Secret Marriage With The Boss

Secret Marriage With The Boss

last updateDernière mise à jour : 2025-03-30
Par:  NeveraEn cours
Langue: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Notes insuffisantes
12Chapitres
255Vues
Lire
Ajouter dans ma bibliothèque

Share:  

Report
Overview
Catalog
Scanner le code pour lire sur l'application

Bianca Galensea tidak pernah menyangka, niat awalnya ingin melamar pekerjaan karena dikejar hutang oleh Debtcollector, justru membuatnya terjebak pernikahan kontrak dengan atasannya yang dingin dan kejam, bernama Keyvando Antares Eduardo. Keyvando yang memang sejak awal sudah tertarik dengannya tidak membiarkan kesempatan itu lepas, memanfaatkan semua kelemahan Sea, ia mengikat Sea dengan pernikahan kontrak yang membuat Sea menjadi miliknya. Tapi semua yang mereka jalani tidak mudah, gangguan dari keluarga Sea, hingga terhalang restu dari Ibu Keyvando dan keluarga Ibunya membuat kisah mereka semakin rumit. Lalu, mampukah mereka melewati semuanya? Baca lengkapnya di sini!

Voir plus

Chapitre 1

Bab 1

Suara ujung heals seorang gadis terdengar menggema di sepanjang koridor kantor. Keringatnya membasahi pelipis. Pagi ini, dia datang terlambat lagi. Entah sudah berapa banyak pasang mata yang menatapnya sinis dan bibir yang mengumpatnya secara langsung, maupun di belakangnya.

"Maaf, maafkan saya karna terlambat lagi. Tolong, ijinkan saya untuk melakukan interview lagi, Tuan dan Nyonya," mohon Sea dengan nafas tersengal.

Tatapan penuh harap itu, tak lantas mengundang rasa iba pada beberapa orang yang menatapnya muak dan sinis.

"Ini sudah jam berapa? Kenapa kamu baru datang? Kamu itu telat tujuh belas menit! Jadi, kamu didiskualifikasi!" bentak salah seorang dari tiga orang yang merupakan seorang HRD.

"Tapi, Bu, saya tad-"

"Sudahlah, sekarang kamu pergi dari kantor ini!"

Bianca Galensea atau biasa dipanggil Sea, ia hanya bisa menghela napasnya pelan, putus asa dan sesal.

Kepalanya menunduk, dia tidak ingin orang melihat air matanya. "Sial sekali nasibku," gumamnya pelan.

Namun, saat Sea akan beranjak dari ruangan tersebut. Tiba-tiba saja pintu ruangan itu lebih dulu terbuka.

Perhatian mereka beralih kepada sesosok pria tampan dengan wajah dinginnya yang masuk ke dalam ruangan. Tak terlepas juga dengan Sea, ia menatap pria itu tanpa berkedip.

Pria itu berjalan melewati Sea, dengan aura mendominasi. Melewatinya begitu saja, jangankan menoleh, meliriknya pun tidak.

"Bagaimana?" tanya Pria itu to the point, tanpa senyum dan berwajah dingin.

"Semua berjalan lancar, Tuan. Hanya satu calon karyawati yang tidak melakukan interview," lapor salah seorang dari ketiga HRD tersebut.

“Hem,” gumamnya pelan, kemudian ia berbalik dan hendak meninggalkan ruangannya. Tapi, langkahnya terhenti. Tak kala jemari lentik menahan lengannya.

"Maaf Pak, belum interview, Pak! Tolong saya, saya akan berkerja dengan giat. Saya akan datang tepat waktu, saya tidak akan terlambat lagi, tolong beri saya kesempaatan untuk interview, Pak!" ucap Sea dengan panik dan sesekali ia tercekat akibat gugup.

Kepalanya bahkan ia tenggelamkan ke bawah, dia sama sekali tidak berani sedikit pun mendongak menatap pria tampan di hadapannya. Entah mengapa, jantungnya semakin berdebar tak kala ia menghirup aroma citrus bercampur mint pada pria yang tangan kekarnya tidak dilepaskannya sejak tadi.

"Heh, kamu kan udah didiskualifikasi, segera angkat kaki dari ruangan ini. Jangan banyak alasan lagi! Tuan Vando banyak urusan, jangan merepotkannya!" bentak salah satu wanita yang bertugas untuk mewawancarai calon karyawan.

Namun, Keyvando Aldebaran Eduardo. Pria itu justru membuat seluruh karyawan HRD-nya langsung menahan nafas.

Bagaimana tidak, pandangan pria itu melembut. Dengan gerakan terukur, dia dongakkan dagu Sea menggunakan telunjuknya.

Dingin, kulit pria itu terasa dingin, di wajah Sea yang memanas. Saat tatapan keduanya bertemu, tampak rahang Vando mengetat.

Suasana juga semakin mencekam dengan aura dominasi yang dimiliki oleh Vando. Dunia Sea seakan berhenti, waktu juga berjalan terlalu lambat untuk menahan rasa sesak di dadanya.

"Kenapa kau belum Interview?" Suara bariton pemilik mata gelap itu membuat tubuh Sea merinding seketika itu juga.

"Sa-saya, terlambat,” lirihnya dengan suara yang tercekat di tenggorokkannya.

“Oh,” jawab Vando singkat.

