Share

Bab 2. Gugup

Penulis: Rich Mama
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-07 13:48:26

Reina tergesa-gesa masuk ke dalam ruangan kerjanya. Ia melihat ke arah pojok ruangan. Mencari kekasih dan sahabatnya di sana. Tetapi sayangnya mereka berdua sedang tidak ada di tempat.

Sementara teman-temannya yang lain sedang sibuk di depan layar komputer mereka masing-masing. Beruntung sekali bapak kepala divisi pun tidak ada di sana. Gadis itu langsung berjalan menuju kursi kerjanya yang berada di sebelah kiri.

Jemari lentik Reina menyalakan komputer dengan cepat. Segaris senyuman muncul di bibir untuk mengawali harinya yang pasti akan melelahkan. Banyak yang bilang jika kita melakukan aktivitas sederhana itu, maka suasana hati akan membaik. Stres pun akan perlahan reda. Dan tentu saja bisa menaikkan imun tubuh kita.

Reina sedang membutuhkannya!

Namun belum sempat Reina berhasil mendudukkan bokongnya, rupanya sang manajer sudah berdiri di dekat pintu masuk dan memperhatikannya. Entah sejak kapan, gadis itu tidak mengerti.

Ketika Reina sadar, ia langsung berjalan menghampiri lelaki itu untuk meminta maaf. “Eh, Pak Burhan. Maaf, Pak. Saya datang terlambat hari ini.”

“Hmm ... ada tugas penting untukmu,” ujar manajer itu tampak serius.

“Tu–tugas?” balas Reina merasa heran.

“Sekretaris Pak Regan tidak masuk hari ini. Beliau meminta salah seorang dari kalian di sini untuk membantunya. Jadi saya memilih kamu, Reina. Kamu tahu ‘kan ruangan CEO ada di mana?” tegas pak manajer.

“Tahu, Pak. Tetapi kenapa harus saya?” Reina menunjuk wajahnya sendiri dengan jari telunjuk mungilnya. Seketika ia merasa gugup karena belum pernah bertemu langsung dengan atasan yang paling disegani oleh seluruh karyawan di perusahaan itu.

“Karena saya percaya sama kamu, Reina. Hanya kamu yang bisa diandalkan di sini. Pergilah sekarang!” perintah sang manajer.

Manajer itu tidak mengatakan jika hal tersebut adalah perintah langsung dari sang CEO. Bahkan ia sendiri penasaran mengapa Regan meminta Reina yang menggantikan tugas Rindu.

Reina mengangguk pasrah. Entah mengapa tiba-tiba perasaannya jadi tidak enak. Ia pun segera pamit untuk pergi ke ruangan sang CEO.

Gadis itu berjalan pelan melewati meja sekretaris. Ia menghirup udara sepenuh dada dan ia hembuskan secara perlahan. Seperti itu sebanyak tiga kali. Kemudian setelah merasa cukup tenang, Reina memberanikan diri untuk mengetuk pintu ruangan CEO.

“Masuk!” Terdengar suara perintah dari dalam.

Sejenak gadis itu terdiam di depan pintu. Mengapa ia seperti mengenali suara itu? Tapi di mana?

Reina tidak bisa berpikir dengan cepat. Ia juga tidak mau CEO tersebut menunggunya terlalu lama.

Gadis itu segera masuk ke dalam ruangan. Tetapi Reina hanya bisa melihat seorang lelaki yang duduk membelakanginya. Hal itu justru membuatnya merasa penasaran. Meski tak dapat dipungkiri jika di dalam hatinya merasa was-was. Takut jika bos besar di perusahaannya galak dan menakutkan.

“Permisi, Pak. Apakah benar Bapak membutuhkan karyawan untuk menggantikan tugas sekretaris yang tidak masuk hari ini?” tanya Reina lirih dan ragu-ragu.

CEO itu memutar kursi kebesarannya dengan santai hingga sekarang posisinya berhadapan dengan Reina. Kemudian ia berkata, “Iya ... benar sekali.”

Kedua mata Reina melotot seketika. Namun ia segera menatap ke arah bawah. Di saat itu pula jantungnya berdetak dengan sangat kuat. Ia bahkan kesulitan untuk menelan salivanya sendiri. Gadis itu tidak pernah menyangka jika seseorang yang berada di hadapannya saat ini adalah lelaki yang ia temui tadi pagi.

Seorang lelaki yang menghabiskan malam panas bersamanya. Bahkan Reina sempat terpana akan ketampanannya meski persentasenya sangat kecil.

Reina masih terdiam kaku di tempatnya. Ia berharap jika atasannya tersebut tidak mengenalinya. Ya, gadis itu akan berpura-pura bahwa tidak terjadi apa-apa di antara mereka. Lagi pula tadi malam sepertinya mereka sama-sama dalam keadaan mabuk. Hanya saja Reina seperti merasakan bahwa dia lebih bersikap agresif daripada lelaki itu.

