Bagus, Seruni, dan juga Karina nampak terkejut melihat seorang lelaki berwajah tampan yang berjalan mendekat ke arah mereka dengan tatapan dinginnya. Selain itu, pakaian yang lelaki itu gunakan dari atas hingga bawah terlihat branded, sehingga membuat mereka semakin berbinar.
Hal itu membuat Karina tidak bisa berkedip, sedangkan Sea, ia tampak mematung melihat kedatangan lelaki berwajah tampan yang tak lain adalah Keyvando. "Ka-kamu calon suami dia?" "Ya, aku calon suaminya. Jadi jangan berani melukai calon istriku." Bruk! Seruni tidak bisa menopang bobot tubuhnya. "Mama!" teriak Karina, wanita muda itu langsung membantu sang Ibu untuk tetap berdiri. "Sayang, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Keyvando, lelaki itu langsung saja melingkarkan tangannya di pinggang Sea. Sea menegang sejenak, tubuhnya kaku karena tidak terbiasa dengan apa yang Keyvando lakukan. Ia menatap ke arah Keyvando memberi kode kepada lelaki itu supaya melepaskan tangannya dari pinggang Sea. Tapi Keyvando tidak menggubrisnya, lelaki itu memilih menatap tajam ke arah tiga orang yang ada di hadapan Sea. "Tu-tuan, apa Tuan bercanda? Tidak mungkin Tuan calon suami anak durhaka ini?" ucap Bagus pada Keyvando, seolah tidak yakin dengan apa yang Keyvando katakan. "Apa saya terlihat bercanda?" Bagus, Karina, dan juga Seruni saling tatap satu sama lain, mereka masih tidak mempercayai ucapan Keyvando. Apalagi Karina, ia sangat iri melihat Sea bersama dengan Keyvando. Ia melepaskan tangan Seruni, lalu mulai berjalan mendekat ke arah Keyvando yang bersebelahan dengan Sea. "Emb, Kak, apa Kakak ingat aku?" tanya Karina, matanya beberapa kali mengedip, ia juga memasang senyuman yang sengaja dibuat-buat. Hal itu membuat Sea menahan tawanya melihat apa yang Karina lakukan. "Sayang, apa mata wanita itu terkena katarak?" tanya Keyvando pada Sea, ia tampak jijik dengan apa yang Karina lakukan. Karina memasang wajah cemberut mendengar ucapan Keyvando. "Kak, padahal dulu saat masih SMA aku sangat menyukai Kakak. Kenapa Kakak lupa denganku?" Sea menoleh ke arah Keyvando. "Tuh, dengar, katanya kalian kenal saat SMA. Kenapa Tuan melupakannya?" pancing Sea dengan sengaja, ia ingin melihat reaksi Keyvando. Tapi, Keyvando tampak tenang, lelaki itu justru menatap ke arah Sea. Ia juga mengelus pelan rambut Sea, "Sayang, aku tidak mengenalnya. Lagi pula dia tidak penting," balas Keyvando, ia tersenyum tipis pada Sea. Sea melirik ke arah Karina, lalu membalas senyuman Keyvando, ia sangat puas mengetahui ekspresi kepala Karina. "Sea, dasar tidak tau diri! Harusnya kamu sadar, tidak mungkin Tuan Keyvando menyukai gadis kotir sepertimu," celetuk Seruni, ia berusaha membuat Sea terlihat buruk di hadapan Keyvando. Keyvando mengerutkan keningnya, dan menatap ke arah Seruni. Lalu Karina, wanita muda itu menunduk, ia memasang wajah sendunya. "Ma, jangan bicara seperti itu. Sea tidak mungkin melakukan hal yang tidak-tidak. Sea anak baik, Ma," ucapnya berusaha membela Sea, tapi sebenarnya hal itu ia lakukan untuk menarik perhatian Keyvando. Keyvando masih menatap datar, lalu Sea hanya memutar bola matanya malas. dalam hati ia sudah hafal dengan drama yang akan Karina mainkan. "Tuan, apa yang dikatakan istri saya benar. Sea putri kami telah salah bergaul, dia bahkan menjual dirinya sendiri. Kamu memang salah, kamu gagak mendidiknya," imbuh Bagus, lelaki itu memang selalu berada di pihak istrinya dan juga Karina—anaknya. "Saya tidak peduli. Bagi saya Sea saat ini adalah calon istri saya." "Pa, Ma, jika memang Kak Vando ingin menikahi Sea biarkan saja. Yang penting mereka bahagia." Sea berdecih kecil mendengar ucapan Sea, ia terlalu muak, tapi ia tidak ingin membuang tenaganya untuk membalas ucapan Karina. Keyvando menyadari jika Sea sudah sangat Tidka nyaman, lelaki itu langsung saja menarik Sea pergi