共有

6. You

last update 最終更新日: 2021-11-23 19:35:29

Semilir angin bergerak lamban, membuat beberapa helai rambut gadis itu menari-nari mengikuti arah angin. Sinar bintang yang terang, menjadi penunjuk jalan bagi jiwa yang kegelapan. Hye Jin menyandarkan tubuhnya di sebuah Halte yang sepi tanpa siapapun, hanya ada dirinya dan suara binatang malam yang menjadi melodi untuk kesendiriannya.

Jemari kurusnya tidak berhenti memijat kedua kaki yang hampir kehilangan nyawa , setelah berjalan ke sana kemari mencari bahan berita. Seluruh anggota tubuhnya terasa ingin lepas satu persatu kemudian lari mencari tuan baru. Gadis itu menghela napas panjang saat mengetahui jadwal bus terakhir hari ini baru saja berangkat. Pantas saja tak ada satu pun orang yang menunggu bus lagi.

Hye Jin melirik arloji berwarna hitam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, ia mendengus lelah. “Kalau jalan, bisa sampai jam sebelas. Kalau naik taksi, pasti mahal.” Dia menatap bintang malam sambil memikirkan cara untuk pulang. Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 PM dan gadis itu masih berkelana di jalan.

Dia bangkit dan berjalan di atas trotoar yang sepi, sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri. Masih ada beberapa orang yang berlalu-lalang menyeberangi jalan, beberapa toko masih beroperasi, lampu-lampu dari sana membuat Hye Jin terasa tenang. Seperti ada yang menemaninya berjalan di trotoar itu.

Langkahnya terhenti tatkala melihat sebuah toko pernak-pernik cantik yang klasik. Kedua matanya menangkap sebuah benda yang digantung di jendela toko tersebut, Dreamcatcher berwarna ungu yang membuat kedua mata gadis itu terpaku dan tidak berkedip. Ia ingin memilikinya, agar mimpi-mimpi buruknya bisa ditangkap oleh benda itu. “Huh, sepertinya aku lebih butuh alat penangkap lelah daripada benda penangkap mimpi itu!” keluhnya pasrah.

Gadis itu berjalan lagi, mendongak sejenak pada langit malam yang tidak bisa lebih gelap dari itu. Bintang-bintang masih mengikutinya, menerangi langkahnya, dan menjaganya dari atas. Ia melangkah menghindari lubang-lubang di trotoar, sambil melihat toko-toko dengan cahaya lampu yang terang menderang bak lentera malam.

Lagi dan lagi langkahnya terhenti, kali ini di toko pakaian wanita. Kedua matanya terpancing untuk melihat sebuah gaun putih yang terpasang di salah satu patung. Bibirnya bergerak membentuk sebuah kurva, membayangkan tubuh kurusnya mengenakan gaun selutut itu. Cantik, pikirnya.

Saat Hye Jin terbawa jauh dalam lamunannya, seseorang keluar dari toko tersebut sambil membawa tas belanjaan. Seorang pria dengan gaya kasual, menatap heran pada gadis yang sedang melamun dengan kepala yang miring.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya menyadarkan gadis yang larut dalam lamunannya.

AAAAKKKK!” Hye Jin berteriak keras, kemudian menutup mulutnya saat melihat pria yang berdiri di hadapannya. Kedua matanya terpaku, menelusuri tampilan pria di hadapannya yang sangat berbeda. “Kau sedang apa di sini?” tanyanya kembali.

“Ya … beli pakaian, ngapain lagi di toko pakaian kalau tidak beli pakaian?” jawab pria itu santai sambil berjalan meninggalkan toko tersebut.

“Pasti untuk kekasihnya!” kata Hye Jin dalam hati. Entah mengapa kedua kaki gadis itu malah mengikuti langkah pria yang ada di hadapannya. Tanpa sadar dia mengikutinya, bahkan melewatkan jalan ke rumah. “Tunggu! Kenapa aku mengikutinya?” tanyanya dalam hati, dan memutar balik langkahnya.

Saat Hye Jin berbalik dan berjalan kembali menuju jalan yang benar, pria itu menoleh dan memanggil namanya.

“Maukah kamu menemaniku?” tanyanya lantang.

Gadis itu terdiam, kedua alisnya terangkat tanda tidak mengerti.

“Temani aku minum soda!” sambung pria itu dengan tatapan datar.

Hye Jin terdiam, posisi tubuhnya kini tidak terlalu jauh dari keberadaan pria itu. Tanpa kata-kata atau sekadar anggukan, gadis dengan rambut pendek sebahu itu kembali memutar langkahnya dan menghampiri pria yang menunggu di sana. Mereka berhenti di sebuah Mini Market sisi jalan.

Semilir angin yang datang sesekali, memberikan kesejukan di malam itu. Langit malam menjadi saksi pertemuan mereka, tanpa alasan, tentu karena hanya ditakdirkan. Menikmati sekaleng soda, sambil menatap bintang yang cahayanya semakin terlihat terang.

