Share

Sekalipun Kembali, Hatiku Tetap Pergi
Sekalipun Kembali, Hatiku Tetap Pergi
Author: Pancake

Bab 1

Author: Pancake
Aku pergi menonton konser penyanyi favoritku sendirian.

Saat sesi permintaan lagu, aku sangat gembira, berdoa semoga aku menjadi penonton yang beruntung.

Namun detik berikutnya, suamiku yang sedang dalam perjalanan bisnis muncul di layar lebar dan di sebelahnya adalah cinta pertamanya, Desi Maulanda.

“Aku ingin meminta lagu ‘Kembali ke Masa Lalu’, kembali ke tiga tahun lalu, Martin Sutanto tidak akan pernah putus dengan Desi.”

Seluruh penonton bersorak, merayakan cinta mereka.

Hanya aku yang menangis.

Saat sesi permintaan lagu berikutnya, aku melihat wajahku yang berlinang air mata muncul di layar lebar.

“Aku juga akan meminta lagi ‘Kembali ke Masa Lalu’, kembali ke masa lalu aku tidak akan pernah menerima lamaran Martin.”

Sebelum aku sempat menyelesaikan kata-kataku, ponselku berdering.

Aku mengambil ponsel dan melihatnya, itu adalah Martin Sutanto.

Aku menekan tombol tolak panggilan.

Aku mendongak, mendapati wajahku masih terpampang di layar lebar.

Aku menunjukkan senyum yang sempurna, “Martin, aku setuju bercerai denganmu, sampai jumpa di Biro Urusan Sipil hari Senin jam 9 pagi.”

Bisikan-bisikan terdengar di sekitarku, beberapa orang yang pandai bicara menghampiriku untuk menghiburku.

Seorang gadis memberiku tisu dan menatapku dengan merasa kasihan, “Kakak, orang brengsek seperti itu tidak sepadan kamu bersedih karenanya.”

Setelah berterima kasih padanya, aku menghapus air mataku dan bernyanyi bersama penyanyi itu sepanjang lagu berjudul ‘Kembali ke Masa Lalu’.

Sepanjang lagu, pikiranku dipenuhi dengan gambaran Martin yang minta berpisah beberapa hari yang lalu.

Saat sarapan, Martin menatapku dengan acuh tak acuh.

“Ayo kita bercerai.”

Tanganku yang sedang mengambil sebutir telur setengah matang terhenti, aku mendongak, menatapnya dengan heran.

“Apa katamu?” Aku curiga aku salah dengar.

Sejak aku menerima lamaran Martin tiga tahun lalu, hidup kami selalu sangat harmonis.

Meskipun dia selalu bersikap dingin, hanya bersemangat ketika kami berhubungan, tapi tidak ada masalah di antara kami.

Sekarang dia tiba-tiba mengatakan ini, aku pikir dia bercanda.

Tapi Martin menatapku dengan serius dan berkata, “Ayo kita bercerai, aku lelah dengan hidup seperti ini.”

Aku tidak menjawab, dia malah tersenyum pahit.

Sejak hari itu, Martin tidak pernah pulang, setiap kali aku meneleponnya, dia bilang sedang ke luar kota.

Kemudian, aku mengetahui bahwa seorang penyanyi yang kusukai selama lebih dari satu dekade sedang mengadakan konser di kotaku, jadi aku mengirim pesan kepadanya untuk memintanya menemaniku pergi.

Tapi dia malah menolak dengan mengatakan dia harus melakukan perjalanan bisnis.

Aku tidak menyangka dia ternyata menemani orang lain ke konser.

Aku kenal wanita di sebelahnya dari buku tahunannya.

Di buku tahunannya, ada juga foto-fotonya bersama wanita lain, tapi dia selalu menutup bibirnya rapat-rapat, bersikap dingin.

Satu-satunya perbedaan adalah fotonya dengan wanita di sebelahnya itu, Martin tersenyum bahagia, senyum yang belum pernah kulihat sebelumnya.

Setelah melihat wanita di sebelahnya hari ini, aku menyadari dia tidak selalu bersikap dingin, dia tersenyum bahagia di depan orang-orang yang disukainya.

Setelah konser selesai, aku melihat seseorang yang kukenal di depan pintu.

Itu adalah Martin, wajahnya menunjukkan rasa malu karena tertangkap.

Secara naluriah melirik ke sekelilingnya, tapi wanita itu tidak terlihat.

