Share

Bab. 7

Author: yanticeudah
last update Last Updated: 2023-07-13 07:00:00

Hari ini aku datang lebih pagi, karena akan mempersiapkan berkas-berkas meeting Pak Bos dengan kliennya.

Untung saja laporan kepada Pemda, Kepolisian, dan Lurah tetang keberadaan proyek yang dikerjakan Angga selesai kemarin sore, itupun ketika kantor sudah mulai sepi.

Pak Damar menunggu laporan di ruangan sampai aku selesai mengerjakannya, kenapa dia tidak menyuruhku mengerjakan besok saja atau dikerjakan di rumah.

Benar-benar Bos yang satu ini membuat kesabaranku di uji.

Ketika akan masuk ke kantor, aku berpapasan dengan Andina dan Cellin, mereka adalah staff bagian akuntansi yang mengelola keuangan dan menyusun buku kas, laporan keuangan berkala, bertanggung jawab terhadap kas proyek dan lain-lain.

“Nisa, kamu pulang jam berapa kemarin?” Cellin bertanya.

“Hampir magrib terpaksa aku shalat magrib di mushola dulu kemarin, Pak Damar bilang laporannya harus siap sore itu juga, terpaksa deh aku pulang telat.”

“Emang Pak Damar dari dulu gak pernah berubah ya, tegas dan gak bisa dibantah, sekretarisnya gak ada yang betah, kalau sekretarisnya ganjen dikit aja langsung dipecat hari itu juga, parahkan Nis? “ terang Andina kepadaku.

“Dengar-dengar sih dia pernah dikecewain, dikhianati sama pacarnya, dulu mereka sama-sama kuliah di Amerika, padahal mereka sudah berencana mau menikah lho.”

“Terus kabarnya lagi ceweknya itu sekretaris pertamanya waktu Pak Damar mulai menjabat jadi CEO di kantor ini,” lanjut Andina lagi menerangkan.

“Apa lagi sikap dingin dan berbicara ketusnya itu aku gak tahan, untung kita karyawan jarang ketemu ya, Ndin,” ucap Cellin.

“Pantes Pak Damar nyari yang berhijab kayak kamu Nis, Si Nisa kan gak mungkin ngera ..., ” celutuk Cellin lagi.

“Husst.” Andina memberi isyarat pada Cellin agar tak melanjutkan ucapannya mungkin dia takut aku tersinggung.

Aku hanya diam mendengarkan mereka, jadi karena itu mereka memilihku menjadi sekretaris, mereka pikir perempuan berhijab lebih sabar, legowo dan dianiaya diam saja.

Yah kalau sampai shalat saja dia marah seperti kemarin aku tidak akan tinggal diam, emang dia bisa menjamin aku masuk syurga, tidak kan? wong dia aja belum tentu masuk syurga.

Kami berpisah di lantai tiga aku segera menuju lantai empat, dan langsung mempersiapkan berkas-berkas untuk meeting bersama klien nanti sore.

Pak Damar adalah lulusan Master of Engineering (MEng) University of California.

Berkeley College of Engineering sangat terkenal karena menghasilkan banyak pengusaha sukses, di antara alumninya adalah salah satu pendiri dan CEO dari beberapa perusahaan terbesar di dunia.

Pak Damar mempunyai kecerdasan di atas rata-rata sehingga ia mampu menyelesaikan S2 nya di Universitas terkenal di Luar Negri dengan nilai terbaik dan mampu memimpin perusahaan sebesar ini menggantikan ayahnya.

Aku sudah siap dengan semua berkas di tangan dan menunggu Pak Damar di depan pintu ruangan CEO.

Tak lama kemudian Pak Damar keluar dari ruangan nya, ia langsung pergi ke arah pintu lift tanpa mengajak ku, setengah berlari aku mengikuti langkahnya yang lebar dari belakang, dengan membawa berkas-berkas dan tas ranselku.

Di dalam lift Pak Damar hanya diam saja, aku pun tak berani bertanya apa pun, aku hanya berani menatap sepatu pantofel mahalnya yang mengkilat.

Ia langsung menuju ke resepsionis, ada Lisa disana aku benar-benar belum siap bertemu Lisa, aku mengikuti langkah Pak Damar dari belakang, karena dia tak mengatakan apa pun jadi aku mengikutinya kemana pun dia pergi, kemarin Pak Damar Hanya mengajakku untuk meeting bertemu klien.