Hye Jin menatap kosong lengan besar yang tertutupi jaket berwarna hitam di hadapannya, “Bagaimana dengan lukamu?” tanyanya.

“Sudah sembuh,” jawab Won Seok singkat kemudian menenggak sodanya lagi.

Gadis itu menyaksikan bagaimana pria di hadapannya dengan gagah menenggak minuman kaleng, menunjukkan leher bidang dengan jakun yang menonjol jelas. Hye Jin menelan air liurnya dengan kasar, setelah bayangan kesegaran soda yang melewati tenggorokan. Namun, tangannya tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk membuka kaleng soda di hadapannya. Sungguh lemah.

Won Seok yang memperhatikannya sedari tadi, langsung merampas kaleng tersebut dan membukanya dalam hitungan detik.

Gadis itu terpaku, baru kali ini ada seseorang yang membukakan kaleng soda untuknya. “Thank you,” ucapnya malu kemudian menyeruput soda itu pelan-pelan.

“Ini, untukmu saja!” kata Won Seok dengan tangan mengulur, memberikan tas belanjaan yang dibawanya dari toko pakaian tadi.

Hye Jin terdiam, kedua alisnya mengkerut tajam. “Kenapa memberikannya kepadaku? Memangnya kau sengaja membelikannya untukku?” tanyanya kemudian menerima benda itu karena tidak ingin tangan Won Seok terulur di hadapannya terlalu lama.

“Tidak!” jawab Won Seok.

“Lalu?” Hye Jin menunggu penjelasan.

“Pakai itu setiap bertemu denganku.” Won Seok menenggak habis sodanya, kemudian mengangkat tubuhnya dari kursi.

“Memangnya kita akan bertemu lagi?” tanya gadis itu dengan wajah kebingungan, kedua matanya sedang menuntut jawaban yang jelas.

“Harus!” jawab Won Seok tegas, kemudian pergi dengan misterius.

Hye Jin ingin memanggilnya lagi untuk meminta kejelasan, tetapi langkah Won Seok terlalu cepat. Berteriak untuk memanggilnya, hanya akan membuat gadis itu terlihat konyol di depan orang yang berlalu-lalang di sekitar sana.

Setelah menatap kepergian pria misterius itu, ia mendapati sebuah gaun berbahan lembut yang semula terpajang di depan toko. Gaun yang membuatnya melamun, membayangkan tubuh kurusnya mengenakan benda itu dan berkeliling kota menikmati udara segar. Ukuran yang dipilih pun cocok untuk tubuhnya. Hye Jin bertanya-tanya, apakah mereka akan bertemu lagi? Dan apakah gaun ini termasuk dalam takdirnya? Seperti pertemuan tanpa alasan pada malam ini.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Secret Of The "Black"   38. Other Girl

    Aroma telur dan mentega mengudara di dalam sebuah toko kue yang berdiri di pinggiran jalan Gangnam. Kedua mata Hye Jin membulat besar, melihat berbagai macam bentuk kue tar di dalam etalase. Mulai dari rasa cokelat, strawberry, red velvet, hingga green tea, membuat gadis itu dilema untuk memilih. Aroma dari kue-kue itu bercampur di indera penciuman Hye Jin.“Saya mau yang ini ya,” kata Hye Jin menunjuk kue tar di dalam etalase dengan balutan cokelat yang tebal di sekelilingnya. “Tolong tambahkan tulisan juga yah di atasnya.”“Saengil Chukkae, Chagiya[1]!” ucap gadis itu setelah berpikir keras kata-kata yang harus ditulisnya di atas kue tersebut.Sang pegawai dengan seragam hitamnya tersenyum manis, ia menulis di atas kue itu dengan krim tipis berwarna putih. Setelah selesai, kue tersebut dimasukkan ke dalam kotak berwarna putih.Hye Jin meletakkan kotak kue itu di sampingnya, senyumannya tid

  • Secret Of The "Black"   37. Spill

    MayMotel telah menjadi tempat yang sepi setelah kematian seorang gadis, tempat yang menyimpan banyak misteri dengan segudang pertanyaan dari masyarakat. Begitupun dengan Hye Jin, pikirannya masih dipenuhi oleh ribuan pertanyaan tentang hubungan pemilik penginapan tersebut dengan Song Mi Ah, bahkan ambisinya ingin mencari tahu tentang kematian gadis itu lebih jelas lagi.Kini gadis itu berdiri di samping mobilnya dengan kedua mata yang tak berpaling dari pintu utama motel tersebut. Menahan sinar matahari yang menyorot langsung ke arahnya, demi menunggu seseorang keluar dari sana.“Seonbae! Bagaimana kalau kita masuk saja? Kita kan tidak tahu kapan pria itu akan keluar,” kata Dong Joon.Hye Jin menggeleng cepat, “Aku tidak suka masuk ke sana.”Setelah 20 menit berlalu, Kang Gi Won keluar dari motel itu dengan kacamata hitam terpasang di kedua matanya. Tubuhnya seketika mematung saat berpapasan dengan Hye Jin di parkiran mote

