Share

Bab 3

Argebi menjauhkan diri dari penglihatan lelaki berseragam. Mencoba memikirkan hal yang sedari tadi mengganggu otaknya. Permintaan lelaki ini tidaklah mudah.

Argebi tidak bisa gegabah hanya karena satu orang saja. Hidupnya sudah rumit lalu mengapa sekarang lelaki itu datang membawa masalah baru untuk hidupnya.

"Bagaimana" Tepukan dibahu membuat Argebi menoleh kearah samping.

"Aku tidak bisa"

"Kalau gitu mengapa kau menyuruhku untuk tetap hidup dan mengapa kau katakan ingi membantu?" Lelaki itu emosi sehingga membanting makanan yang ada ditangan kanannya.

"Semua begitu sulit"

"Tidak. Jika kau rela"

Lelaki itu meminta untuk dia bercinta dengan Argebi. Hanya demi membuat sang mantan kekasih menyesal. Lalu mengapa Argebi yang kena? siapa lelaki ini yang mampu membuat harga diri Argebi menghilang.

"Pergi. Jika kau hanya ingin itu"

Perkataan penuh penekanan terlontar membuat lelaki itu semakin meredam amarah.

"Kalau begitu akan ku gunakan cara kasar. Karena ini janjimu"

Lelaki itu mendorong bahu Argebi dengan kencang membuat nya tergoncang dan jatuh menyentuh lantai yang dingin. Mata Argebi memejam kala kamera terpasang disudut ruangan.

"Keluar" Kata kata tegas yang muncul tidak menggoyahkan, malah sang lelaki membuka pakaian nya dan mulai ingin menjamah Argebi.

Berdiri dari duduknya dan terlentang dikasur. Membuat sang lelaki senang karena menurutnya wanita itu sudah pasrah dan akan membantunya.

Mendekati ranjang ingin menyentuh kulit wajah Argebi. Walau bekas bakaran sangat mengganggu tapi tidak untuk lelaki itu dia tetap menjamah.

Mengelus puncak kepala Gebi. Tidak lama angin kencang menghantam jendela membuat suara yang besar. Angin menerbangkan kain-kain didalam.

Lelaki itu terdiam sesaat. Melihat Argebi yang sepertinya tertidur tidak terganggu sedikitpun. 

"Ar?"gumam Lelaki itu pelan

Brak brak brak

Semua pintu bertabrakan dengan tembok. Menimbulkan suara yang memekakan ditelinga.

Asap mengepul seperti uap terlihat mengambang diudara.

Bunyi barang barang berserakan menganggu penglihatan. Lelaki itu panik kala uap mengepul didepan wajah Argebi. Mata membuka terlihat bola mata berwarna hijau terang. 

Argebi bangun dengan pandangan menuju lelaki itu. Menatap intens lama kelamaan senyum tipis terpatri.

Lelaki itu bergidik ngeri. Memakai baju dan mulai ingin keluar dari rumah. Tapi pintu terkunci

Dar...dar

Dobrakan berkali kali tidak membuahkan hasil. Argebi semakin dekat dengan senyum mematikan diwajahnya.

Lelaki itu memohon sampai berlutut dibawah. "Maafkan aku"

Tidak diidahkan. Argebi maju dengan cepat menjambak rambut panjang dan mulai mengadah kebelakang karena tarikan yang menyakitkan.

"Izinkan aku pergi"

"Kau terlalu bodoh"Suara yang lebih nyaring dari suara milik raga. Ini bukan Argebi

Jiwa yang marah jika penolongnya disakiti. jiwa yang selalu dibantu oleh Argebi akan marah jika penolongnya dimanfaatkan.

Bangku dan barang bertubrukan satu sama lain. Lelaki itu memohon berkali kali. Tapi jiwa Argebi duduk dikasur dengan tenang. Menatap wajah ketakutan lelaki itu dengan tawa kecil.

Membiarkan Jiwa lain menempati tubuhnya demi memberi pelajaran. 

