Share

Bab 69

Penulis: Melvii_SN
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-24 14:47:21

Hening.

Hanya suara detik jam digital dan desiran AC yang terdengar di ruang kerja Jihan. Matanya terpaku pada layar monitor, jari-jarinya bergerak ragu di atas mouse.

Raut wajahnya tegang. Ia sedang menyusun laporan terakhir dari hasil analisis kebutuhan pasar yang ia serap selama dua bulan terakhir—hasil observasi dan diskusi diam-diam dari ruang-ruang pertemuan tempat ia selalu duduk sebagai pendengar diam. Ia tidak menonjolkan diri. Ia hanya menyimak, mencatat, lalu menyusun simpulan.

Itu sebabnya Reynand dan tim pemilik proyek mempercayainya mengolah data lintas divisi—karena Jihan, tak seperti yang lain, tidak pernah menuntut sorotan.

Namun hari itu, nalurinya terusik. Ada sesuatu yang tak sinkron dalam sistem. File mentah idenya yang ia simpan dalam folder terenkripsi... lenyap.

Klik. Klik. Klik. Tidak ada.

Napasnya sedikit tercekat. “Apa mungkin aku salah simpan?" Ia bergumam lirih.

Tiba-tiba, pintu ruangannya diketuk cepat. Tak lama kemudian sosok itu masuk yang ternyata ad
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 72

    Malam merangkak lambat di sebuah kafe semi-terbuka yang terletak di sudut kota. Lampu-lampu temaram menggantung di atas meja-meja kayu, menciptakan nuansa hangat yang bertolak belakang dengan kegelisahan yang bergulir di dada Reynand.Ia duduk dengan punggung tegap, namun wajahnya suram. Di depannya, seorang pria bersetelan kasual—rekan bisnis yang sudah lama ia kenal—mencoba mengimbangi suasana dengan obrolan ringan. Tapi sejak lima belas menit terakhir, jelas bahwa pikiran Reynand tak benar-benar hadir di sana.“You okay, Rey?” tanya pria itu akhirnya, menyesap kopinya perlahan. “Kau kelihatan kayak lagi mikirin perang dunia ketiga.”Reynand menarik napas panjang, menatap cangkir kopinya yang sudah mendingin.“Mungkin bukan perang dunia. Tapi perang hati,” gumamnya pelan.Pria itu mengangkat alis. “Ada masalah sama Jihan?”Reynand tak langsung menjawab. Ia memutar cangkirnya pelan, seolah sedang menimbang jawaban di dasar porselen itu.“Seseorang menjatuhkannya. Karyanya dituduh pla

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 71

    Ruang kerja Jihan masih sunyi. Hanya detak jam dinding yang terdengar samar, berpadu dengan isak pelan yang tak mampu disembunyikan. Jihan terduduk di sofa kecil, wajahnya terbenam dalam kedua telapak tangan. Matanya sembab, napasnya tidak teratur. Air mata masih jatuh tanpa permisi. Hatinya remuk. Dunia seolah membencinya. Fitnah menjiplak—hal yang tak pernah terlintas untuk ia lakukan—menyeretnya ke jurang ketakutan yang membuat tubuhnya menggigil.Ceklek!Pintu ruangan terbuka, menampakkan sosok paling dikenalnya. Tidak lain ialah Reynand, yang ia duga baru kembali setelah menegur staf yang menginterogasi tanpa sepengetahuannya. Pria itu mendekat perlahan. Lalu berlutut di hadapannya. Mata mereka bertemu—mata Jihan merah, basah, kehilangan daya. Sementara mata Reynand menyimpan badai yang ditahan, amarah yang teredam, juga rasa bersalah yang tak bisa ditepis."Sayang ... jangan menangis lagi, kamu tidak sendirian," bisik Reynand serak, nyaris berbisik. Jihan menggeleng lemah. Ai

