Narra benar-benar di buat kesal seminggu ini oleh manusia branded bernama Zavinder. Entah apa yang ada di pikiran cowok satu itu? Dia pikir seorang Narra adalah cewek matre, meski memang ia suka dengan barang-barang bermerek.
"Ini apa Ra?"tanya Nalla saat mereka baru saja sampai di kelas pagi ini.
Narra yang berada di belakang Nalla mengerutkan keningnya, seketika ia kesal sekali. Pagi ini ada lagi sebuah kotak hadiah yang berada di atas mejanya.
Tanpa izin Nalla membuka kotak kecil itu, ada sebuah gelang dari merek kesukaan Narra, Tiffani & Co."Ini kan yang kamu minta ke papa minggu lalu Ra? "ujar Nalla."Tumben papa kirim ke sekolah."
Narra semakin kesal."Hais kamu itu pinter tapi bego ya La."
"Maksudnya? "
Narra langsung menaruh tas sekolahnya dan mengambil paksa kotak gelang itu dari tangan Nalla. Segera ia keluar dan menuju kelas IPS di mana kelas seseorang yang se
2 minggu kemudian.Kenzo baru saja pulang dari acara kampusnya yang selama 3 hari berlangsung membuatnya tidak pulang.Memasuki rumahnya ia melihat Narra sedang bersungut kesal sambil memainkan ponselnya."Dasar cowok sombong." Kesal Narra bergumam."Kenapa Ra? " tanya Kenzo.Narra menoleh lalu tanpa menjawab Narra hanya menggeleng."Kalau tidak kenapa-kenapa kok kesel gitu mukanya? "Narra langsung melipat tangannya di depan dada. "Kenapa sih semua cowok nyebelin, kak Juna nyebelin, kak Kenzo juga nyebelin apa lagi Zavinder ih kesel."Kenzo mengerutkan keningnya, "Kakak salah apa?"Narra langsung menatap tajam Kenzo yang baru saja mendudukan dirinya."Kakak tuh tidak peka sama Narra,"ujarnya sambil berdiri dan berlalu meninggalkan Kenzo untuk pergi ke kamarnya.Beberapa saat kemudian datang salah satu asisten rumah tanggany
Narra kini tengah duduk di perpustakaan bersama Zavin, meski sedikit tidak suka dengan bagaimana tengilnya sikap Zavin padanya tapi tidak bisa Narra pungkiri jika Zavin adalah pria yang baik."Cek lagi nih, udah benar belum?Ini udah ke 4 kali aku ulang ya,"ujar Narra sedikit kesal dengan dirinya sendiri.Zavin terkekeh lalu mengambil buku dari tangan Narra dan mengecek hasil pekerjaan Narra. Sudah seminggu ini Zavin membantu Narra dalam belajar.Meski mereka berbeda jurusan tapi ternyata Zavin bisa mengerjakan mata pelajaran IPA dengan sangat baik."Nah ini bisa ... Good job girl,"ujar Zavin sambil mengusap lembut rambut Narra.Narra tiba-tiba merasa gugup saat ia mendapat usapan lembut di kepalanya oleh seorang pria selain Kenzo dan Arjuna.Ia menunduk saat merasa wajahnya mulai menghangat.Sementara Zavin tersenyum saat melihat semburat merah di sebelah sisi pipi Narra hingga ke telinga ga
Arjuna menatap Narra yang kini duduk di depannya tengah menikmati susi kesukaannya.Arjuna tersenyum, gadis di depannya terlihat begitu riang mengunyah makanannya."Mau nambah?"tanya Arjuna.Dengan cepat Narra menggeleng, "Tidak takut gendut."Arjuna tersenyum tipis lalu menyeruput minuman di depannya, Narra berbeda dengan Nalla setiap di ajak makan olehnya,Jika Nalla tak pernah takut menjadi gendut saat makan, jika masih lapar maka dia tak segan meminta nambah."Gimana sekolahnya?"tanya Arjuna saat melihat Narra meletakan sumpit tanda dia selesai makan."Hmm ... Lancar. Kak Juna sendiri bagaimana kuliahnya?""Lancar kok, lagi buat skripsi.""Wah berarti sebentar lagi kakak lulus dong."Arjuna mengangguk."Doakan saja."Melihat ke jam di tangannya, "Mau nonton tidak? "Mata Narra langsung berbinar."Mau kak," serunya.
