Home / Romansa / Selamanya Kamu / 02 Familiar

Share

02 Familiar

Author: sairentogaaru
last update Last Updated: 2022-01-27 14:26:48

Tidak ada yang bisa menggantikan posisi Evan di hati Grace. Meskipun ia tidak mengetahui kabarnya, ia tetap berharap agar lelaki itu baik-baik saja. Bahkan ia terus berdoa agar putusnya komunikasi mereka bukan karena hal buruk telah terjadi hingga merenggut nyawanya.

Namun hampir setahun belakangan ada seorang pria yang memberikan kehangatan tersendiri dan mengisi kesepiannya. Namanya Anthony, beberapa tahun lebih tua dari Grace dan merupakan pemilik toko beras di kompleks rumahnya. Ia dan keluarga besarnya baru pindah ke sini satu setengah tahun lalu.

Keduanya bertemu untuk pertama kalinya ketika Grace diminta untuk membeli beras di toko tersebut. Tetapi tidak ada adegan seperti di serial TV dimana seseorang bisa jatuh cinta dalam sekali pandang. Kedekatan mereka baru dimulai sejak ditunjuk sebagai panitia penyelenggara lomba tujuh belasan.

Grace mendapati bahwa Anthony adalah seorang pekerja keras, tulang punggung bagi keluarganya. Ayahnya sakit dan ibunya sudah tidak ada, sementara ada dua adik perempuannya yang masih berkuliah dan membutuhkan banyak biaya. Karena itulah ia belum menikah meskipun sudah berkepala tiga.

Acara memperingati tujuh belasan tahun ini kabarnya akan dipasrahkan kembali pada Grace dan Anthony. Pasalnya tahun lalu mereka benar-benar menyukseskan perayaan hingga warga masih terkenang-kenang akan momen tersebut.

"Tapi aku capek, Ant. Kerjaanku yang tahun ini lebih padat daripada sebelumnya," keluh Grace dengan kepala menyandar pada tiang toko beras Anthony.

Sementara itu, yang diajak bicara justru terkekeh sembari menutup tokonya. "Ya kan tinggal bilang, Grace, ke Pak RT kalau kamu berhalangan," sahut Anthony. "Nanti palingan aku dibantuin sama warga lainnya."

Pikiran usil menghampiri Grace. "Oh iya. Kan cewek-cewek di kompleks sini suka sama kamu ya. Pasti mereka mau banget kalau disuruh bantuin kamu," celetuknya. "Bli Anthony, pilih aku jadi pasanganmu." Lalu ia tertawa puas.

Anthony mengacak rambut Grace. "Punya imajinasi jangan terlalu liar. Itu barusan kaya FTV yang ditonton adik-adikku," ujarnya. "Ayo, berangkat." Ia menghampiri motornya dan menyalakan mesinnya. Diberikannya helm pada Grace.

Menerima helm tapi tidak langsung dipakai, Grace kemudian berdiri di depan motor. "Tapi beneran loh. Aku kepingin nolak aja ah. Mau fokus dulu sama kerjaan," katanya menegaskan kemauannya.

Pria itu mengangguk. "Oke, oke. Tinggal bilang aja kan. Nggak papa. Tapi habis itu kamu nggak boleh beli beras di tokoku, dan jangan suka ngajakin aku ke kafe itu," ancamnya dalam canda.

"Yah, dia ngambek." Grace terkekeh lalu berpindah tempat dan naik ke atas motor, di belakang Anthony. "Udah, kita bahas lagi nanti di kafe." Ia menepuk bahu pria itu seakan meminta seorang supir untuk mulai menjalankan motor.

Masih di tempat, Anthony sedikit menoleh ke arah Grace. "Kamu kenapa sih suka ke kafe itu tiap minggu?" tanyanya. "Sampai sekarang kamu belum jawab pertanyaanku loh."

"Kalau aku jawab, kamu harus traktir aku apapun yang aku mau ya di kafe itu." Grace bermain-main, masih berusaha menghindar untuk menjawab.

"Gampang. Apa aja kamu minta asal nggak lebih dari sepuluh ribu," tukas Anthony yang kemudian mendapatkan pukulan ringan di bahunya. "Aduh."

"Apaan tuh? Dapet apa sepuluh ribu? Wuu." Grace sekali lagi menepuk bahu Anthony.

"Lama-lama bisa remuk aku di deket kamu, Grace." Si pemilik bahu mengelus-elus bagian yang dipukul, seakan benar-benar merasakan sakit.