Melihat Raganya mulai mengambil pisau pemotong buah. Argebi merasa sudah cukup.

Menabrak jiwa yang menempati tubuhnya. Raga sudah menjadi miliknya lagi. Mata hijau berubah berwarna abu terang. Milik Argebi

"Aaa kumohon"

Dengan kepala menunduk memandang pisau yang masih terletak dileher. Argebi tidak menyelesaikan semua, ia malah melanjutkan drama. Ingin membuat lelaki ini jera. 

Ini yang dinamakan dikasih hati minta jantung. Ditawari bantuan malah menggunakan untuk kejahatan. Argebi benci manusia seperti ini.

Tangan tidak bergerak. Lelaki itu menatap keatas. Mata Argebi sudah kembali itu artinya dia bebas.

"Maaf kan aku, tidak akan macam macam lagi" Lelaki itu berdiri dan menunduk hormat meminta maaf.

"Jangan membuat jiwa diluar sana mengamuk hanya karena kau yang kotor"

Lelaki itu mengangguk dan memegang tangan Argebi untuk meminta maaf untuk kesekian kalinya.

"Sekarang, kau masih ingin mati?"

Lelaki itu panik dan langsung memegang knop pintu untuk pergi.

"Namaku Edwild" teriaknya dan lari terburu buru.

.

Argebi berada disebuah stasiun kereta. Menaiki kereta, berdiri karena penuh.

Brak

"Kau merepotkan sekali"

"Maafkan aku"

Seorang lelaki menabrak wanita diujung sana. Membuat sang wanita menjatuhkan barang miliknya. Dan berlalu melewati Argebi.

Argebi menutup mata. Membuka dengan cepat setelah tau sebuah kisah lagi yang didapatnya. Ingin menghentikan sesuatu ini, dia yakini pasti bisa.

Berlari mengikuti wanita itu ditengah keramaian orang. Kereta berhentian di stasiun berikutnya.

Argebi menatap tajam wanita berpakaian jas pink dengan celana jogger. Mengenakan kupluk hitam.

Argebi terus mengikuti sampai disuatu lorong panjang. Wanita itu hilang.

Mencari kesana kemari dengan tenang. Melirik kekanan dan kekiri dengan ekor mata. Sekelebat bayangan lewat dan ia yakin itu wanita yang dicari.

Ctas

Argebi menutup diri disebuah tembok. Suara yang masuk ketelinga membuat elu hatinya merasakan ngilu. Dua orang lelaki berpakaian hitam keluar dari gang.

Argebi mendekat. Wanita berbaju pink tewas. Dengan leher tertancap obeng dan semua barang yang diambil.

Argebi meneteskan air mata. Ia gagal. Lagi

Menyelamatkan nyawa orang yang ia ketahui akan mati diwaktu yang ditentukan. Dia gagal. 

Argebi keluar dari gang dengan terburu buru. Menabrak bahu seorang wanita berbaju pink

Argebi membelalak. Dia wanita iu, yang dilihatnya mati dibunuh. Artinya belum terlambat. 

Argebi menahan koper yang diseretnya. Membuat wanita itu menatao dengan seksama, Wajah memerah seperti baru saja menangis.

"Mau ngopi bersama" Tawaran tidak masuk akal terlontar. Membuat sang waanita mengentak tangannya yang dipegang.

"Jika kematian akan datang padamu sekarang juga. Apakah kau bahagia?"

Wanita itu menggeleng. "Aku ingin menemui penjaminku agar  bisa hidup dikota ini, sebentar saja. Aku akan ikut ngopi bersamamu"

"Tidak ada waktu" Argebi menarik tangan wanita itu. Langit mendadak mendung seolah marah. Angin terhempas dengan keras meninggalkan sampah berserakan. 

Wanita itu pergi bersama Argebi. Dan ditatap dua lelaki berpakaian hitam dengan tajam diujung lorong.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status