“Kenapa?” tanya Regan santai.

“Tidak apa-apa, Pak. Saya siap membantu pekerjaan Bapak hari ini. Apa yang harus saya kerjakan?” jawab Reina kembali menundukkan kepalanya dan balik bertanya kepada Regan.

“Mendekatlah,” ujar Regan tanpa menatap ke arah Reina. Tangan dan netranya disibukkan beberapa dokumen di atas meja kerjanya.

‘Hah? Mendekat?’

“Oh, iya. Baik Pak.” Reina segera melangkah cepat dan berdiri di samping Regan.

Terlihat CEO tampan itu menjelaskan apa saja yang harus dikerjakan oleh Reina hari ini.

Regan tampak serius dalam berbicara. Sementara Reina justru merasa sangat gugup. Apalagi di saat lengannya yang tak sengaja bersentuhan dengan lengan CEO tampan itu. Seketika keringat dingin mengalir dari balik seragam kerjanya begitu saja.

“Kamu paham, Reina?” tanya Regan setelah menjelaskan beberapa tugas yang harus dikerjakan oleh Reina.

‘Jadi dia sudah tahu namaku?’ batin Reina cukup terkejut. Lalu ia teringat dengan pertanyaan Regan.

“Iya, Pak. Saya mengerti,” jawab gadis itu yakin.

Untuk mengendalikan rasa gugup yang semakin mendera, Reina bergerak mundur. Ia mencoba tetap tenang dan mengatur nafasnya dengan sangat pelan.

“Kerjakan semuanya sebelum jam makan siang. Nanti jam dua siang kamu harus menemani saya meeting dengan klien penting di luar kantor.”

Reina mengangguk pasti sambil berucap, “Baik ... Pak Regan.”

Gadis itu segera memutar tubuhnya dengan cepat. Ia hendak keluar dari ruangan sang CEO. Namun baru saja tangannya menyentuh handel pintu, terdengar suara Regan menyebut namanya kembali.

“Reina, tunggu sebentar!”

Rich Mama

Wah, ngapain tuh Pak Regan???? Panggil2 aja sukanya....

| 10
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Spesial Part

    Hari pernikahan Xavier dan Karin telah tiba. Udara pagi terasa segar dan cerah, seakan menyambut kebahagiaan yang akan segera berlangsung. Keluarga dan sahabat berkumpul di sebuah taman indah yang telah dihias dengan bunga-bunga warna-warni dan lampu-lampu gemerlapan. Suasana penuh dengan tawa dan senyum. Regan dan Reina tiba lebih awal bersama bayi kembar mereka, Alana dan Bianca, yang tertidur pulas di kereta dorong. Mereka disambut oleh Olivia dan Danny yang sudah tak sabar menantikan momen bahagia itu. “Aku tak percaya Xavier akhirnya menemukan kebahagiaan bersama Karin,” ucap Reina dengan mata berkaca-kaca. “Dia memang pantas mendapatkannya,” jawab Regan sambil tersenyum, merangkul Reina yang terlihat anggun dalam gaun biru muda. “Kita semua pantas bahagia.” Tak lama kemudian, para tamu mulai berdatangan. Leon, mantan pacar Reina dan Karin juga hadir dengan pasangan barunya. Mereka tampak sangat bahagia, saling berpegangan tangan dan tertawa bersama. Leon menghampiri Reg

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 175. Hari Yang Dinanti

    Tanpa disangka, suatu hari Regan menemukan fakta baru yang mengejutkan. Saat itu, dia sedang bekerja di ruangannya. Berkas-berkas tersebar di atas meja ketika ponselnya berdering. Panggilan itu berasal dari salah satu anak buah kepercayaannya. “Ada apa, Roni?” tanya Regan sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. “Ada perkembangan baru, Pak Regan. Kami berhasil melacak beberapa transaksi mencurigakan yang berhubungan dengan Shadow Phoenix. Dan yang mengejutkan, ada keterlibatan Alex Ricardo di dalamnya,” lapor Roni. Regan terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. “Apa kamu yakin? Alex Ricardo? Bukankah dia masih berada di dalam penjara?” “Betul, Pak. Tapi tampaknya dia masih mengendalikan beberapa hal dari dalam penjara. Kami menemukan bukti bahwa beberapa anak buahnya masih menjalankan perintahnya dan menggunakan nama Shadow Phoenix untuk menyamarkan identitas asli mereka,” jelas Roni. Regan merasakan darahnya mendidih. “Teruskan penyelidikannya, Roni. Dan pastikan ki