Narra kini tengah berada di dalam mobil Zavin sendirian , ia masih menangis mengingat apa yang Arjuna katakan tadi padanya.Tak lama kemudian Zavin kembali dengan membawa minuman dan masuk ke mobil."Ini minum dulu." Ujar Zavin menyerahkan botol air mineral pada Narra."Hiks ... terima kasih."Zavin tersenyum tipis lalu mengangguk."Kita mau kemana?"tanya Zavin lalu melihat jam di tangannya menunjukan pukul 8 malam,"Aku antar kamu pulang ya."Narra mengingat jika ke rumah dia akan bertemu Nalla dan dia tidak mau itu."Hiks ... aku tidak mau pulang,"lirih Narra.Zavin menghela nafasnya bingung harus bagaimana."Kamu mau ke mana?"Narra menggeleng."Tidak tahu, aku tidak mau pulang,"rajuknya."Mau cerita?"tanya Zavin.Narra menunduk lalu ia menceritakan semuanya pada Zavin."Jadi apa saudari kembarmu juga cinta
Nalla duduk menunggu di dalam mobil di depan apartemen mewah milik Zavin, berkali-kali ia melihat ke arah jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 6.30 ia cukup khawatir akan telat karena hari ini ada jadwal piketnya.Hingga ia menoleh ke samping kiri dan langsung menghela nafasnya lega saat melihat pria dengan seragam yang sama dengannya tengah berlari menghampiri mobilnya. Segera Nalla menurunkan kaca mobilnya."Sorry lama,"ujar Zavin."Iya, ini."Nalla menyerahkan paperbag berisi seragam milik Narra juga tas sekolah saudari kembarnya."apa dia baik-baik saja?""Sejauh ini baik-baik saja.""Kamu?""Tenang saja, aku tak macam-macam,aku jamin itu.""Maaf, bukan maksudku.""Its oke, baiklah sebaiknya kamu berangkat saja, Narra biar bersamaku.""Ah ya ... terimakasih Zavin.""Sama-sama."
Narra dan Zavin tiba di rumah sakit, mereka langsung menuju IGD dan menemui guru mereka Bu Anes."Bu bagaimana Nalla bu?"tanya Narra tak sabar.Bu Anes menatap Narra dan Zavin bergantian, ia menghela nafasnya lalu kembali menatap Narra."Tunggu mama kamu datang ya, sekarang Nalla masih belum sadar.""Tapi saya boleh menemui Nalla kan bu? "Bu Anes mengangguk."Kalau begitu ibu urus administrasi dulu ya. ""Iya bu."Narra langsung menoleh pada Zavin lalu masuk ke dalam di ikuti pria itu. Di lihatnya Nalla masih terbaring lemah di ranjang, wajahnya begitu pucat membuat Narra Khawatir."Kamu kenapa La?"tanya Narra penuh rasa khawatir."Dia sudah pucat sejak pagi Ra.""Ini pasti gara-gara aku deh, ini anak emang terlalu mikirin masalah orang lain sampai lupa sama diri dia sendiri.""Itu tandanya dia sayang sama orang itu,kalau tidak sayang ngapain sampai di pikir segitunya,iya kan? "Narra mengangguk memben
Narra masih menangis di kamar mamanya, ia tak mau sekamar dengan Nalla. Nalla sudah pulang dari rumah sakit.Ceklek!Mama Kalya masuk ke dalam kamarnya, ia menghela nafasnya melihat putrinya satu lagi juga menangis. Ia baru saja menenangkan Nalla hingga putrinya itu tertidur, sekarang dia harus menenangkan Narra yang tak seharusnya bersedih hingga melebihi Nalla."Sayang,"ujar Kalya duduk di tepi ranjang sambil menyentuh bahu putrinya itu.Narra menoleh lalu beringsut pada pangkuan sang mama."Mama ... hiks ... kenapa Nalla harus hamil anak kak Juna Ma? "Kalya mendesah."Sayang jangan mengatakan sesuatu yang belum jelas, Nalla belum mau mengatakan siapa ayah bayinya."Narra menggeleng."Siapa lagi Ma? Cuma kak Juna yang dekat dengan Nalla,kan?"Kalya juga sebenarnya berfikir seperti itu, putrinya tak pernah dekat dengan pria manapun,hanya Arjuna yang sering mengajak Nalla pergi keluar, kemudian Kalya ingat bagaimana cara berpa
Keano tiba di kediaman Radit dan keluarganya, emosi terus memenuhi kepalanya sejak ia mendengar apa yang di katakan oleh Narra tadi, tentu saja pikirannya langsung mengarah pada Arjuna, siapa lagi selama ini yang sering mengajak Nalla pergi selain anak angkatnya itu."Om Ken,"ujar Lala yang berada di ruang tamu."Mana papimu? Mana abangmu? ""Papi di kamarnya, kak Juna juga di kamarnya om,"jawab Lala sambil mengerutkan keningnya, ia bingung melihat wajah berbeda dari om Keano yang biasanya ramah padanya.Tanpa menunggu lagi, Keano segera menuju kamar Arjuna, anak yang telah ia limpahkan kasih sayang seorang ayah sejak anak itu lahir, tapi apa? Anak itu justru merusak masa depan Nalla.Ceklek!"Bye sayang sampai ketemu besok ya!"ujar Arjuna yang tadinya sedang menelpon, langsung menoleh ke arah pintu yang terbuka."Ayah,"ujar Arjuna tersenyum melihat ayah angkatnya.Bugh....Tubuh Arjuna langsung ter