“Lisa jika ada yang mencari saya katakan saya meeting sebentar ke luar.”

“Baik Pak Damar,” ucap Lisa.

Aku melihat ke arah Lisa dan tanpa sengaja Lisa juga menatapku, dia menunjuk ke arahku dan Pak Damar secara bergantian dengan tatapan heran dan tak percaya, tentunya setelah Pak Damar berbalik arah ke pintu keluar.

“Sekretaris???” Lisa bertanya setengah berbisik ke arahku seperti tak percaya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (17)
goodnovel comment avatar
Sri Astuti
keren lanjut
goodnovel comment avatar
Putri Rizkiah
ceritanya menarik
goodnovel comment avatar
Putri Rizkiah
cerita menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sekretarisku Jilbaber    Bab 214

    Esok harinya kami mengadakan resepsi di sebuah gedung, resepsi hanya dilakukan sekali saja, aku tak terlalu suka yang ribet-ribet jadinya cukup satu kali undangannya dari kedua belah pihak. Pihak Zahra mengatakan tak mampu membuat acara di rumahnya lagian membuang-buang uang saja, jadi kamu memutuskan melakukan satu kali acara. Resepsi digelar meriah banyak sanak keluarga yang hadir, termasuk ibu Rania yang kemarin sudah berada di rumahku. Ia begitu bahagia melihat aku bersanding dengan Zahra, begitu juga Ayah dan Ibu ada keharuan di wajah mereka, melepas anak semata wayang mereka. Saat sedang berdiri di pelaminan, Dirga membisikkan sesuatu ke telingaku. "Ka, kamu tahu, kemarin polisi berhasil menangkap Clarissa, dalang yang menular kita dulu," bisiknya. "Oh ya?" Dirga mengangguk. "Dia pulang ke Indonesia, entah dari mana informasi yang polisi dapatkan, akhirnya dia tertangkap juga," ucap Dirga. "Alhamdulillah, biarkan dia mendapatkan hukuman atas apa yang dia lakukan,"

  • Sekretarisku Jilbaber    Bab 213

    Kabar hubunganku dengan Zahra tersebar ke seluruh kantor, mereka tak menyangka akhirnya aku dan Zahra bisa berjodoh, mereka langsung mencari tahu pada Dirga dan juga Zahra. Tak butuh waktu lama akhirnya Zahra menerima perjodohan ini dan aku akan melamar Zahra dalam waktu dekat ini.Bisik-bisik di kantor pun mulai terdengar, mereka tak menyangka jika akhirnya aku memilih Zahra yang sederhana. Tak sengaja aku mendengar percakapan karyawanku yang sedang berdiri di dekat depan kantorku."Aku nggak nyangka lho, kok bisa Pak Raka jatuh cinta sama Zahra yang hidupnya sederhana dan juga gayanya biasa saja." Terdengar suara seorang karyawan perempuan yang sepertinya kurang suka dengan aku memilih Zahra."Iya, aku juga heran, masak CEO seleranya cuma begitu, nggak berkelas banget nggak sih." Aku geram dan juga ingin marah dan melabrak mereka tapi saat aku hendak melangkah menghampiri mereka. "Kalian nggak boleh gitu, memandang orang lain dari luarnya saja, walaupun Zahra itu sederhana tapi di

  • Sekretarisku Jilbaber    Bab 212

    “Zahra?” gumamku sambil terus menatap gadis yang dari tadi menunduk kini malah melotot padaku. Matanya membeliak, seolah-olah hendak keluar dari kelopak matanya. Aku juga ikut membeliakkan mataku, tak kalah terkejutnya seperti yang Zahra rasakan. “Pak Raka?” ucap Zahra. Kulihat ibu dan yang lain menatap heran pada kami berdua, ternyata yang akan dijodohkan saling mengenal. Aku juga tak sempat bertanya pada ibu siapa nama wanita yang akan dijodohkan denganku. “Kalian saling kenal?” tanya Tante Sukma. Zahra mengangguk. Kemudian aku menjelaskan karena melihat raut wajah mereka yang bingung. “Zahra adalah karyawan aku di kantor, ia juga teman SMA-ku,” jawabku. “Berarti kalian sudah saling kenal dong,” ucap Tante Sukma. Aku mengangguk hampir bersamaan dengan Zahra. “Wah, wah, menarik ni, jadi ngapain dikenalin lagi ya kan Jeng Nisa, ternyata anaknya saling kenal, tinggal nanyak ke mereka saja, apa kalian cocok satu sama lain,” ucap Tante Sukma. “Benar Jeng, aku nggak nyangka t

