terlalu sibuk dengan bisnis. Ivanka mengumbar senyum pada beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. Suara heels pigalle foliies 100 milik Ivanka mengetuk-ngetuk lantai marmer hingga terdengar menggema berirama. Ivanka menunjukkan keanggunan saat menaiki lift menuju lantai utama. Senyum Ivanka kembali terukir begitu sampai di depan meja sekretaris Mahesa. “Nindya, apa Pak Mahesa ada? Katakan aku ada di sini!” titah Ivanka membusungkan dada dengan elegan. “Ada, Bu! Pak Mahesa sedang berbincang dengan Pak Mudi.” “Aku ingin masuk!” “Maaf, Ibu! Pesan Pak Mahesa, dia tidak ingin di

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status