"Alah, kamu kan cowok kuat. Kerjaannya angkat beras tiap hari juga. Udah ngalahin cowok-cowok di gym itu loh. Masa segini aja bilang remuk?" cibir Grace, menimpali candaan Anthony. " Udah ayo, berangkat." Ia memasang helmnya.

Menuruti kemauan gadis itu, Anthony mulai melajukan motornya, meninggalkan area toko. Melewati jalan-jalan yang agak sempit di kompleks itu, akhirnya mereka bisa keluar ke jalan utama yang besar.

Kafe Kuta, sesuai namanya kafe itu terletak di pinggir pantai Kuta. Adalah tempat yang dulu sering dikunjungi oleh Grace dan Evan setiap akhir minggu. Biasanya mereka hanya menikmati matahari terbenam di pantai sambil mengobrol, dari hal-hal kecil sampai masa depan.

Hanya saja kepergian Evan menyisakan kepedihan yang teramat dalam di hati Grace. Setahun sejak putusnya kontak di antara mereka, ia tidak pernah lagi datang ke kafe ini. Barulah saat mengenal Anthony, ia kembali datang berkunjung. Alasannya adalah karena ia tidak mau menangis jika menghabiskan waktu sendirian di sana untuk melihat matahari terbenam.

Beruntung kehadiran Anthony menjadikan Grace lebih ceria. Kesendiriannya perlahan memudar. Bahkan ia tidak memungkiri bahwa perasaannya yang selama ini berkutat pada Evan mulai bergeser pada teman sekompleksnya ini.

Perjalanan yang memakan waktu hanya sepuluh menit itu cukup untuk Grace dan Anthony sampai tepat waktu. Matahari baru mulai bergerak turun melewati batas cakrawala. Dengan langkah cepat mereka duduk di dua kursi kayu di samping kafe.

Dahayu, sang pemilik kafe yang sejak dulu sampai sekarang belum berganti itu sudah tahu apa yang akan dipesan oleh Grace. Ia hanya menanyai Anthony karena pesanannya selalu berubah setiap kali berkunjung.

"Grace, aku ke toilet dulu ya." Anthony beranjak dari tempatnya saat pesanan sedang diantarkan.

Yang dipamiti mengangguk saja. Grace masih asik melihat pemandangan senja ini.

Melihat pelanggan regulernya itu sendirian, Dahayu meletakkan pesanan ke atas meja dan duduk di kursi Anthony. "Gek, udah pacaran ya sama temannya itu?" tanyanya penasaran.

Grace menggeleng sambil menegakkan posisi duduknya, menghormati yang lebih tua. "Oh, enggak, Mbok. Kebetulan kami deket karena tinggalnya sekompleks," jawabnya, dengan keraguan yang menggantung di benaknya.

"Kirain udah pacaran," lanjut Dahayu. "Dulu ya, Mbok itu pernah mengira kalau Gek akhirnya akan menikah sama Gus Evan."

"Hah?" Grace terperanjat, tidak percaya prasangka itu ada.

Dahayu mengangguk. "Betul. Kalian dulu lengketnya minta ampun. Yah, pasangan serasi gitu," ucapnya. "Tapi yah Gus Evan tinggal di luar ya. Gimana itu kabarnya?"

Grace menarik napas dalam-dalam. Ia memang tidak pernah menceritakan tentang Evan lagi pada orang-orang yang mengenal sosok sahabatnya itu. Pikirnya, biarlah orang lain memiliki pendapatnya sendiri.

Bergaya seperti anak muda, Dahayu meletakkan jemari berbentuk huruf L di bawah dagunya. "Coba Mbok tebak. Udah putus ya?" tebaknya sok tahu.

"Eh? Enggak, Mbok. Pacaran aja enggak," tukas Grace dengan jantung yang tiba-tiba berdebar. 'Duh, udah lama nggak ketemu Evan, kenapa tetep aja bisa deg-degan gini kalau dikirain punya hubungan gitu?'

Dahayu menerawang ke atas, lalu kembali pada si gadis muda. "Kalau jaman dulu sih ndak ada istilah pacaran. Kalau udah deket, kemana-mana selalu sama-sama, dan cocok, ya itu namanya jadian. Pacaran. Jadi Mbok pikir yah, Gek Grace pacaran sama Gus Evan," jelasnya dengan senyuman penuh arti.

