Home / Rumah Tangga / Sekretaris Kesayangan CEO / Bab 1. Kesucian Yang Terenggut

Share

Sekretaris Kesayangan CEO
Sekretaris Kesayangan CEO
Author: Rich Mama

Bab 1. Kesucian Yang Terenggut

Author: Rich Mama
last update Last Updated: 2024-03-07 13:48:01

“Ugh ....”

Kedua mata Reina mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang masuk mengenai mata indahnya. Gadis itu memegangi kepalanya yang masih berdenyut nyeri. Sekujur tubuhnya terasa sakit. Apalagi di bagian berharga miliknya yang ngilu juga perih tak terkira.

Reina mengedarkan pandangannya dan baru sadar bahwa kini ia tengah berada di sebuah kamar mewah dengan nuansa berwarna gelap.

“Aku di mana ini?” lirih Reina hingga menyadari ada sesuatu yang salah. “Aaaa! Apa yang terjadi ... ssshhh! Sakit!”

Suara gadis itu memekik ketika mendapati dirinya tak berbusana hanya berbalut selimut saja. Reina berusaha menyusun kepingan puzzle yang berserakan di otaknya.

Namun tiba-tiba terdengar sebuah suara dari pintu kamar mandi. Seketika Reina menoleh. Ia tatap sosok pria dewasa memakai jas hitam dengan tatapan datar lurus ke depan. Lelaki dengan rahangnya yang tegas, hidung mancung dan alis yang tebal. Tentu hal itu bisa membuat perempuan manapun akan tertarik pada pesonanya.

“Si‒siapa, kamu?” lirih Reina dengan suara yang bergetar. Matanya memanas. Rasanya gadis itu ingin menangis saat itu juga.

Reina mencengkeram erat selimut yang menutupi tubuh sampai sebatas dada. Punggungnya beringsut mundur menabrak kepala ranjang besar itu. Sungguh dia takut dengan tatapan di hadapannya tersebut.

Tak ada jawaban. Lelaki itu justru mengeluarkan selembar cek dan meletakkannya di atas meja nakas.

“Segera gunakan kembali pakaianmu dan ambil uang ini. Saya harus segera pergi.”

Lelaki berjas hitam itu melenggang pergi meninggalkan Reina seorang diri tanpa merasa bersalah sama sekali.

“Tapi, Pak? Tunggu! Jangan pergi!” Reina merasa tidak terima. Ia butuh penjelasan mengapa bisa berada di tempat itu bersama seorang lelaki yang asing baginya.

Teriakan Reina berakhir dengan sebuah kekecewaan saat mendengar pintu kamar ditutup keras.

“Ya, Tuhan ... bagaimana mungkin ini bisa terjadi?!” lirihnya merasa hina.

Reina mulai mengingat kembali peristiwa yang terjadi tadi malam. Karin—sang sahabat mengajaknya keluar dari acara pesta perusahaan ketika gadis itu merasakan kepalanya pusing setelah menenggak satu gelas minuman yang diberikan sahabatnya tersebut.

“Apakah dia menjebakku? Tidak mungkin. Apa salahku?”

Dada Reina terasa semakin sesak. Kepalanya menunduk dengan bahu yang berguncang. Kesucian yang ia pertahankan selama ini, kini telah direnggut paksa oleh seorang lelaki yang tidak pernah ia kenali sama sekali. Gadis itu tidak dapat membayangkan jika sang kekasih hati nanti tahu akan perbuatannya.

Reina menangis sejadi-jadinya meski semua itu hanya akan berakhir sia-sia. Dan bersamaan dengan itu, ponselnya berdering berkali-kali. Ia tahu betul siapa yang menghubunginya pagi-pagi seperti ini. Pasti ibu tirinya yang berusaha menelepon dan meminta uang untuk biaya pengobatan sang ayah.

Gadis itu teringat akan sebuah cek yang diberikan oleh lelaki tadi. Terpaksa Reina harus menerimanya. Tetapi ia berjanji di dalam hati akan mencari lelaki itu dan mengembalikan uang tersebut apapun caranya.

