Setibanya di parkiran, Marcus membukakan pintu mobilnya untuk gadis itu. Tersenyum dengan lembut dan memastikan Anna memasuki mobilnya dengan aman sebelum ia memutar dan masuk ke mobil untuk duduk di bangku kemudi.
Jujur saja, perlakuan Marcus yang begitu sopan dan lembut membuat hati Anna sedikit berdesir aneh. Sepanjang hidupnya ia belum pernah bertemu pria sesopan dan selembut Marcus, terlebih pria itu juga begitu rendah hati dan tidak arogan seperti kebanyakan pria kaya yang pernah ia temui.
Tanpa sadar Anna tersenyum tipis dengan ekspresi pahit di wajahnya mengingat pria di sebelahnya ini akan segera menikah dengan seorang model yang cantik namun kasar. Jika dipikirkan lagi, takdir sungguh lucu. Tidak ada yang tahu bagaimana Tuhan mengatur pertemuan setiap pasangan. Mungkin seorang gadis kasar seperti Lisa Romanov memang harus berpasangan dengan pria sebaik dan sesopan Marcus.
Sepanjang perjalanan menuju butik, mobil itu hanya diisi oleh keheningan karena tidak ada yang tahu bagaimana harus memulai percakapan. Anna diam-diam menghela napasnya mencoba menghilangkan rasa sesak karena keheningan itu. Jujur saja ia merasa canggung.
Sementara Anna dan Marcus pergi menuju butik, Rosy Woodss saat ini tengah berdiri di depan pintu apartemen Ernest Mars untuk mendiskusikan beberapa hal sesuai janji. Namun ini sudah lima belas menit berlalu sejak ia tiba dan terus menekan bel namun pria itu urung membuka pintunya. Bahkan ia juga tidak menjawab panggilan telepon Rosy yang membuat gadis itu mulai mengerucutkan bibirnya kesal. Ketika ia hendak menekan beli lagi, pintu di depannya terbuka dan menampilkan sesosok pria dengan penampilan berantakan dan celana tidurnya. Rosy menahan napas melihat penampilan pria itu dengan wajah sedikit memerah dan langsung menundukkan wajahnya.
“Selamat pagi Tuan Mars, a-aku datang sesuai janji kita. Tapi sepertinya aku datang di waktu yang tidak tepat, jadi..aku..aku akan datang kembali lagi nanti.” Rosy dengan gugup berbicara tanpa berani memandang pria itu dan bersiap-siap untuk kabur. Wajahnya terasa begitu panas karena tanpa sengaja melihat pemandangan seksi di depannya.
“Huh?” Ernest memandangi gadis di depannya dengan ekspresi kaget dan linglung karena baru bangun tidur. Awalnya ia merasa ingin memaki siapapun yang telah mengganggu tidurnya, namun melihat penampilan gadis cantik di depannya itu malah membuat pikirannya kosong dan melupakan amarahnya.
“Tak apa, masuklah.” Ernest membuka pintu apartemennya lebih lebar dan mempersilahkan Rosy untuk masuk lalu menutupnya, “Duduklah dimanapun kau suka, aku akan mandi sebentar. Kau mau minum sesuatu?” ujarnya kemudian sembari memperhatikan Rosy yang beranjak duduk di salah satu ruang tengahnya.
“Tidak, aku akan menunggumu saja.”
Ernest mengangguk sebagai jawaban sebelum melangkahkan kakinya masuk ke kamar. Tepat ketika pria itu membuka pintu kamarnya Rosy tanpa sengaja melihat siluet tubuh wanita berbaring di ranjang Ernest, sebuah pikiran liar melintas di kepalanya melihat pemandangan itu yang kemudian disusul oleh suara wanita yang terdengar serak.
“Siapa?” Tanya wanita itu dengan nada manja sambil melingkarkan tangannya di pinggang Ernest. “Perwakilan WO untuk sepupuku,” jawab Ernest dengan melayangkan kecupan genit di bibir wanita itu. Dia melanjutkan, “Aku akan mandi, kau masih ingin tidur atau ikut mandi bersamaku?”
Wanita itu tersenyum sebelum mengangkat kedua lengannya menarik leher Ernest untuk memeluknya, lalu menjawab dengan nada menggoda, “Kita mandi bersama saja. Tamumu pasti bisa menunggu. Lagipula aku harus segera pergi ke lokasi pemotretan setengah jam lagi.”
Rosy tidak bisa menahan tatapan terkejutnya saat memperhatikan sosok wanita itu yang kini terlihat lebih jelas karena Ernest tidak menutup pintu kamarnya. Bahkan tanpa sadar tatapannya bertemu dengan tatapan gadis itu yang membuat Rosy langsung mengalihkan wajahnya yang memerah karena pemandangan tak layak itu. Dalam hati Rosy benar-benar merutuki sikap seenaknya Ernest.
Tak lama Rosy kembali mendengar suara Ernest dari kamar belakangnya, “Baiklah, maaf nona Woodss, tidak masalah bukan jika kau menungguku sedikit lebih lama lagi?”
