Share

Bab 47. Gala Dinner

Penulis: Miarosa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-27 06:42:29

Acara gala dinner malam itu berlangsung megah di ballroom hotel bintang lima milik Ardiwijaya Grup. Kristal gantung memantulkan cahaya hangat ke seluruh ruangan, para tamu dari Jepang dan Indonesia berseliweran dengan senyum formal dan gelas anggur di tangan. Harika, dengan gaun biru muda simpel berdiri di dekat meja hidangan, mencoba menenangkan detak jantungnya yang entah kenapa berdetak lebih cepat sejak ia melihat Alister di sudut ruangan. Namun, jantungnya hampir copot saat melihat Adeline masuk.

Wanita itu tampak seperti aktris di red carpet. Gaun putih gading dengan potongan elegan, rambut digelung anggun, dan senyum manis yang nyaris mematikan. Ia berjalan mendekat ke arah Alister yang sedang berbincang dengan CEO mitra Jepang. Tanpa ragu, Adeline menyentuh lengan Alister ringan dan membisikkan sesuatu. Alister menoleh dan tersenyum, sedikit kaku, tapi cukup terlihat hangat jika dilihat dari kejauhan.

Harika langsung merasa seperti seseorang yang berdiri di luar jendela re
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 48. Cinta Dan Kewajiban

    Harika berdiri diam di lorong yang kini terasa lebih dingin dari sebelumnya bukan karena suhu ruangan, tapi karena perasaan yang menggantung di udara. Ia menatap punggung Alister yang semakin menjauh, langkahnya cepat, menyusul Adeline yang ‘pingsan’ di tengah gala dinner paling glamor tahun ini. "Ya udah, Harika," gumamnya pelan. "Balik ke kenyataan." Ia menyandarkan tubuh ke dinding sekali lagi, mencoba menenangkan degup jantungnya yang kembali tak teratur. Beberapa menit berlalu dalam hening. Harika akhirnya kembali ke ballroom, mencoba tersenyum sopan ke tamu-tamu yang memperhatikannya, lalu menyelinap ke sisi ruangan yang sepi. Ia mengambil segelas air putih dan mencoba menyibukkan diri dengan mengecek ulang rundown acara di tablet kecilnya. Namun, pikirannya jauh dari daftar acara. Di sisi lain ballroom, Alister berdiri di samping ranjang lipat darurat di ruang medis kecil hotel. Adeline terbaring dengan mata terpejam dan tangan diletakkan manis di perut. Perawat yang memeri

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 47. Gala Dinner

    Acara gala dinner malam itu berlangsung megah di ballroom hotel bintang lima milik Ardiwijaya Grup. Kristal gantung memantulkan cahaya hangat ke seluruh ruangan, para tamu dari Jepang dan Indonesia berseliweran dengan senyum formal dan gelas anggur di tangan. Harika, dengan gaun biru muda simpel berdiri di dekat meja hidangan, mencoba menenangkan detak jantungnya yang entah kenapa berdetak lebih cepat sejak ia melihat Alister di sudut ruangan. Namun, jantungnya hampir copot saat melihat Adeline masuk. Wanita itu tampak seperti aktris di red carpet. Gaun putih gading dengan potongan elegan, rambut digelung anggun, dan senyum manis yang nyaris mematikan. Ia berjalan mendekat ke arah Alister yang sedang berbincang dengan CEO mitra Jepang. Tanpa ragu, Adeline menyentuh lengan Alister ringan dan membisikkan sesuatu. Alister menoleh dan tersenyum, sedikit kaku, tapi cukup terlihat hangat jika dilihat dari kejauhan. Harika langsung merasa seperti seseorang yang berdiri di luar jendela re

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 46. Dunia Alister

    Begitu pintu ruang rapat itu tertutup rapat, Harika berdiri terpaku di depan mejanya. Tangannya mengepal di sisi tubuh, seolah mencoba meredam gejolak di dalam dada yang semakin sulit dikendalikan. Ia menelan ludah, lalu duduk perlahan di kursinya. Suasana ruangan tampak sama seperti tadi pagi tertata, tenang, dan penuh berkas, tapi dalam dirinya tidak ada yang tenang. Ucapan Alister tadi seperti membuka kunci rahasia yang selama ini ia kunci rapat-rapat. "Kalau begitu setidaknya izinkan aku tetap ada, meski kamu menjauh." Harika menunduk, menatap tangannya sendiri. Jemarinya gemetar, karena ia tahu ia juga merasakannya. "Aku juga ngerasa ada yang hilang, Pak, tapi aku terlalu pengecut buat ngakuin itu duluan." Ia menghela napas dalam-dalam, mengusap wajahnya dengan kedua tangan.Sejak Adeline datang dan percakapan mereka sore itu di rumah kontrakan, Harika memang sengaja menjaga jarak. Ia pikir, kalau ia menjauh semuanya akan kembali ke tempatnya. Ia kembali jadi sekretaris cerob