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 70

    Bias cahaya lampu gantung jatuh samar ke lantai marmer, memantulkan siluet sepatu hak rendah yang gemetar. Di balik salah satu pintu bilik toilet, suara isakan tertahan terdengar pelan namun memilukan. Sesekali suara itu bergetar—rapuh, seperti benang kusut yang siap putus kapan saja.Jihan duduk di penutup kloset dengan lutut ditekuk, wajahnya terkubur dalam kedua telapak tangan. Bahunya naik turun, napasnya tercekik, dan tangisnya—meski diusahakan pelan—tak mampu ditahan. Bibirnya bergetar, dan kalimat-kalimat penuh kepedihan pun meluncur tanpa sadar dari mulutnya.“Aku tidak menjiplak ... sumpah demi Allah, bukan aku ....” suaranya gemetar, seperti ranting kecil digoyang angin badai. “Jangan ... jangan suspend aku ... kumohon ...”Air matanya jatuh deras, mengalir melintasi pipinya yang kini pucat. Matanya sembab, bibirnya kering. Ia bicara seolah sedang berdialog dengan takdir yang tiba-tiba menusuk dari belakang.Di luar, pintu utama toilet terbuka dengan bunyi klik pelan. Sepatu

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 69

    Hening.Hanya suara detik jam digital dan desiran AC yang terdengar di ruang kerja Jihan. Matanya terpaku pada layar monitor, jari-jarinya bergerak ragu di atas mouse. Raut wajahnya tegang. Ia sedang menyusun laporan terakhir dari hasil analisis kebutuhan pasar yang ia serap selama dua bulan terakhir—hasil observasi dan diskusi diam-diam dari ruang-ruang pertemuan tempat ia selalu duduk sebagai pendengar diam. Ia tidak menonjolkan diri. Ia hanya menyimak, mencatat, lalu menyusun simpulan.Itu sebabnya Reynand dan tim pemilik proyek mempercayainya mengolah data lintas divisi—karena Jihan, tak seperti yang lain, tidak pernah menuntut sorotan.Namun hari itu, nalurinya terusik. Ada sesuatu yang tak sinkron dalam sistem. File mentah idenya yang ia simpan dalam folder terenkripsi... lenyap.Klik. Klik. Klik. Tidak ada.Napasnya sedikit tercekat. “Apa mungkin aku salah simpan?" Ia bergumam lirih. Tiba-tiba, pintu ruangannya diketuk cepat. Tak lama kemudian sosok itu masuk yang ternyata ad

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 68

    Gedung Raicore Technology, Lantai 52Suara high heels Alira Rachman bergema di sepanjang lorong kaca, seperti palu hakim yang mengetuk palu vonis. Setiap langkahnya mengandung ritme yang tidak hanya menggetarkan ubin marmer, tapi juga menyiratkan sesuatu yang lebih gelap—sebuah keputusan yang telah bulat, tanpa ruang untuk negosiasi. Ia tak sekadar datang. Ia menyerbu.Penampilannya tampak seperti potongan dari halaman majalah mode ternama—gaun midi berwarna marun membungkus tubuh semampainya dengan presisi tajam, kontras dengan mantel panjang berwarna hitam yang berkibar setiap kali ia melangkah. Rambutnya ditata ketat, terikat tinggi, mempertegas rahangnya yang kaku dan ekspresi wajah tanpa cela: dingin, penuh kontrol, dan menyimpan bara yang belum padam.Ia tidak sekadar memancarkan aura kekuasaan. Ia adalah kekuasaan itu sendiri—berwujud dalam sosok wanita yang tahu apa yang ia inginkan, dan lebih tahu lagi cara mendapatkannya.Sesampainya di ruang eksekutif lantai atas, pintu ot

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 67

    Begitu pintu rumah tertutup kembali setelah kepergian kedua orangtuanya, suasana seketika terasa lebih senyap, namun bukan berarti lebih tenang. Yang tersisa hanyalah denting waktu yang lambat, dan napas kecil di pelukan Reynand—napas Rangga yang belum juga kembali stabil. Tubuh mungil itu masih melekat erat pada dada ayahnya, seolah takut kehilangan tempat berlindung.Reynand tak bergeming. Bahkan tak sedikit pun menoleh ke arah pintu yang baru saja tertutup. Matanya hanya menatap rambut lembut putranya yang menyentuh dagunya. Tangannya terangkat pelan, membelai ubun-ubun Rangga dengan ritme penuh kasih, berusaha mengusir sisa takut yang mungkin masih bersarang di hati anaknya.“Tidak apa-apa, Nak,” bisiknya lembut, seperti doa yang terlepas dari relung paling dalam. “Ayah di sini.”Ia duduk perlahan di sofa, menggendong Rangga di pangkuannya, mendekapnya seperti menahan dunia agar tidak menyentuh bocah itu terlalu keras. Di balik pelukan itu, terbit sebuah rasa bersalah yang tak te

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status