Aku tidak berhenti dan mulai berjalan.

Tapi Martin menarik lenganku.

“Ayo kita bicara.”

Aku tidak berbalik, hanya bertanya, “Apa karena dia?”

Martin tidak mengatakan apa-apa, tetapi setauku, reaksinya sekarang adalah tanda dia mengakuinya.

Aku mengangkat sudut mulutku dengan sinis, tanpa bertanya lebih jauh, menarik lenganku dan pergi.

Ketika pulang ke rumah, Martin sudah duduk di ruang tamu.

Aku menatap heran pada pria yang sudah lebih dari sepuluh hari tidak pulang ini.

Dengan bingung, aku berkata, “Kamu tidak perlu mengantarnya pulang?”

Alis Martin sedikit berkerut, tetapi dia tidak menjawab.

Aku menyadari bahwa pertanyaanku terlalu tiba-tiba, jadi aku tidak bertanya lebih lanjut.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sekalipun Kembali, Hatiku Tetap Pergi   Bab 10

    Setelah aku diperban dan keluar dari rumah sakit, aku dikelilingi oleh media.“Sebagai istri Martin, bagaimana perasaanmu di cari oleh pihak ketiga?”“Dan adikmu adalah subjek penelitian dan menerima vaksin pertamanya, apakah semua ini benar?”Aku menatap kamera sambil tersenyum.“Aku tidak tahu mengapa pihak ketiga itu datang ke rumahku, tetapi Tuan Martin juga datang kemarin.”Aku mengisyaratkan sesuatu.“Masalah vaksin itu memang benar, adikku adalah subjek penelitian.”Media kembali menanyaiku setelah mendengar ini.“Kamu sudah menikah dengan Tuan Martin, jadi mengapa kamu mengambil risiko menjadi subjek penelitian?”Aku terus tersenyum.“Karena Tuan Martin telah mengajukan gugatan cerai saat itu, aku tidak punya pilihan selain melakukan ini demi kesehatan adikku.”Pernyataan ini menyebabkan kegemparan.Mengenai apa yang akan ditulis media, aku tidak tahu dan aku tidak peduli.Malam itu, aku menerima telepon dari polisi. Petugas memberi tahuku bahwa Desi telah ditangkap dan bertan

  • Sekalipun Kembali, Hatiku Tetap Pergi   Bab 9

    Aku juga tahu dia selalu mencariku, tetapi demi kerahasiaan, tim medis merahasiakan keberadaanku dan adikku.Ketika kami pergi ke luar negeri, kami juga menggunakan pesawat pribadi yang dikirim oleh tim medis.“Istriku, maukah kamu memaafkanku?”Mendengarnya mengatakan itu, hatiku terasa seperti tercabik-cabik.Sebelumnya saat kami bersama, Martin selalu bersikap dingin.Aku selalu memanggilnya “suamiku”, tetapi dia terus memanggilku dengan namaku, Rinda.Kemudian, aku tidak tahan lagi dan protes, tetapi Martin dengan enggan memanggilku “istriku.”Tetapi sekarang dia menggunakan panggilan itu dengan begitu lancar, yang berarti dia bisa saja melakukannya sebelumnya, tetapi dia hanya tidak mau.Tetapi apa gunanya rasa sayang yang terlambat ini?“Aku bisa menjelaskan masalah di konser itu, bukan itu yang kumaksud, aku hanya tidak bisa mengungkapkan dengan jelas saat itu.”“Aku tidak menyesal bersamamu, aku hanya...”“Kamu hanya tidak pandai berbasa-basi, kamu bicara apa adanya.” Aku melan

  • Sekalipun Kembali, Hatiku Tetap Pergi   Bab 8

    Adikku, sebagai subjek penelitian juga akan dipublikasikan.Setelah Martin melihat semua ini, pasti akan tahu keberadaan kami.Tapi semua itu tidak penting, yang penting adalah kesehatan adikku.Aku menggunakan bayaran yang diberikan Pimpinan untuk menyewa apartemen dua kamar tidur untuk aku dan adikku dan kami pun pindah.Aku dan adikku tidak membawa koper, kami tidak membawa apa pun saat pergi ke luar negeri, jadi wajar saja kami pulang dengan tangan kosong.Jika benar-benar harus mengatakan apa yang aku bawa pulang, aku membawa pulang seorang adik yang sehat.Jam dua belas waktu internasional, vaksin dipublikasikan.Setelah media mengetahui adikku sebagai subjek penelitian, mereka dengan gila mulai menggali informasinya.Tapi aku tidak menyangka Martin akan menjadi orang pertama yang menemukan kami.Malam itu, ketika aku dan adikku kembali dari berbelanja bahan makanan, aku melihat Martin berdiri di depan pintu dan tanpa sadar menghentikan langkah kaki.Menyadari ada yang aneh pada