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 174. Berulang Kali

    Tanpa terasa, usia kehamilan Reina sudah memasuki trimester ketiga. Perutnya semakin membesar, membuatnya sulit menemukan posisi tidur yang nyaman. Setiap malam menjadi tantangan baru bagi Reina. Sementara Regan berusaha sebaik mungkin untuk membuat istrinya merasa nyaman dan bisa tidur nyenyak. Malam itu setelah mencoba berbagai posisi tidur dan tidak menemukan yang pas, Reina merasa frustasi. Ia berguling-guling di tempat tidur sambil menghela napas panjang. Regan yang melihatnya merasa kasihan dan ingin membantu. “Ada yang bisa aku lakukan, Sayang?” tanya Regan lembut. Ia duduk di tepi tempat tidur dan mengelus rambut istrinya. Reina menggeleng lemah. “Aku tidak tahu, Pak Regan. Aku sudah mencoba semua posisi tapi tetap saja tidak nyaman. Perutku terlalu besar.” Regan berpikir sejenak, lalu tersenyum. “Bagaimana kalau kita coba sesuatu yang baru? Tunggu sebentar.” Ia keluar dari kamar dan kembali dengan bantal-bantal tambahan. “Ayo, kita coba dengan bantal-banta

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 173. Tidak Punya Kekasih

    Pagi itu di kantor, suasana di ruang CEO terasa lebih sibuk dari biasanya. Regan tengah tenggelam dalam tumpukan dokumen dan panggilan telepon yang tak henti-hentinya. Di luar ruangan, para karyawan tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sedangkan Reina pergi ke toilet sebentar untuk menyegarkan diri. Saat Reina keluar dari ruangan, pintu lift terbuka dan dua orang masuk ke lantai itu. Claudia dan Xavier melangkah dengan hati-hati menuju kantor CEO. Claudia tampak sedikit gugup, sementara Xavier berusaha tampak tenang meskipun jelas terlihat gelisah. Mereka mengetuk pintu dan menunggu sebentar sebelum mendengar suara Regan dari dalam yang mempersilakan mereka masuk. Ketika pintu terbuka, Claudia dan Xavier masuk dengan hati-hati. Regan yang tadinya duduk di balik mejanya langsung berdiri. Ekspresi wajahnya berubah dari fokus keheranan. “Mama Claudia? Xavier? Apa yang membawa kalian berdua datang ke sini?” tanya Regan dengan nada sedikit terkejut. Claudia mendekat de

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 172. Jangan Bersedih

    Saat kehamilan Reina menginjak usia lima bulan, Regan memutuskan untuk mengajak Reina jalan-jalan di taman kota. Hari itu cerah, dengan langit biru dan angin sepoi-sepoi yang membuat suasana terasa sejuk. Reina tampak sangat bahagia, mengenakan gaun hamil berwarna pastel yang membuat perutnya yang semakin membesar terlihat menawan. Regan tak henti-hentinya tersenyum, menikmati momen kebersamaan mereka. Mereka berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan taman yang indah. Banyak anak-anak bermain di taman bermain, pasangan-pasangan duduk di bangku menikmati suasana, dan para pedagang menjajakan makanan ringan di kios-kios kecil di sepanjang jalan setapak. “Ini hari yang sangat indah, ya?” ungkap Reina sambil menggenggam tangan Regan erat. “Ya, benar-benar indah,” jawab Regan, menatap istrinya dengan penuh cinta. “Aku senang kita bisa meluangkan waktu bersama seperti ini.” Mereka melanjutkan berjalan, berhenti sesekali untuk melihat bunga-bunga yang sedang mekar dan menikmati

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 171. Nama Yang Indah

    Kehamilan Reina telah memasuki usia empat bulan dan perutnya mulai terlihat membesar. Setiap hari Regan semakin takjub melihat perubahan pada tubuh istrinya dan merasa tidak sabar untuk menyambut kehadiran anak mereka. Pagi itu Regan memutuskan untuk membawa Reina ke klinik untuk melakukan USG. “Sayang, hari ini kita akan ke klinik untuk melihat bayi kita,” ucap Regan dengan senyum lebar. Reina tersenyum bahagia, merasa tak sabar untuk melihat perkembangan bayinya. “Aku tidak sabar, Pak Regan. Pasti mereka sudah semakin besar sekarang.” Regan mengangguk. "Aku juga sangat bersemangat. Ayo kita bersiap-siap." Setelah bersiap-siap, mereka berdua berangkat ke klinik dengan penuh semangat. Dalam perjalanan, mereka terus berbicara tentang rencana masa depan dan bagaimana mereka akan merawat anak mereka. Regan menggenggam tangan Reina dengan erat, memberikan rasa tenang dan nyaman. Sesampainya di klinik, mereka disambut oleh dokter dan perawat yang ramah. “Selamat pag

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status