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 45. Akhir dari kepura-puraan

    Alister menutup laptopnya perlahan. Matanya menatap ke luar jendela ke langit Jakarta yang mendung seperti pikirannya.Sudah hampir tiga jam sejak Harika tiba di kantor pagi tadi, dan selama itu pula suasana di antara mereka terasa berbeda. Dingin. Kaku. Kosong.Ia menyandarkan tubuh ke kursi kerja, menghela napas panjang sambil menatap ke arah pintu ruangan yang tertutup. Di balik pintu itu hanya berjarak beberapa langkah, Harika duduk di mejanya, tapi rasanya seperti dia berada di tempat yang sangat jauh. "Apa yang berubah?" gumamnya pelan.Biasanya Harika akan masuk dengan langkah cepat dan napas terengah-engah karena hampir terlambat, lalu mengoceh tentang betapa dia "dikhianati oleh alarm". Atau tentang sepatu hak yang bunyinya mirip tikus got berantem. Sekarang, Harika bahkan tidak menatapnya saat menjawab.Alister bangkit dari kursi, berjalan ke rak buku yang entah kenapa mendadak tidak menarik sama sekali. Tangannya menyentuh punggung buku, tapi pikirannya jauh dari halaman ma

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 44. Aku Bukan Siapa-Siapa

    Harika mengangguk, sedikit kikuk, lalu mempersilakan Adeline masuk. Mereka duduk di ruang tamu kecil dengan karpet tipis dan kipas angin yang mengayun pelan di langit-langit. "Kamu tinggal sendirian di sini?" tanya Adeline sambil menatap sekeliling. "Iya, tapi aman kok," jawab Harika sambil menyuguhkan air putih. Setelah basa-basi sebentar, Adeline meletakkan gelas di meja dan menatap Harika lekat-lekat. "Aku langsung ke inti aja ya, Harika. Aku cuma mau tahu satu hal." Harika menelan ludah. "Apa itu?" "Kamu punya perasaan sama Alister?" Suasana langsung membeku. Harika terdiam, matanya berkedip cepat, lalu tertawa kecil yang jelas-jelas dipaksakan. "Lho kok nanyanya kayak gitu?" "Harika," potong Adeline. "Aku serius. Aku tahu kamu dekat sama dia. Kamu sering bersikap konyol, tapi aku bukan bodoh. Aku bisa lihat sesuatu dari cara dia mandang kamu." "B-bukan gitu, aku... aku cuma sekretarisnya. Lagian Pak Bos itu terlalu perfeksionis buat tipe aku. Aku mah sembarangan orangny

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 43. Sekretaris yang seharusnya jadi tunangan

    Alister membuka mulutnya, tampak hendak mengatakan sesuatu, namun sebelum sempat melanjutkan, Harika buru-buru menambahkan, “Tapi sebelumnya saya ke pantry dulu ya, Pak. Kayaknya saya butuh secangkir teh manis biar bisa hadapi dunia ini.” Tanpa menunggu jawaban, Harika melangkah keluar ruangan sambil terkekeh kecil, meninggalkan aroma bunga peony dari parfumnya yang ringan. Tak lama setelah pintu tertutup kembali, suara ketukan lain terdengar. Kali ini pelan dan penuh keraguan. "Masuk!" ujar Alister, masih menyesuaikan fokusnya kembali. Pintu terbuka perlahan. Adeline berdiri di sana, mengenakan blus putih dan rok abu panjang. Wajahnya pucat, namun matanya tampak lebih tenang daripada terakhir kali mereka bertemu. Alister langsung berdiri. "Adeline?" Adeline melangkah masuk. "Aku tahu seharusnya aku tidak ke sini tanpa janji dulu, tapi aku butuh bicara." Alister menunjuk kursi di hadapannya. "Silakan duduk!" Adeline duduk perlahan. Sejenak ia menatap meja, lalu berkata pelan, "

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status