Reina segera menghapus air matanya. Gadis itu tertatih-tatih mengambil pakaiannya yang berserakan di mana-mana. Ada bagian tertentu yang robek parah. Beruntung di sana juga ada jaket jeans milik Reina. Ia pun segera memakainya.

Reina meninggalkan hotel itu dengan tergesa-gesa. Tidak peduli jika bagian inti tubuhnya masih terasa sakit. Ia harus menukarkan cek itu dan pulang ke rumah dengan membawa uang tunai untuk ibu tirinya.

“Ke mana saja semalam? Mana uangnya, sudah dapat belum?” tanya sang ibu tiri dengan suara lantang.

Baru saja tiba di depan pintu rumah, gadis itu langsung mendapat tatapan penuh amarah dari Linda—ibu tirinya. Bahkan wanita paruh baya itu berani menceramahinya.

Tak ingin berdebat, Reina kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Lalu ia berikan kepada ibu tirinya tersebut.

“Jangan lupa untuk biaya sekolah adik juga. Jangan sampai dia putus sekolah,” ungkap Reina penuh ketegasan.

Wanita paruh baya itu menatap tak suka kepada anak tirinya.

“Banyak sekali uangnya. Dapat dari mana?” sentak sang ibu tiri sambil mengibaskan uang itu di depan wajahnya. “Jangan-jangan kamu jual diri, ya?” bisiknya kemudian.

“Itu bukan urusan Ibu.” Reina segera masuk ke dalam kamarnya. Tidak mempedulikan sang ibu tiri yang masih menunggu penjelasan darinya.

Gadis itu segera membersihkan diri di dalam kamar mandi. Ia membasuh tubuhnya berkali-kali. Reina berusaha meninggalkan jejak laknat dari lelaki yang telah merenggut kesuciannya.

Baru keluar dari kamar mandi, Reina mendengar ponselnya berdering berkali-kali. Dengan malas gadis itu mengecek ponselnya. Rupanya beberapa panggilan tak terjawab dan sebuah pesan dari manajer di kantor.

[Kamu di mana Reina? Kenapa meja kerjamu kosong, hem? Saya tunggu kedatanganmu secepatnya. Jangan sampai kamu kehilangan pekerjaan selamanya.]

Reina menghembuskan nafasnya dengan kasar. “Jangan sampai aku dipecat. Tak biasanya Pak Burhan sampai marah seperti ini.”

Beberapa menit telah berlalu. Reina sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Cepat-cepat gadis itu memesan ojek online. Ia melangkahkan kakinya dengan cepat saat memasuki area kantor.

Reina langsung masuk ke dalam lift menuju lantai 17 di mana terdapat ruangan tempatnya bekerja. Gadis itu terburu-buru keluar dari pintu lift.

Reina tak sadar jika di sisi sebelah kiri tak jauh dari tempatnya ada sang CEO tampan bernama Regan Aditya Admaja tengah berunding dengan manajer perusahaan.

Regan tak sengaja menangkap sosok Reina yang berjalan tergesa-gesa.

“Tunggu, dia siapa? Dia bekerja di sini?” tanya Regan dengan kedua alis yang tertaut tanda ia merasa heran.

“Namanya Reina, Pak. Dia karyawan baru di perusahaan ini. Tetapi kemampuannya di atas rata-rata dan selalu bisa diandalkan. Saya tidak tahu mengapa dia bisa datang terlambat hari ini. Biarkan saya memarahinya Pak,” ungkap sang manajer sambil menunduk takut.

“Tidak perlu.” Regan mengangkat satu tangannya ke udara. Ia menghadang sang manajer yang hendak mengejar kepergian Reina. “Aku ada tugas baru untukmu,” ucapnya kemudian sambil tersenyum smirk menatap pintu ruang kerja Reina.