Pertanyaan Ernest membuat dahi Rosy berkerut, tanpa menoleh ke belakang, Rosy bahkan dapat merasakan bahwa pria itu tengah tersenyum penuh makna padanya. “Y-ya, tentu saja. Silahkan, itu bukan masalah.” Jawab Rosy akhirnya tanpa berani menoleh ke arah dua sejoli itu.
‘Brengsek! Apa-apan ini?! Bukankah wanita itu Model terkenal yang menyewa jasa WO kami juga? Lisa Romanov, bagaimana bisa dia ada di sini?!’ Dalam hati Rosy benar-benar mengutuk perbuatan tak senonoh mereka. Tangannya mengepal, kuku-kukunya menekan kulit telapak tangannya hingga terasa sakit. Ingin rasanya ia kabur, tapi dia tidak ingin dianggap sebagai WO yang tidak bertanggung jawab. Menghela napas, Rosy berusaha menenangkan dirinya dan mengabaikan suara-suara mengerikan dari arah kamar di belakangnya.
Kurang dari setengah jam Anna dan Marcus tiba di sebuah butik ternama di kota itu, butik ini merupakan salah satu butik milik keluarga Bond. Meskipun begitu, Anna juga telah lama bekerja sama dengan butik ini dalam membuat beberapa gaun pengantin untuk event pernikahan yang telah dia tangani. Hasil pengerjaan mereka luar biasa mengagumkan, banyak pasangan yang merasa puas dengan hasil pengerjaan mereka, sehingga membuat Anna merasa lebih yakin untuk menyewa jasa perancangan gaun pengantin di sini.“Halo, Anna! Tuan Muda Bond! Senang bertemu dengan kalian berdua. Apa kalian datang bersama?”Anna dan Marcus hanya dapat tersenyum canggung, kemudian Marcus menjawab dengan nada sopan,”Ya, kami datang bersama. Apa kabarmu Nyonya Marie?”“Ha ha ha! Aku sangat baik. Aku benar-benar merasa bersemangat karena akan merancang gaun pernikahan untuk calon istrimu Tuan Marcus!” Marie Antonius menjawab dengan tawa cerianya, meskipun ia sudah
Setengah jam telah berlalu, Rosy sesekali melirik jam di tangannya dengan ekspresi gelisah menunggu Ernest keluar dari kamarnya. Ia merasa seperti seorang gadis bodoh karena rela menunggu pasangan itu melakukan hal tak senonoh sementara ia berada di apartemen itu juga untuk menunggu mereka selesai.“Aku pergi dulu, sayang.”Suara pintu terbuka yang disusul dengan suara seorang gadis dengan nada menggoda terdengar dari balik punggung Rosy. Refleks ia menoleh ke belakang dan kembali melihat bagaimana Lisa mengabaikannya dan dengan santai mencium Ernest di bibir sebelum berbalik melirik Rosy dengan acuh tak acuh sambil berjalan melewatinya untuk pergi sementara Ernest mendampinginya hingga ke pintu apartemen.Setelah Lisa pergi, Ernest menutup pintu lalu berjalan menghampiri Rosy yang masih duduk di sofanya dengan kulit wajah yang memerah antara merasa marah sekaligus malu.Ernest memperhatikan ekspresi gadis itu sejenak sebelum duduk di sofa seb
Rosy menipiskan bibirnya menahan diri untuk tidak mengumpati pria itu. Sikap pria itu semena-mena dan menyebalkan. Apa menurutnya menjadi tampan dapat membuatnya bersikap begitu semena-mena pada siapapun?“Aku sudah selesai, ayo kita pergi.” Ernest berdiri di tempatnya, melihat itu Rosy juga buru-buru bangun dan hendak berjalan menuju kasir untuk membayar sebelum Ernest menahan tangannya dan menatapnya dengan ekspresi aneh.“Kau mau kemana?” tanyanya dengan kening berkerut.“Aku mau membayar kopiku,” jawab Rosy jujur. Ernest menggeleng dan berjalan melewati gadis itu menuju kasir sambil berkata, “Tidak perlu, biar aku yang bayar. Lagipula kau sudah menemaniku sarapan,” ucapnya dan langsung membayar semua menu yang mereka pesan.Rosy hanya bisa diam di sebelahnya dan mengekori pria itu kembali ke mobil setelah slesai membayar.Di saat yang bersamaan, Anna dan Marcus telah tiba di toko bunga dan sedang
Sekembalinya ia ke gedung Bond Inc setelah makan siang bersama Anna Walkins, Marcus duduk di kursinya dan menghela napas lelah. Pikirannya kembali menerawang memikirkan apa yang terjadi hari ini. Awalnya ia merasa begitu kecewa pada Lisa yang membatalkan janji untuk ke butik bersamanya, namun tanpa ia sadari rasa kesalnya benar-benar menguap selama Anna Walkins berada di dekatnya.Gadis itu entah bagaimana berhasil membuat suasana hatinya terasa jauh lebih baik.Tok Tok Tok“Presdir, ini aku Jody Hills.”Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Marcus, ia menatap pintu di depannya sebelum memberi izin masuk pada Jody Hills-asistennya.Pintu terbuka dan memperlihatkan sesosok pria berambut pirang dengan iris mata berwarna hijau zambrud dan memiliki tinggi proporsional memasuki ruangan Marcus. Pria itu membawa beberapa file di lengannya dan memberikannya pada Marcus. “Ini laporan hasil rapat hari ini, selanjutnya tuan Hendry in