dari hadapan Bagus, Seruni, dan Karina tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Karina yang melihat itu menghentakkan kakinya, ia tidak terima melihat Sea bersama dengan lelaki yang sudah lama ia incar sejak masih duduk di bangku SMA. "Arghh, gadis sialan! Ma, Pa, aku tidak terima jika Kak Vando menikah dengan gadis tidak tau diri seperti Sea! Kita harus menggagalkannya, Ma, Pa! Harusnya aku yang menikah dengan Kak Vando," ujarnya dengan wajah memerah karena amarahnya yang memuncak. Seruni dan juga Bagus berusaha menenangkan Karina, Seruni mengelus pundak sang putri lembut. "Sayang, tenanglah. Mama dan Papa juga tidak akan membiarkan gadis itu merebut kebahagiaanmu." "Benar, Sayang. Papa berjanji padamu, Papa akan melakukan apa pun demi menggagalkan pernikahan mereka," sahur Bagus. Karina masih memasang wajah cemberut. "Janji ya? Asal Mama dan Papa tau, Kak Vando itu putra pertama dari keluarga Eduardo.Jika aku menikah dengannya bukankah kita akan hidup enak?" Bagus dan Seruni yang mendengar ucapan Karina langsung melebarkan mata mereka. Keduanya sudah membayangkan banyak hal mengenai apa yang akan mereka lakukan jika mereka memiliki menantu seperti Keyvando. "Ma, Pa! Apa kalian mendengar ucapanku?" Seruni dan Bagus tersadar dari khayalan mereka. "Kalau begitu kita harus merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan Sea. Bagaimana pun caranya, kamu yang harus menikah dengan Tuan Keyvando." Karina tersenyum miring, ia sudah tidak sabar melakukan rencana untuk menggagalkan pernikahan antara Keyvando dan juga Sea. Tangannya mengepal kuat. "Sea, sampai kapan pun kamu tidak akan menang melawanku!" gumam Karina penuh penekanan.Keyvando mengetuk pintu kamar Sea beberapa kali. Tapi, tidak juga ada sahutan dari dalam kamar itu. Tentu saja hal tersebut membuat Keyvando mengerutkan keningnya. Ia memutar kenop pintu kamar Sea perlahan. Matanya memicing saat melihat Sea yang sedang merenung menatap ke arah jendela kamarnya. "Sea," panggil Keyvando. Sontak saja Sea terlonjak karena mendengar Keyvando yang ada di belakangnya. Ia sedikit menjauh, bersikap waspada pada Keyvando. "Tuan, ada apa?" tanyanya dengan nada pelan. Keyvando menatap Sea dengan pandangan dingin tak berekspresi. "Ikut aku ke mansion utama keluarga Eduardo." Ucapan Keyvando itu membuat Sea melebarkan matanya, bagaimana mungkin ia ke Mansion utama keluarha Eduardo sekarang. Jujur saja, ia belum siap. "Kenapa? Aoa ada yang salah?" tanya Keyvando pada Sea. "Tuan, say-" "Sea, jangan memanggilku Tuan. Panggil namaku saja atau mungkin gunakan panggilan yang tidak formal." Sea terdiam, ia nampak berpikir, hingga akhirnya menatap ke arah Keyvand
Sea duduk dengan tenang seorang diri di meja makan panjang yang terdapat di ruang makan mansion milik Keyvando. Wanita itu tampak makan dengan tenang, hanya seorang diri. Ia tidak mempedulikan bagaimana tatapan beberapa pelayan yang tidak suka dengannya. "Bibi, aku sudah selesai," ucap Sea setelah ia menghabiskan makanannya. Sea mengucapkan terima kasih, lalu ia beranjak dari ruangan makan itu menuju ke kamarnya kembali. Maureen mendekat, lalu mulai memberi kode pada beberapa pelayan untuk mengemas sisa makanan Sea. "Bibi Maureen, kenapa kita harus menurut dengannya? Dia hanyalah gadis kampung yang kebetulan beruntung dipungut oleh Tuan Muda Keyvando," ucap salah seorang pelayan dengan rambut ikal bernama Arina. Maureen menoleh ke arah Arina, matanya menatap tajam Arina. Meminta pelayan muda itu untuk Tidka membantah. Namun Arina justru memberengut sebal. Meski begitu, ia tetap mengerjakan pekerjaannya. "Enak sekali jadi Sea, dipungut menjadi seorang Cinderella oleh Tuan Mud