“Tolong, Pak! Beri saya kesempatan, Pak. Saya mohon, Bapak bisa menginterview saya secara langsung. Saya memiliki nilai akademis yang tinggi. Saya juga sangat cepaat belajar dan mampu beradaptasi,” ucap Sea sampai melupakan jika dirinya saat ini seperti sales girl, bukan calon sekretaris.

Sudut bibir Vando sedikit tertarik ke atas. Sangat tipis, jika tidak jeli, mereka tidak akan melihat senyuman itu.

“Kesempatan yah?” ulang Vando dengan suara dingin dan rendahnya.

“Tolong, Pak,” lirih Sea yang tanpa sadar semakin mengetatkan pegangannya di lengan Vando.

Ketiga petinggi HRD masih menahan nafas. Mereka takut Vando marah, tidak ada yang pernah melihat pria dingin ini marah. Tapi desas desusnya, tidak bagus. Hingga salah satu petugas HRD itu langsung menghampiri Sea.

“Maafkan kelalaian kami, Tuan.”

“Ayo, keluar! Kalau tidak akan aku panggil satpam untuk menyeretmu dari ruangan ini!” ancam wanita tersebut, membuat Sea semakin kehilangan harapannya.

Air matanya tanpa sadar dan menetes di punggung tangan Vando. Membuat tatapan Vando turun, memperhatikan butiran bening tersebut.

“Tinggalkan kami berdua,” titah Vando pada semua petinggi HRD tersebut.

“Tu-tuan? Apa, kami tidak salah dengar?” tanya wanita yang hendak menyeret Sea keluar tersebut.

“Apa telingamu sudah tuli?” jawab Vando dengan dingin dan sedikit melirik ke arah wanita itu.

“Ti-tidak, Tuan,” jawabnya dan ketiganya langsung keluar, meninggalkan Vando berdua bersama Sea.

Sea yang semakin gugup juga kebingungan karena hanya berdua pun, secara spontan langsung melepaskan pegangan tangannya dari lengan Vando.

“Maafkan saya, Pak. Saya siap untuk di-interview sekarang,” ucapnya dengan wajah memohon.

Vando yang sejak tadi tidak melepaskan pandangannya dari Sea pun akhirnya menghembuskan nafas beratnyaa.

"Wajah jelekmu. Dan lagi, aku bukan Bapakmu," ketus Vando sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

“Hah?!” Sea kembali mendongak menataap Vando dengan tidak percaya.

Sepertinya dia tidak salah dengar, pria ini baru saja mengatai dirinya ‘jelek’? Tapi, biarlah ... biarlah dia jelek, yang penting saat ini dia bisa kerja.

Hutang pinjaman sudah menumpuk, para depcolektor sudah sering mengancamnya. Harapannya saat ini hanya ada di tangan CEO tampan tapi menyebalkan yang sedang berdiri di depannya.

“Aku beri kau kesempatan,” sahut Vando tiba-tiba, membunyarkan keresahan yang menyelimuti Sea saat itu.

Matanya langsung berbinar. “Berarti, saya di terima, Tuan?” sahut Sea yang sadar harus memanggilnya ‘Tuan’, sama seperti para pegawai lainnya.

“Diterima? Tidak,” jawab Vando, kembali membuat senyuman di wajah Sea hilang, berubah menjadi pias.

“Hanya kesempatan. Jika kau mau diterima, kau harus membuktikannya, kalau kau mampu,” terang Vando.

“Apapun itu, kesempatan ini akan saya terima, Tuan. Saya akan membuktikan jika saya bisa,” jawab Sea kembali mengusap air matanya dan ia segera tersenyum kembali.

"Sapu, pel, dan lap ruanganku, saat ini juga dan jangan ada secuil pun debu tersisa. Siapkan kopi yang enak untukku, sekarang juga!" titah Vando langsung meninggalkan ruangan.

Sea segera bergerak cepat. “Tuan, di mana saya harus mencari alat-alatnya?” tanya Sea dengan panik. Tapi, Vando sama sekali tidak menggubrisnya dan meninggalkannya begitu saja.

Sea segera mencari ke setiap sudut ruangan, sampai ia menemukan sapu, pel dan kemucing. Ia juga berjuang mencari ruangan CEO-nya. Lalu segera bergegas dengan sepenuh hati ia bersihkan ruangan tersebut, semengkilat dan sesempurna yang diyakininya.

“Sudah, Tuan,” lapor Sea dan Vando hanya menatapnya.

“Kopi, mana?”

“Baik, Tuan!” sahut Sea lalu segera ke pantry dan membuatkan Vando kopi, ia kembali dengan sebuah nampan di tangannya.

“Silahkan, Tuan,” ucap Sea dan Vando meliriknya. Dirinya bahkaan tidak menyentuh kopi itu sama sekali, membuat Sea gugup.

“Tuan, kopinya tidak diminum?” tanya Sea ragu.

“Tidak,” jawab Vando, membuat Sea kebingungan.

“Apa, maksud Tuan? Saya, harus bagaimana agar mendapatkan kesempatan dari anda, Tuan. Saya, sangat membutuhkan pekerjaan ini. Hidup dan mati saya adalah pekerjaan ini, Tuan. Saya mohon,” suara Sea mulai terdengar menyedihkan.

“Bagaimana, jika menjadi istri kontrakku saja?”

“A-apa?!”

Déplier
Chapitre suivant
Télécharger

Latest chapter

Plus de chapitres

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Commentaires

Pas de commentaire
12
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status