"Siapa Evan?" Seperti pesulap yang bisa tiba-tiba muncul, tanpa peringatan Anthony sudah berada di dekat kedua wanita yang sedang mengobrol ini.

Dahayu pun beranjak dari kursi. "Eh, udah kembali ke sini, Gus. Duduk, duduk," katanya mempersilakan. "Mbok tinggal dulu ya. Silakan menikmati pemandangan dan pesanannya."

Grace tersenyum pada wanita yang menjadi saksi persahabatannya dengan Evan. "Makasih ya, Mbok," ucapnya sebelum Dahayu pergi.

Anthony yang sudah duduk di kursi mengambil minumannya dari atas meja. "Jadi, kalian ngobrolin siapa tadi? Evan? Siapa tuh?" Ia kembali mengingatkan sang teman mengenai pertanyaannya tadi.

"Sahabat aku dulu," jawab Grace yang turut mengambil minumannya. Diaduknya gelas berisi kelapa muda itu sambil mengingat-ingat kenangan yang indah bersama Evan.

Anthony mengernyit. "Dulu? Berarti sekarang enggak?" tanyanya.

Grace mengedikkan bahunya.

"Apa tuh artinya?"

"Udah bertahun-tahun sejak dia pergi dan putus komunikasi sama aku," beritahu Grace lemas. Kenyataan ini pahit, dan belum bisa diterimanya.

"Udah ngelupain kamu kali," celetuk Anthony tanpa berpikir. Benar-benar tipikal seorang laki-laki dingin dan jujur, seperti dalam drama Korea, yang dipuja para gadis.

Grace melemparkan lirikan tajam pada lelaki itu. "Jadi cowok blak-blakan banget sih? Jahat," balasnya dengan nada dingin juga.

Namun mereka tidak sedang bertengkar. Keduanya biasa melemparkan kata-kata semacam itu tapi tidak dimaksudkan untuk menyakiti.

Kepribadian Grace yang cenderung berbicara jujur dan tidak memikirkan perasaan orang lain sempat berubah karena Evan. Ia diajari bagaimana menempatkan diri dan menahan perkataan yang bisa jadi menyinggung. Hanya saja kehilangan lelaki itu membuat sifat lamanya kembali, dan pada akhirnya membuatnya cocok berteman dengan Anthony.

"Ya terus apa dong alasannya?" Anthony menoleh pada Grace dan mengangkat sebelah alisnya. "Aku kasih tahu ya dari perspektif cowok. Kalau cowok nggak mau berurusan lagi sama cewek, dia akan putusin komunikasi. Entah apapun alasannya."

Grace tidak langsung menyahut. Diprosesnya pendapat Anthony dalam kepalanya dan mengaitkannya pada kemungkinan yang bisa terjadi.

Di satu sisi, Grace memikirkan kemungkinan bahwa komunikasinya dengan Evan terputus karena kehilangan kontak. Tetapi sahabatnya itu sangat mengenal dirinya yang selalu mengikuti perkembangan teknologi. Seharusnya ia bisa mencari akunnya di media sosial. Jika pendapat Anthony benar, itu artinya Evan ingin melupakannya.

Tetapi di sisi lain, Grace tidak percaya bahwa Evan seperti itu. Lelaki itu pernah menyelamatkan hidupnya sekaligus bundanya. Bertahun-tahun menghabiskan waktu bersama membuatnya mengerti sifat asli sang sahabat. Baginya tidak mungkin bahwa melupakan dirinya merupakan alasan komunikasi mereka terputus.

"Oi. Bengong aja." Anthony menyenggol lengan Grace. "Nggak usah dipikirin terlalu keras. Lagian ada aku kan di sini?" Kedua alisnya naik turun diikuti dengan segaris senyuman di wajahnya.

Grace juga tersenyum, kemudian mengangguk-angguk. "Iya. Makasih ya, Ant," ucapnya. Diteguknya air kelapa muda di gelasnya sampai habis, menyisakan daging buahnya saja. "Yah, habis. Bentar ya, Ant. Aku minta tambah air kelapa." Ia beranjak dari kursinya.

"Sekalian, Grace, beli gorengan ya," pinta Anthony dengan salah satu ibu jari teracung.

Grace berdecak-decak heran karena kecintaan temannya itu terhadap gorengan. "Dasar. Iya, iya," sahutnya menyetujui.