Rich Mama

Selamat datang di novel terbaru aku... Novel ini sedang mengikuti lomba nih, mohon dukungannya ya kakak readers... Dengan memberikan gems/vote sebanyak-banyaknya. Jangan lupa kasih ulasan dan bintang 5 ya... Terima kasih banyak... Salam sayang dari author. Menerima komentar, kritik, dan saran ya... :))

| 21
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (17)
goodnovel comment avatar
Made Sukasih
seru..lanjutkan
goodnovel comment avatar
Abigail Briel
awal yang bagus, selalu suka sama novel kak rich mama
goodnovel comment avatar
Rich Mama
yuk lanjut bacanya kak.... (⁠✷⁠‿⁠✷⁠)
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Spesial Part

    Hari pernikahan Xavier dan Karin telah tiba. Udara pagi terasa segar dan cerah, seakan menyambut kebahagiaan yang akan segera berlangsung. Keluarga dan sahabat berkumpul di sebuah taman indah yang telah dihias dengan bunga-bunga warna-warni dan lampu-lampu gemerlapan. Suasana penuh dengan tawa dan senyum. Regan dan Reina tiba lebih awal bersama bayi kembar mereka, Alana dan Bianca, yang tertidur pulas di kereta dorong. Mereka disambut oleh Olivia dan Danny yang sudah tak sabar menantikan momen bahagia itu. “Aku tak percaya Xavier akhirnya menemukan kebahagiaan bersama Karin,” ucap Reina dengan mata berkaca-kaca. “Dia memang pantas mendapatkannya,” jawab Regan sambil tersenyum, merangkul Reina yang terlihat anggun dalam gaun biru muda. “Kita semua pantas bahagia.” Tak lama kemudian, para tamu mulai berdatangan. Leon, mantan pacar Reina dan Karin juga hadir dengan pasangan barunya. Mereka tampak sangat bahagia, saling berpegangan tangan dan tertawa bersama. Leon menghampiri Reg

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 175. Hari Yang Dinanti

    Tanpa disangka, suatu hari Regan menemukan fakta baru yang mengejutkan. Saat itu, dia sedang bekerja di ruangannya. Berkas-berkas tersebar di atas meja ketika ponselnya berdering. Panggilan itu berasal dari salah satu anak buah kepercayaannya. “Ada apa, Roni?” tanya Regan sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. “Ada perkembangan baru, Pak Regan. Kami berhasil melacak beberapa transaksi mencurigakan yang berhubungan dengan Shadow Phoenix. Dan yang mengejutkan, ada keterlibatan Alex Ricardo di dalamnya,” lapor Roni. Regan terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. “Apa kamu yakin? Alex Ricardo? Bukankah dia masih berada di dalam penjara?” “Betul, Pak. Tapi tampaknya dia masih mengendalikan beberapa hal dari dalam penjara. Kami menemukan bukti bahwa beberapa anak buahnya masih menjalankan perintahnya dan menggunakan nama Shadow Phoenix untuk menyamarkan identitas asli mereka,” jelas Roni. Regan merasakan darahnya mendidih. “Teruskan penyelidikannya, Roni. Dan pastikan ki

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 174. Berulang Kali

    Tanpa terasa, usia kehamilan Reina sudah memasuki trimester ketiga. Perutnya semakin membesar, membuatnya sulit menemukan posisi tidur yang nyaman. Setiap malam menjadi tantangan baru bagi Reina. Sementara Regan berusaha sebaik mungkin untuk membuat istrinya merasa nyaman dan bisa tidur nyenyak. Malam itu setelah mencoba berbagai posisi tidur dan tidak menemukan yang pas, Reina merasa frustasi. Ia berguling-guling di tempat tidur sambil menghela napas panjang. Regan yang melihatnya merasa kasihan dan ingin membantu. “Ada yang bisa aku lakukan, Sayang?” tanya Regan lembut. Ia duduk di tepi tempat tidur dan mengelus rambut istrinya. Reina menggeleng lemah. “Aku tidak tahu, Pak Regan. Aku sudah mencoba semua posisi tapi tetap saja tidak nyaman. Perutku terlalu besar.” Regan berpikir sejenak, lalu tersenyum. “Bagaimana kalau kita coba sesuatu yang baru? Tunggu sebentar.” Ia keluar dari kamar dan kembali dengan bantal-bantal tambahan. “Ayo, kita coba dengan bantal-banta

