Share

BAB 4 – Rahasia

Setibanya di parkiran, Marcus membukakan pintu mobilnya untuk gadis itu. Tersenyum dengan lembut dan memastikan Anna memasuki mobilnya dengan aman sebelum ia memutar dan masuk ke mobil untuk duduk di bangku kemudi.

Jujur saja, perlakuan Marcus yang begitu sopan dan lembut membuat hati Anna sedikit berdesir aneh. Sepanjang hidupnya ia belum pernah bertemu pria sesopan dan selembut Marcus, terlebih pria itu juga begitu rendah hati dan tidak arogan seperti kebanyakan pria kaya yang pernah ia temui.

Tanpa sadar Anna tersenyum tipis dengan ekspresi pahit di wajahnya mengingat pria di sebelahnya ini akan segera menikah dengan seorang model yang cantik namun kasar. Jika dipikirkan lagi, takdir sungguh lucu. Tidak ada yang tahu bagaimana Tuhan mengatur pertemuan setiap pasangan. Mungkin seorang gadis kasar seperti Lisa Romanov memang harus berpasangan dengan pria sebaik dan sesopan Marcus.

Sepanjang perjalanan menuju butik, mobil itu hanya diisi oleh keheningan karena tidak ada yang tahu bagaimana harus memulai percakapan. Anna diam-diam menghela napasnya mencoba menghilangkan rasa sesak karena keheningan itu. Jujur saja ia merasa canggung.

Sementara Anna dan Marcus pergi menuju butik, Rosy Woodss saat ini tengah berdiri di depan pintu apartemen Ernest Mars untuk mendiskusikan beberapa hal sesuai janji. Namun ini sudah lima belas menit berlalu sejak ia tiba dan terus menekan bel namun pria itu urung membuka pintunya. Bahkan ia juga tidak menjawab panggilan telepon Rosy yang membuat gadis itu mulai mengerucutkan bibirnya kesal. Ketika ia hendak menekan beli lagi, pintu di depannya terbuka dan menampilkan sesosok pria dengan penampilan berantakan dan celana tidurnya. Rosy menahan napas melihat penampilan pria itu dengan wajah sedikit memerah dan langsung menundukkan wajahnya.

“Selamat pagi Tuan Mars, a-aku datang sesuai janji kita. Tapi sepertinya aku datang di waktu yang tidak tepat, jadi..aku..aku akan datang kembali lagi nanti.” Rosy dengan gugup berbicara tanpa berani memandang pria itu dan bersiap-siap untuk kabur. Wajahnya terasa begitu panas karena tanpa sengaja melihat pemandangan seksi di depannya.

“Huh?” Ernest memandangi gadis di depannya dengan ekspresi kaget dan linglung karena baru bangun tidur. Awalnya ia merasa ingin memaki siapapun yang telah mengganggu tidurnya, namun melihat penampilan gadis cantik di depannya itu malah membuat pikirannya kosong dan melupakan amarahnya.

“Tak apa, masuklah.” Ernest membuka pintu apartemennya lebih lebar dan mempersilahkan Rosy untuk masuk lalu menutupnya, “Duduklah dimanapun kau suka, aku akan mandi sebentar. Kau mau minum sesuatu?” ujarnya kemudian sembari memperhatikan Rosy yang beranjak duduk di salah satu ruang tengahnya.

“Tidak, aku akan menunggumu saja.”

Ernest mengangguk sebagai jawaban sebelum melangkahkan kakinya masuk ke kamar. Tepat ketika pria itu membuka pintu kamarnya Rosy tanpa sengaja melihat siluet tubuh wanita berbaring di ranjang Ernest, sebuah pikiran liar melintas di kepalanya melihat pemandangan itu yang kemudian disusul oleh suara wanita yang terdengar serak.

“Siapa?” Tanya wanita itu dengan nada manja sambil melingkarkan tangannya di pinggang Ernest. “Perwakilan WO untuk sepupuku,” jawab Ernest dengan melayangkan kecupan genit di bibir wanita itu. Dia melanjutkan, “Aku akan mandi, kau masih ingin tidur atau ikut mandi bersamaku?”

Wanita itu tersenyum sebelum mengangkat kedua lengannya menarik leher Ernest untuk memeluknya, lalu menjawab dengan nada menggoda, “Kita mandi bersama saja. Tamumu pasti bisa menunggu. Lagipula aku harus segera pergi ke lokasi pemotretan setengah jam lagi.”

Rosy tidak bisa menahan tatapan terkejutnya saat memperhatikan sosok wanita itu yang kini terlihat lebih jelas karena Ernest tidak menutup pintu kamarnya. Bahkan tanpa sadar tatapannya bertemu dengan tatapan gadis itu yang membuat Rosy langsung mengalihkan wajahnya yang memerah karena pemandangan tak layak itu. Dalam hati Rosy benar-benar merutuki sikap seenaknya Ernest.

Tak lama Rosy kembali mendengar suara Ernest dari kamar belakangnya, “Baiklah, maaf nona Woodss, tidak masalah bukan jika kau menungguku sedikit lebih lama lagi?”

Pertanyaan Ernest membuat dahi Rosy berkerut, tanpa menoleh ke belakang, Rosy bahkan dapat merasakan bahwa pria itu tengah tersenyum penuh makna padanya. “Y-ya, tentu saja. Silahkan, itu bukan masalah.” Jawab Rosy akhirnya tanpa berani menoleh ke arah dua sejoli itu.

‘Brengsek! Apa-apan ini?! Bukankah wanita itu Model terkenal yang menyewa jasa WO kami juga? Lisa Romanov, bagaimana bisa dia ada di sini?!’ Dalam hati Rosy benar-benar mengutuk perbuatan tak senonoh mereka. Tangannya mengepal, kuku-kukunya menekan kulit telapak tangannya hingga terasa sakit. Ingin rasanya ia kabur, tapi dia tidak ingin dianggap sebagai WO yang tidak bertanggung jawab. Menghela napas, Rosy berusaha menenangkan dirinya dan mengabaikan suara-suara mengerikan dari arah kamar di belakangnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status