Seiring dengan matahari yang sudah hampir menghilang di ufuk barat, Grace berjalan menuju ke dalam kafe. Ia menunjukkan gelasnya pada Dahayu dari luar jendela sambil tersenyum. Pandangannya tertuju pada sang pemilik kafe hingga ia tidak memperhatikan jalannya.

Hampir saja Grace menabrak seorang pria berkemeja panjang yang keluar dari kafe. Untung gerak refleknya baik sehingga ia bisa melakukan manuver cepat hingga menghindari tabrakan.

Namun saat hendak melangkah masuk ke dalam kafe, mata Grace menangkap sesuatu yang terjatuh di ambang pintu. Ia mengambil gantungan kunci usang yang terbuat dari resin bening dengan setengah cangkang kerang terjebak di dalamnya.

"Jangan-jangan punya orang tadi," gumam Grace. Ia langsung berpaling ke arah mana pria itu pergi. "Pak, Bli, Mas, Mister! Gantungannya jatuh! You dropped something!" Seruannya yang terdengar cukup keras itu nampaknya tidak berhasil membuat yang dipanggil berhenti berjalan.

Grace cepat-cepat berlari menuju ke arah pria itu untuk membawakan benda yang mungkin penting ini. Namun sayangnya ia terpaksa menyerah ketika pemilik gantungan kunci masuk ke dalam mobil. Tentu saja ia tidak dapat bersaing dengan kendaraan beroda empat itu.

"Gimana ngembaliinnya kalau gini? Mungkin aku simpen aja dulu. Barangkali suatu kali bisa dikembaliin." Grace membuka tangannya dan menatap gantungan kunci itu. "Betewe, kenapa aku kaya pernah lihat gantungan yang kaya gini ya? Hmm, tahu ah. Mungkin mirip yang ada di pasar." Ia tidak ingin memikirkannya dan berjalan kembali ke kafe. Perutnya tak sabar diisi dengan air kelapa lagi.

[SK]

Halo. Kalau ada pembaca yang orang Bali, dan merasa saya salah kata, tolong dibetulkan ya. Terima kasih. ✌️

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Selamanya Kamu   Ekstra 02 : Masa Depan

    Ekstra 02 : Masa DepanMengurus kepindahan dan beberapa hal lain rupanya memakan banyak waktu. Barulah pada bulan Februari sang pengantin baru mendapatkan kesempatan untuk melakukan bulan madu. Namun siapa sangka pandemi yang tidak disangka-sangka menyerang seluruh bumi di awal tahun 2020? Beruntung Evan dan Grace bisa kembali ke Indonesia tepat sebelum pemerintah menutup perbatasan Indonesia.Rumor tentang kejatuhan perekenomian sektor pariwisata sudah ada di sana sini. Sebagai pekerja hotel, Evan dan Grace sangat terlibat mengatasi masalah ini. Terutama setelah pemilik hotel berkata bahwa harus ada pemangkasan pekerja di setiap cabang hotel demi mempertahankan kelangsungan bisnis.Selama beberapa bulan berikutnya, mereka pun harus bekerja lebih keras. Sebagai akibatnya, pasangan suami istri yang baru ini mengalami tantangan dalam mendapatkan keturunan. Program kehamilan sudah pasti menjadi solusi yang terbaik. Namun di sisi lain mereka juga harus mempert

  • Selamanya Kamu   Ekstra 01 : Masa Lalu

    [12 September 2008]“Dua es kelapa muda spesial untuk pelanggan setia Mbok yang paling imut.” Dahayu membawakan dua buah minuman khas kafenya untuk Grace dan Evan yang kembali datang pada akhir minggu. Kedua pemuda itu langsung mengambil untuk mereka masing-masing. “Sebenernya Mbok penasaran sih. Kalian berdua itu pacaran ya?”Mendengar hal itu, masing-masing spontan bereaksi terkejut. Grace menyemburkan minumannya yang sudah ada di mulut sementara Evan terbatuk-batuk.“Eh, aduh. Kenapa jadi gini kalian?” Dahayu menepuk-nepuk punggung keduanya. “Kaget ya sama pertanyaan Mbok?” Ia terkekeh-kekeh geli.“Iya lah. Dari mana coba Mbok pikir begitu? Kami berdua tuh sahabat deket.” Grace yang tidak mengalami masalah dengan tenggorokannya menjawab.Evan menoleh pada Grace setelah batuknya mereda. “Ya tapi maklum Mbok pikir gitu. Kita berdua soalnya deket banget,” ujarnya memikirkan alasan yang paling mungkin. “Mana tiap minggu ke sini untuk nonto