  • Secret Of The "Black"   36. The Tears and Black

    Hye Jin berjalan ke dapur dengan menenteng buku pelajaran Sains di tangan kanannya. Ia menenggak segelas air mineral, sambil bersandar pada bar dapur yang tingginya hampir setengah tubuh gadis itu. Di ruang tamu, suara berisik saling bersahutan. Kedua matanya enggan melihat ke arah objek yang membuat kebisingan di hari libur.Gadis itu menatap bukunya di bar dapur dengan tatapan kosong, jari telunjuknya mendorong gelas kosong di samping buku itu sampai ke ujung bar. Prakkk, suara gelas jatuh ke lantai membuat kedua orang yang berada di ruang tamu menyadari keberadaan Hye Jin. Wanita dengan setelan jas berwarna biru menatap ke arah anak gadisnya penuh tanya, hari libur tidak akan membuatnya berdiam diri di rumah. Pria yang berdiri di sampingnya, seorang workaholic lainnya. Beradu argumen tidak pernah ada habisnya saat kedua oramg itu bertemu.Hye Jin menatap kosong pada pecahan gelas di lantai dapurnya. “Kenapa berhenti? Lanjutkan saja!” serunya sambil melangkah keluar dari area dapur.

  • Secret Of The "Black"   35. One of The Secret

    Hye Jin keluar dari kamarnya dengan pakaian yang berbeda, celana pendek hitam serta kaus oversized berwarna putih menutupi tubuh kurusnya sekarang. Ia berjalan menuju dapur sambil melirik ke ruang tamu yang berada tidak jauh dari bar dapurnya. Ia membuat tiga gelas jus jeruk, serta camilan sebagai teman jus itu.Gadis itu menemukan catatan kecil yang tertempel di kulkasnya. Pesan dari Mi Ran yang mengatakan bahwa wanita itu harus pergi Gangnam, menemui adiknya yang sakit. Hye Jin mengambil beberapa bungkus snack dari dalam kulkas dua pintu itu. Setelah menutup pintu kulkas dengan kaki, gadis itu berjalan menuju ruang tamu.“Dong Joon-a! jangan menatapnya seperti itu!” Hye Jin menendang kaki pria yang duduk di sofa panjang. Gadis itu menjatuhkan tubuhnya di sofa kecil berwarna cokelat tua di sana.Dong Joon meringis kesakitan sambil mengusap pelan kakinya yang sakit. Dia tak lagi menatap gadis yang duduk berhadapan dengannya

  • Secret Of The "Black"   34. Deep Hug

    Mobil SUV hitam dengan plat DJ 56 P itu terparkir rapi di jalan dua arah yang berada di tengah perkebunan asri. Gadis itu memandangi perkebunan sayur yang berada di hadapannya lewat jendela mobil, ia bisa melihat udara yang mengalir untuk menggoyang beberapa dedaunan di perkebunan itu.Setelah beberapa saat, pandangannya beralih pada rumah sederhana yang berdiri di samping perkebunan hijau itu. Rumah dengan atap yang pendek serta tampak kumuh di bagian luarnya, seperti sudah tidak layak huni. Namun, faktanya ada seseorang yang tinggal di sana, seketika hati Hye Jin terenyuh.Hye Jin memejamkan kedua matanya, objek yang ditunggunya belum juga muncul. Gadis itu tidak keberatan jika harus menghabiskan waktu cukup lama untuk menunggu, sebab ia menyukai udara yang menemaninya di sana.Bukan seseorang yang sedang ditunggunya yang membangunkan tidur Hye Jin, melainkan suara laju kendaraan yang bising melewati mobilnya, menyemburkan angin yang keras ke wajah gadis itu. Hye Jin menegakkan tubu

  • Secret Of The "Black"   33. I Got You

    Hye Jin duduk seorang diri di depan Mini Mart yang berada di samping HanSung Hospital, tempat dimana Lee Hye Kyung dirawat. Ditemani dengan sepuluh potong gimbab di hadapannya, gadis itu bersandar menatap kosong ke arah gedung Rumah Sakit tersebut. Mulutnya tidak berhenti mengunyah sepotong demi sepotong gimbab itu sambil mencari cara untuk mendapatkan informasi dari gadis tersebut.Kedua matanya menangkap beberapa wartawan yang masih berdiri di depan Rumah Sakit. Hye Jin bisa menangkap keberadaan mereka dengan mudah walau di antaranya bersembunyi di suatu tempat. Gadis itu terdiam sambil menahan suhu dingin yang menembus tulang.Ia menyantap satu potong gimbab yang tersisa di hadapannya walau mulutnya sudah tidak bersemangat untuk mengunyah makanan itu. Hingga potongan gimbab yang cukup besar dengan tekstur yang masih kasar tersangkut di tenggorokannya.“Uhhhuuukkk!” Hye Jin tak berhenti batuk sambil menepuk dadanya pelan. Hal bodoh yang baru disadarinya setelah tersedak adalah, dirin

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status