Masih tersisa waktu dua bulan lagi sebelum hari pernikahan Marcus dan Lisa. Tidak banyak hal yang tersisa untuk dipersiapkan oleh Anna mengingat ia sudah menyelesaikan beberapa persiapan dengan baik, tapi hari ini ia mengundang Marcus berserta Lisa untuk melihat gedung resepsi pernikahan mereka yang akan diadakan di sebuah hotel bintang tujuh bernama Star Wash yang cukup terkenal di Boston.Hotel Star Wash terkenal sebagai hotel bintang tujuh yang mewah dan hanya dapat dimasuki oleh para bangsawan kelas satu di kota itu, sejujurnya cukup sulit untuk menyewa salah satu ruangan dengan kapasitas seribu orang untuk sebuah acara mengingat harga sewa yang mahal, tapi itu semua bukan masalah bagi Marcus yang memang memiliki kekayaan bersih miliyaran dollar setiap tahunnya.Dan juga, pemilik hotel itu cukup mengenal Anna Walkins dengan baik sehingga ia bersedia bekerja sama dengannya untuk menyewakan satu gedung khusus untuk hari pernikahan Marcus dan Lisa. Lagipula itu
Sky Hall sangat sesuai dengan rumornya, tempat itu benar-benar indah hingga membuat Anna menatap takjub pada setiap dekorasinya. Ia dapat membayangkan betapa indahnya acara pernikahan yang akan diadakan di sini. Dalam hati ia diam-diam berpikir untuk melaksanakan acara pernikahan di sini juga, namun ia masih belum benar-benar tertarik pada pernikahan.“Tempat yang bagus, tuan Hilton.” Marcus memuji Sky Hall dengan tulus, tatapannya menelusuri setiap sudut tempat dan tersenyum puas.Mendengar pujian Marcus, Hendry tersenyum cerah dan merasa bangga pada dirinya atas pencapaian yang telah ia raih sepanjang hidupnya. Project hotel bintang tujuh ini benar-benar menguras banyak tenaga, pikiran, dan hartanya, namun itu semua sebanding dengan hasil yang telah ia capai.“Terimakasih atas pujianmu, Tuan Bond,” katanya dengan senyum senang menatap Marcus.Kemudian ia membawa Anna dan Marcus untuk berkeliling dan menjelaskan berbagai design da
Pukul tujuh malam di Boston. Rosy melangkahkan kakinya memasuki sebuah bar mewah menggunakan gaun sexy berwarna hitam yang ketat hingga menonjolkan seluruh lekuk tubuh indahnya membuat setiap pria yang melihatnya menelan saliva dengan tatapan lapar.Namun Rosy mengabaikan semua tatapan itu dan duduk di salah satu kursi bar untuk memesan minuman.“Kau terlihat lesu, apa sesuatu terjadi hari ini?” Bryan sang bartender yang telah lama mengenal Rosy mengerutkan kening melihat ekspresi lesu gadis cantik itu, ia menaruh segelas tequilla yang gadis itu pesan dan menopang kedua tangannya di meja menatap Rosy.Tidak langsung menjawab, Rosy mengambil gelas tequilla itu dan meminumnya perlahan. Dahinya berkerut dengan ekspresi kecut merasakan tenggorokannya sedikit terbakar karena alkohol, “Bryan, apa yang akan kau lakukan jika kau melihat seseorang membuatmu harus melihatnya melakukan seks bersama kekasihnya hingga dua kali?”“Mustahil
Rosy menghempaskan tubuhnya di sofa kosong, ia menghela nafas dengan keras sebelum eminum kembali minumannya hingga tandas. Mengabaikan rasa terbakar yang lebih pekat dari sebelumnya membakar tenggorokannya.Tak lama, Ernest juga duduk dan merangkul lengannya dengan tak tahu malu. Rosy menatapnya dengan horor dan berusaha melepas rangkulan pria itu dengan marah.“Apa yang kau lakukan?! Lepaskan!” katanya dengan marah.Ernest mengabaikan bentakan gadis itu dan malah semakin mengeratkan rangkulannya, lalu menundukkan kepala mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu yang sudah memerah karena mabuk.“Berhentilah menolakku,” katanya dengan nada misterius, “aku tidak akan melepaskanmu.” Tatapan intensnya membuat Rosy merinding dan tidak berani memberontak, ia tidak menyangka pria itu akan bersikap semakin kurang ajar padanya.“Bukankah seharusnya kau meminta maaf, Tuan Mars? Kau benar-benar sudah mempermalu