“ASTAGA MARCUS! APA KAU BODOH?!” Anna mengerang frustasi melihat ekspresi bodoh Marcus ketika menyebutkan nominal angka uang yang sangat banyak.Bahkan pernikahan Marcus dan Lisa kemarin saja tidak lebih dari $800.000 !!“Ini tidak bisa dibiarkan. Aku akan berbicara pada Rosy tentang hal ini dan memintanya untuk mengembalikannya padamu!”“Anna, percayalah. Itu bukan nominal yang berat untukku. Menurutku itu setara dengan kesempatanku untuk bisa bertemu denganmu. Itu bahkan momen yang tidak bisa kubeli dengan uang sekalipun.”Anna menatap Marcus seolah pria itu adalah orang gila. Ia tidak percaya bahwa uang satu juta dollar adalah nominal yang kecil bagi Marcus.“Tidak! Aku tetap akan menegur Rosy dengan atau tanpa izinmu sekalipun. Sekali lagi kuingatkan, aku bukan barang yang bisa diperjual belikan. Bahkan aku akan tetap menemuimu jika kau menunjukkan ketulusan dan keseriusanmu, Marcus.”Marcus tertegun di tempatnya memandangi Anna terkejut. Ia tidak menduga bahwa Anna akan bersedia
“Kau sudah kembali?” Suara Rosy dari ruang tengah membuat Anna menghentikan langkahnya dan menatap gadis itu dengan ekspresi penuh arti, membuat Rosy sedikit khawatir karena Anna menatapnya seperti itu.“K-kenapa kau menatapku begitu?” tanya Rosy sedikit gugup."Apakah kau benar-benar bertanya karena kau tidak tahu apa yang kau lakukan salah, atau kau hanya berpura-pura tidak tahu?"Pertanyaan Anna sukses membuat Rosy menelan saliva dengan gugup dan mengalihkan pandangannya untuk menghindari tatapan Anna yang kini sudah berdiri di dekatnya.Gadis itu dengan cepat tersenyum lebar dan berdiri untuk memeluk Anna dengan manja sebelum berkata, “Apakah kau marah? Jangan membenciku karena tidak memberitahumu sebelumnya, aku melakukannya karena benar-benar peduli dan mengkhawatirkanmu."“Setidaknya kau harus memberitahuku dulu jika kau benar-benar memikirkan perasaanku,” jawab Anna sembari menghela napas berat. Ia pun melepaskan pelukan Rosy dan duduk di sofa tempat Rosy duduk tadi.Melihat k
Tiga hari berlalu begitu saja tanpa Anna sadari. Kini ia tengah duduk di sofa mengenakan gaun putih longgar semata kaki dengan sweater lengan panjang berwarna cream sebagai atasannya. Rambutnya digerai dengan sedikit bergelombang, membuatnya terlihat sangat cantik dan anggun.“Apa Marcus benar-benar sudah di jalan?” tanyanya kepada Rosy sedang sibuk bermain ponsel. Ia masih belum mau memberikan nomor ponsel barunya kepada Marcus sehingga hanya melalui Rosy lah Marcus dapat menghubungi Anna.Dua jam sebelumnya, di pukul delapan pagi. Marcus memberitahu Rosy bahwa ia akan datang untuk menjemput Anna, ia mengatakan akan membawa Anna ke suatu tempat untuk mendengar jawaban gadis itu.Mendengar itu Rosy langsung bertingkah heboh dan segera memaksa Anna untuk bersiap-siap. Dia bahkan memaksa untuk membantu Anna mandi dan memberikan luluran di tubuh ibu hamil itu.Awalnya Anna menolak, namun karena Rosy begitu gigih untuk membujuknya, akhirnya Anna mengalah dan memasrahkan dirinya dalam pera
Suara bel kembali terdengar lima menit setelahnya. Anna yang mendengar itu langsung berjalan menuju pintu dan membukanya dengan sedikit antusias. Ia menghela napas sejenak mencoba menenangkan jantungnya yang berdegup cepat sebelum membuka pintu dan memasang ekspresi tenang ketika melihat wajah Marcus yang tersenyum menyambutnya.“Maaf karena membuatmu menunggu lebih lama. aku terjebak macet di jalan tadi,” ujar Marcus dengan menyesal.Anna hanya mengangguk singkat dan tidak berani menatap Marcus terlalu lama. “Tidak masalah, lagipula aku juga baru selesai bersiap-siap,” bohongnya membuat Marcus menaikkan sebelah alisnya merasa sedikit ragu karena ia sangat mengenal Anna yang selalu tepat waktu ketika mereka membuat janji untuk pergi kencan.Namun pria itu tidak mengambil pusing dan lebih memilih mengulurkan tangannya kepada Anna, “Kalau begitu ayo kita berangkat sekarang,” ujar Marcus sembari tersenyum lembut dan disambut Anna dengan menggenggam tangan pria itu.Anna menoleh ke dalam