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 173. Tidak Punya Kekasih

    Pagi itu di kantor, suasana di ruang CEO terasa lebih sibuk dari biasanya. Regan tengah tenggelam dalam tumpukan dokumen dan panggilan telepon yang tak henti-hentinya. Di luar ruangan, para karyawan tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sedangkan Reina pergi ke toilet sebentar untuk menyegarkan diri. Saat Reina keluar dari ruangan, pintu lift terbuka dan dua orang masuk ke lantai itu. Claudia dan Xavier melangkah dengan hati-hati menuju kantor CEO. Claudia tampak sedikit gugup, sementara Xavier berusaha tampak tenang meskipun jelas terlihat gelisah. Mereka mengetuk pintu dan menunggu sebentar sebelum mendengar suara Regan dari dalam yang mempersilakan mereka masuk. Ketika pintu terbuka, Claudia dan Xavier masuk dengan hati-hati. Regan yang tadinya duduk di balik mejanya langsung berdiri. Ekspresi wajahnya berubah dari fokus keheranan. “Mama Claudia? Xavier? Apa yang membawa kalian berdua datang ke sini?” tanya Regan dengan nada sedikit terkejut. Claudia mendekat de

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 172. Jangan Bersedih

    Saat kehamilan Reina menginjak usia lima bulan, Regan memutuskan untuk mengajak Reina jalan-jalan di taman kota. Hari itu cerah, dengan langit biru dan angin sepoi-sepoi yang membuat suasana terasa sejuk. Reina tampak sangat bahagia, mengenakan gaun hamil berwarna pastel yang membuat perutnya yang semakin membesar terlihat menawan. Regan tak henti-hentinya tersenyum, menikmati momen kebersamaan mereka. Mereka berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan taman yang indah. Banyak anak-anak bermain di taman bermain, pasangan-pasangan duduk di bangku menikmati suasana, dan para pedagang menjajakan makanan ringan di kios-kios kecil di sepanjang jalan setapak. “Ini hari yang sangat indah, ya?” ungkap Reina sambil menggenggam tangan Regan erat. “Ya, benar-benar indah,” jawab Regan, menatap istrinya dengan penuh cinta. “Aku senang kita bisa meluangkan waktu bersama seperti ini.” Mereka melanjutkan berjalan, berhenti sesekali untuk melihat bunga-bunga yang sedang mekar dan menikmati

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 171. Nama Yang Indah

    Kehamilan Reina telah memasuki usia empat bulan dan perutnya mulai terlihat membesar. Setiap hari Regan semakin takjub melihat perubahan pada tubuh istrinya dan merasa tidak sabar untuk menyambut kehadiran anak mereka. Pagi itu Regan memutuskan untuk membawa Reina ke klinik untuk melakukan USG. “Sayang, hari ini kita akan ke klinik untuk melihat bayi kita,” ucap Regan dengan senyum lebar. Reina tersenyum bahagia, merasa tak sabar untuk melihat perkembangan bayinya. “Aku tidak sabar, Pak Regan. Pasti mereka sudah semakin besar sekarang.” Regan mengangguk. "Aku juga sangat bersemangat. Ayo kita bersiap-siap." Setelah bersiap-siap, mereka berdua berangkat ke klinik dengan penuh semangat. Dalam perjalanan, mereka terus berbicara tentang rencana masa depan dan bagaimana mereka akan merawat anak mereka. Regan menggenggam tangan Reina dengan erat, memberikan rasa tenang dan nyaman. Sesampainya di klinik, mereka disambut oleh dokter dan perawat yang ramah. “Selamat pag

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status