Wanita muda itu berusaha mendekat ke arah Keyvando, tapi Lucas yang ternyata berpas-pasan dengannya di depan pintu tadi langsung menghadangnya. "Kak, aku Karina. Apa Kakak lupa? Dulu kita satu SMA Kak," ucap Karina ia tersenyum. Keyvando menatap datar Karina, ia tampak jijik dengan senyuman yang sengaja dibuat-buat oleh wanita muda itu. Bahkan Lucas tampak bergidik ngeri, apalagi pakaian yang Karina gunakan terkesan sangat terbuka dengan panjang 5 CM di atas lutut dan belahan dada rendah. "Lucas, urus wanita ini!" perintah Keyvando, lelaki itu kemudian masuk ke dalam ruangannya dan menutup pintu kasar Sedangkan Lucas, ia langsung menarik paksa Karina. Meski wanita muda itu terus berteriak, meminta untuk dilepaskan dan juga ingin bertemu dengan Keyvando. Banyak karyawan Eduardo Company yang menatap heran ke arah Karina. Lucas juga terus menarik paksa Karina dan membawanya keluar. Bruk Lucas mendorong Karina kasar, membuat Karina meringis kesakitan dan tidak terima. "Sia
Sea dan juga Keyvando keluar dari kantor khusus yang mengurus pernikahan dengan ekspresi berbeda. Sea memasang wajah cemberut, seraya memandang buku nikah yang ada di tangannya. Sedangkan Keyvando, lelaki itu tampak puas, ia memandangi buku nikahnya seolah merupakan hak yang paling berharga di hidupnya. "Sekarang kita sudah sah menjadi suami istri. Jangan lupa, kamu juga saat ini merupakan sekretarisku, Sea Sayang," ucap Keyvando berbisik. Sea bergidik mendengar suara Keyvando yang terngiang di telinganya. Matanya membeliak, lalu dengan cepat berjalan menuju ke mobil Keyvando. "Ayo pulang ke rumah Tuan," ucap Sea tanpa basa basi. Keyvando menghentikan langkahnya, menatap Sea tidak percaya. Beberapa detik kemudian, lelaki tersebut membuka pintu mobil untuk Sea. Membiarkan gadis itu masuk dan duduk dengan tenang, tidak lupa ia memasangkan seatbelt pada tubuh Sea. Sea tampak diam, ia mulai terbiasa dengan perlakuan Keyvando yang tiba-tiba. Setelah selesai, Keyvando menyusul Se
Sea mulai membuka matanya perlahan, beberapa kali ia mengerjapkan mata dan merenggangkan tubuhnya. Tapi, saat ia berusaha bangun dari posisinya sekarang, perasaan berat di atas perutnya membuat ia berhenti. Tatapannya beralih pada perut rata miliknya, matanya melebar. Aaaaaaaa Teriakan Sea membuat Keyvando terkejut, lelaki itu membuka matanya, langsung duduk dan menatap khawatir ke arah Sea. "Sea, ada apa?" tanyanya pada gadis di sampingnya. Sea berusaha mengatur napasnya, lalu menatap tajam ke arah Keyvando. "Apa yang Tuan lakukan padaku?" tuduhnya. Keyvando berusaha mencerna ucapan Sea, sampai akhirnya ia menyadari sesuatu dan tersenyum penuh arti. "Apa kamu berharap aku melakukan sesuatu padamu? Sea terdiam, lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dengan cepat gadis itu menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku, ak-aku hanya, emb, Tuan kenapa berada di tempat tidurku?" tanyanya mengalihkan pembicaraan. Keyvando masih menatap Sea, tapi Sea justru membuang pandanga
Mata Sea menatap sekeliling kamar hotel yang saat ini ia dan Keyvando berada. Matanya memicing, seolah curiga dengan lelaki yang terlihat duduk di single sofa tepat berada di depannya itu. Sementara Keyvando, lelaki itu terlihat tenang, ia mengambil gelas yang berisi kopi berwarna hitam, laku menyesapnya perlahan. Terlihat jelas, asap menyeruak keluar dari cangkir tersebut, menandakan jika kopi yang Keyvando minum masih baru dibuat. "Emb, Tuan, kenapa Tuan membawa saya ke sini?" tanyanya dengan nada pelan, takut Keyvando akan tersinggung dengan ucapannya. Tatapan Keyvando berubah, yang semula dingin, mulai menghangat, ia terkekeh pelan. "Apa kamu takut?" Dengan gerakan cepat, Sea menggeleng. Ia berpura-pura bersikap biasa, padahal sebenarnya ia memang sedang ketakutan. Apalagi ia hanya seorang gadis lemah, lalu Keyvando, lelaki di hadapannya terlalu punya kuasa. Jelas Keyvando tau, jika Sea hanya berpura-pura berani. Dalam hati, timbul keinginan untuk mengetes perasaan gadi