  • Sekalipun Kembali, Hatiku Tetap Pergi   Bab 7

    Desi menangis melihat ini, tetapi Martin tidak peduli.Sekarang dia hanya ingin tahu di mana aku berada.Saat ini, aku telah tiba di rumah sakit yang dipimpin oleh tim medis asing.“Nona Rinda, apakah kamu yakin ingin adikmu menjadi kelinci percobaan?” Pimpinan sekali lagi memastikan.“Kamu tidak perlu terburu-buru menjawab pertanyaanku, aku akan menjelaskan kembali kelebihan dan kekurangan vaksin ini.” Lanjut Pimpinan.“Vaksin ini yang telah kami teliti selama lima tahun, memiliki peluang 80% untuk menyembuhkan pasien leukemia.”“Tetapi ada juga peluang gagal sebesar 20%, jika gagal, kondisi pasien akan menjadi lebih parah atau bahkan meninggal.”Mendengar kata-kata Pimpinan, di dalam hatiku aku kembali ragu.Aku dan adikku selalu saling bergantung, apakah aku terlalu egois membawanya ke luar negeri secepat ini?Adikku yang sedari tadi menunggu di luar tiba-tiba masuk.Dia mengenakan masker di wajahnya yang kurus, masker berukuran normal itu tampak sangat besar saat dikenakannya. “Ka

  • Sekalipun Kembali, Hatiku Tetap Pergi   Bab 6

    Di dalamnya tercatat kisah hidup kami setelah bersama.[Hari ini, Martin mengajakku pergi makan steak, rasanya lezat, tapi aku tidak tahu cara menggunakan pisau dan garpu, untungnya Martin tidak mempermasalahkannya, tapi aku sudah bisa menggunakannya berkat bimbingannya.]Saat membaca ini, Martin teringat kembali situasi saat itu.Itu kencan pertama kami, dia memutuskan untuk memesan meja di sebuah restoran.Dia tidak menyangka aku tidak pernah makan steak, ketika melihatku duduk canggung di hadapannya, baru menyadari keanehanku.Dia mengajariku cara menggunakan pisau dan garpu, lalu bertukar daging yang sudah dipotongnya denganku.Aku tersipu saat menatapnya.“Terima kasih.” Bisikku pelan.Malam itu juga, Martin mengajakku berpacaran.Aku setuju tanpa berpikir panjang.Setelah selesai berbicara, aku menyadari apakah Martin mungkin berpikir aku mengincar uangnya, jadi aku segera menjelaskan.“Aku bukan suka pada uangmu, aku suka dirimu.”Martin mengangkat sudut bibirnya, “Aku tahu.”Me

  • Sekalipun Kembali, Hatiku Tetap Pergi   Bab 5

    “Apakah Rinda yang menelepon?” Tanya Desi dengan tidak sabar.“Bukankah kamu sudah bicara dengannya? Kenapa dia masih mengganggu?” Keluh Desi.Martin mengabaikannya dan langsung menjawab telepon.“Ada apa?”“Tuan Martin, cepat lihat internet!”Setelah mendengar suara di ujung telepon, Desi segera mengenali itu adalah asisten Martin.Dia tersenyum canggung, terkejut karena bukan aku yang mengganggu mereka.Martin segera memeriksa topik pencarian tren dan melihat Akta Nikah yang aku unggah, dengan kata “heboh” yang terpampang.Entah kenapa, alih-alih marah, dia justru merasa lega.Desi melihat gerakan kecil Martin dengan jelas, dia menggigit bibir bawahnya erat-erat, menatapnya dengan enggan.“Di mana istriku? Cepat hubungi dia untuk menghapusnya.” Saat berbicara lagi, suara Martin kembali terdengar dingin seperti biasanya. “Tuan Martin, aku tidak bisa menghubungi istrimu, jadi aku terpaksa meneleponmu.”Martin langsung panik, suaranya meninggi beberapa tingkat.“Apa maksudmu, tidak bis

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status