  • Sekretarisku Jilbaber    Bab 211

    Malam ini aku masih tiduran di kamarku, sebenarnya malam ini aku dan ibu akan berkunjung ke rumah gadis yang akan dijodohkan oleh Ibu, gadis itu adalah anak dari temannya dari temennya ibuku, Tante Sukma. Tante Sukma adalah teman yang baru ibu temui di acara pengajian akhir-akhir ini, istilahnya teman baru. Aku benar-benar tidak bersemangat sedikit pun, menolak pun aku tak mungkin. Sore tadi Mama mengatakan padaku. Jika dia tidak percaya pada dengan pilihanku. “Tuh, contohnya si Briana kan nggak genah, malah kayak memaksakan diri untuk bersamamu, pokoknya kali ini kamu nurut sama Ibu,” ucap Ibu, sepertinya ucapan ibu tak bisa dibantah lagi. Tapi untuk mengganti bajuku saja enggan aku malah mengantuk. Tok! Tok! Pintu kamar di ketuk, itu pasti ibu, dia pasti menyuruhku ganti baju, padahal sudah dari tadi sore ibu mewanti-wantiku. Aku beranjak dari tidurku dengan malas dan membuka pintu kamarku. Wajah cantik ibu terlihat di depan pintu dengan jilbab lebarnya yang menjuntai. Ibu menili

  • Sekretarisku Jilbaber    Bab 210

    Aku berjalan keluar cafe tersebut berjalan dengan langkah gontai. Ternyata Zahra telah dijodohkan dengan orang lain. Apa aku harus menyerah begitu saja? Apa aku harus pasrah pada keadaan dan menerima Briana lagi? Aku tak lagi kembali ke kantor, karena aku tak sanggup untuk bertatap muka dengan Zahra. Ku putuskan untuk mengatakan semua ini pada ibu, ya pada ibuku. Aku segera memacu mobilku di jakanyang padat, aku ingin segera tiba di rumah dan bertemu dengan ibu. Tak beberapa lama aku bertemu dengan ibu dan ingin melepaskan semua bebanku ini. “Eh, eh, kok kusut gitu? Kenapa Nak?” Sapa Ibu dengan senyum hangatnya. Aku nafas dan menghempaskan bobot tubuhku di sofa tepat di samping Ibuku. “Ada apa ayo cerita,” ucap ibu penuh perhatian. Kemudian aku menceritakan soal Briana masa laluku yang telah kembali, ia ingin aku kembali padanya. “Maksud kamu Briana teman kuliah kamu itu?!” tanya ibu terkejut. Aku mengangguk lemah. “Udah, nggak usah. Ibu nggak akan setuju, kalau udah nggak norm

  • Sekretarisku Jilbaber    Bab 209

    "Dirga, biasa aja dong. Jangan begitu, aku kan cowok normal," ucapku dengan wajah kusut. Dirga tersenyum penuh arti padaku, membuat aku salah tingkah. "Sejak kapan kamu jatuh cinta pada Zahra?" tanya Dirga dengan tatapan tajam. "Nggak tahu, Ga. Entah sejak kapan, rasa itu tumbuh begitu saja di hatiku. Mungkin saat dia ikut wawancara di kantor ini, aku juga tak tahu," aku tergelak gugup. Dirga menatapku sambil tersenyum simpul. "Em, aku tahu saat itu. Sewaktu aku mau menyatakan cinta pada Zahra, raut wajahmu berubah, wajar tak menentu. Aku tahu sebenarnya kau sudah menaruh hati padanya, tapi kau tak mau mengakuinya." Aku tercenung sesaat, berpikir kembali perasaan yang terus kubendung selama ini. "Yah, padahal aku sudah berusaha menyembunyikan perasaan ini dan menjaga sikap agar tak seorang pun yang tahu jika aku sebenarnya menaruh hati pada Zahra." "Benar kan?" tanya Dirga. "Mungkin..." aku menjawab dengan ragu. Dirga tertawa. "Raka, Raka, kamu masih saja menyembunyikan perasaanmu,"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status