“Kita sudah sampai.” Marcus menghentikan mobilnya di halaman sebuah gereja yang terletak di daerah Kenmore. Pria itu turun dari mobilnya lalu membukakan pintu mobil untuk Anna dan membantu gadis itu turun.Untuk beberapa saat Anna tertegun di tempatnya berdiri memandangi gereja di depannya dengan ekspresi kebingungan. Ia tidak dapat memahami tujuan Marcus membawanya ke tempat ini.“Kenapa...kita di sini?” tanya Anna dengan bingung sembari menatap Marcus yang berdiri di sebelahnya.Pria itu hanya tersenyum lalu menggenggam tangan Anna dan membawa gadis itu untuk berjalan memasuki gereja.“Kau akan tahu setelah di dalam, sayang.”Jawaban Marcus membuat Anna dilanda kebingungan. Ia sedikit meremas genggaman tangan pria itu dan merasa bahwa jantungnya berdegup cepat penuh antisipasi.Ia benar-benar tidak dapat menebak tujuan Marcus membawanya ke tempat ini. Apa pria itu membawanya ke sini untuk melakukan pengakuan dosa? Tidak mungkin bukan?Anna melirik Marcus yang masih memasang ekspresi
“Apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Ernest dengan lembut sembari menggenggam tangan gadisnya. Rosy menatap Ernest di sebelahnya lalu tersenyum tipis dan menggeleng pelan, “Bukan apa-apa,” jawabnya sembari membalas genggaman tangan Ernest Dapat Ernest lihat bahwa Rosy tengah menyembunyikan sesuatu darinya, ingin rasanya pria itu memaksa Rosy untuk memberitahunya namun, ia urungkan mengingat ia tidak boleh memaksa Rosy untuk memberitahunya jika gadis itu tidak ingin. Mungkin ia akan terbuka suatu saat nanti, bisa jadi itu adalah luka lama yang ingin Rosy sembunyikan. “Memikirkannya lagi, aku benar-benar tidak menyangka akan menikah juga. Selama ini kupikir aku hanya akan mengurusi pernikahan orang lain seumur hidupku!” Ernest hanya dapat tersenyum menyadari Rosy mencoba mengalihkan pembicaraan. Ia lalu meminum winenya dengan gerakan elegan lalu balas bertanya, “Apa kau bahagia?” tanyanya dengan penasaran. Rosy memasang ekspresi tidak senang sembari berkata dengan setengah bercand
“Morning, love.” Marcus tersenyum kala menatap wajah Anna yang masih setengah mengantuk. Ia mengulurkan tangan mengusap rambut kekasihnya itu dengan penuh kasih. Anna hanya bergumam dan mencoba mengumpulkan kesadarannya. Ia masih sangat mengantuk karena kurang tidur akhir-akhir ini. Marcus benar-benar tidak menahan dirinya ketika menghabisinya semalaman di ranjang. Meskipun ia tengah hamil besar saat ini, entah mengapa hasrat pria itu juga bertambah setiap harinya. Namun, Anna tidak membencinya. Itu menunjukkan bahwa Marcus mencintainya bukan hanya karena penampilannya. Dan sudah dua minggu lamanya mereka tinggal serumah. Setelah melakukan diskusi panjang, Marcus akhirnya membawa Anna untuk tinggal di rumahnya. Menurut Marcus itu jauh lebih aman daripada harus tinggal di apartemen Rosy mengingat Ernest selalu datang mengunjungi gadis itu dan juga mereka sebentar lagi akan menikah. Selama mereka tinggal di satu atap, Marcus selalu rajin bangun lebih pagi dan membuatkan sarapan untu
Setelah sarapan, Marcus bersiap-siap untuk pergi bekerja. Ia memberikan pelukan dan kecupan ringan di kening istrinya sebelum berpamitan dan masuk ke mobilnya.Dari pintu rumah Anna tersenyum memperhatikan mobil Marcus yang mulai menjauh meninggalkan halaman rumah mereka. Ia menghela napas sejenak sembari mengusap perut buncitnya lalu menutup pintu dan berjalan kembali ke kamar.Ia berencana untuk melanjutkan tidurnya sejenak sebelum bersiap-siap ke kantornya untuk memeriksa beberapa hal. Selama beberapa bulan ini dia memang tidak pernah mendatangi langsung tempat itu dan menyerahkan semua pekerjaannya di tempat kepada Rosy, meskipun terkadang ada beberapa berkas yang harus ia periksa sendiri di rumah.Namun, setelah keadaan sudah jauh lebih baik, ia memutuskan untuk pergi ke kantor dan menyapa semua pegawainya. Jujur saja ia merindukan mereka semua. Ia berharap semua pegawainya bekerja dengan baik selama ini meskipun tanpa pengawasannya langsung.****“Nyonya, nyonya...”Sayup-sayup