  • Selamanya Kamu   45 Dua Menjadi Satu (Final)

    [8 Desember 2006]"Loh, kamu nggak ngumpulin tugas, Grace? Kan Bu Diana bilang ini untuk tugas akhir semester satu? Nanti kamu nggak dapat nilai kelas seni rupa loh."Sebuah gantungan kunci yang terbuat dari resin bening dengan setengah cangkang kerang terjebak di dalamnya tergeletak manis di atas tumpukan buku teks. Grace mengamatinya dengan senyuman lebar, merasa puas melihat hasil kerja kerasnya. "Udah kok. Aku bikin dua," sahutnya."Kenapa bikin dua?""Nggak tahu. Kepingin aja. Siapa tahu gantungan ini bisa bawa kebahagiaan untuk seseorang." Grace asal menjawab. Ia mengangkat gantungan itu di depan wajah sebelum memasukkannya ke dalam saku jaketnya. "Aku pulang duluan ya."Grace berjalan meninggalkan ruang kelasnya yang masih cukup ramai dengan anak-anak kelas delapan. Sementara yang lainnya masih bisa bersenang-senang dengan kawan-kawannya sehabis sekolah, ia harus segera pulang ke rumah. Sang bunda memerlukan bantuannya untuk

  • Selamanya Kamu   44 Tengah Malam

    Tinggal beberapa jam lagi sebelum hari yang ditunggu-tunggu tiba. Demi mempermudah semuanya, Grace menginap di hotel tempatnya bekerja bersama dengan sang bunda. Tentu saja sebagai calon istri seorang GM di hotel tersebut, ia mendapatkan sebuah akses khusus. Semua yang bertugas menjadikannya seorang ratu sehari juga akan berada di sana sekitar pukul empat pagi keesokan harinya.Hanya saja Grace tidak bisa tidur. Ia terus gelisah, tidak tahu apa yang menjadi penyebabnya. Kata Indah hal itu wajar bagi seorang calon pengantin. Namun ia merasa ada hal lain yang mengganjal."Tapi kamu harus coba tidur, Grace. Besok bakalan jadi hari yang panjang." Indah memberikan wejangan sambil menepuk-nepuk bahunya sendiri. "Bunda juga udah agak ngantuk, pegel dikit juga, habis bikin kue sama Rosa."

  • Selamanya Kamu   43 Rekonsiliasi

    "Grace, terima kasih udah kasih Ayah kesempatan untuk bertemu dan bicara." Randy, masih tidak percaya bahwa ia akhirnya mendapatkan momen yang sudah lama ditunggu. Dengan pandangan mata yang sayu akibat air mata, ia menatap putrinya yang telah sekian lama terpisah darinya."Mama juga terima kasih sama Evan. Seharusnya dari awal Mama kasih tahu yang sebenarnya, supaya kamu nggak harus melewati semuanya sendirian." Rosa menyambung, mengungkapkan rasa terima kasihnya terhadap putra tunggalnya. "Juga maaf sekali lagi. Mama pikir menyimpan semuanya sendiri dan membiarkan kamu menyalahkan Mama itu pilihan yang baik."Bukan perkara mudah bagi Grace dan Evan untuk benar-benar melepaskan pengampunan. Rasa sakit di hati mereka tentu masih terasa, bak luka pasca operasi yang belum sepenuhnya sembuh. Memutuskan untuk mengadakan pe

  • Selamanya Kamu   42 Kisah Rahasia

    "Ciyehyang bulan depan udah sah jadi suami istri." Nita menyambangi Grace di jam istirahat setelah mendengar berita tentang penetapan tanggal pernikahannya dengan Evan. "Lo ... bakalan jadiin guebridesmaidkan? Kata orang kalau udah jadibridesmaidtiga kali, lo bakalan menikah habis itu." Grace langsung tertawa begitu mendengar ucapan Nita. "Eh, mana ada hal kaya gitu, Nit? Buktinya aja aku nggak pernah jadibridesmaidtapi bakalan nikah bulan depan," sanggahnya geli. Duduk bersebelahan dengan Grace di atas sofa kecil, Nita menyikutnya. "Songong amat dah nih anak," celetuknya. "Yah, bersyukur aja lo beruntung ketemu Pak Evan. Nggak kaya gue. Udah tunangan, hampir nikah, tapi tiba-tiba ditinggal tanpa jejak." Ia menghela napas panjang.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status