Share

80. Hajar!

CRASSSSH!

Hujan turun malam ini bersamaan dengan dahsyatnya angin, menerpa pohon-pohon dan bilik lesehan secara brutal. Mengacaukan insan-insan yang sedang mesum, termasuk Dea Daffa.

"Ah! Hujan, Mas!" Ia berteriak, menarik diri dari pelukannya.

"Ayo, cari tempat berteduh!" Daffa kelimpungan, membuka kemeja yang ia pakai sebagai luaran kaus, lalu memayungi Dea sambil menggiringnya untuk berteduh.

Mereka berdiri di pinggir restoran. Mau masuk, kok sesak pikir mereka. Tapi diam terus di luar, bisa-bisa anak orang masuk angin. Nanti tak akan lagi dapat izin begini.

"De, neduh di hotel itu, mau nggak?"

"Hah?" Pipi Dea merah padam. Hotel? Pikiran sudah berakar kotor ke mana-mana. Dalam hati Dea menolak, jangan! Nanti kebobolan bahaya. Sebab menemui Daffa adalah untuk memutuskannya, bukan ngasih jatah buat calon mantan.

Alamak, Dea bingung.

"Ja-jangan mikir yang aneh, cuma berteduh doang, kok. Dari pada kita di sini terus, aku kasihan sama kamu kebasahan."

Daffa juga tahu diri, mana mungkin
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status