Jauh sebelum Danial bertemu dengan Rhea, ia sudah lebh dulu mengenal Liya. Gadis berprestasi yang tidak sungkan menunjukan ketertarikannya secara terang-terangan. Liya bahkan tidak peduli saat teman-temannya mengejek karena cintanya kepada Danial bertepuk sebelah tangan, karena tidak lama setelah menyeruak gosip Liya menyukai Danial, Danial malah berpacaran dengan adik kelas mereka.Seakan takdir tidak ingin memisahkan mereka, Danial dan Liya kembali dipertemukan setelah beberapa tahun tidak ketemu pasca kelulusan. Dipertemuan itu pun Danial sudah memiliki pasangan. Rhea, dan mereka hendak menikah, membuat Liya membuang jauh harapannya kepada cinta pertamanya itu."Bagaimana dengan penerbanganmu?"Tapi, takdir siapa yang mengira? Meski jalannya berliku dan cukup curam, pada titik terakhir perjuangannya, akhirnya Liya berhasil menggapai Danial untuk menjadi pasangan hidupmu. Meski Liya tahu, cinta Danial untuknya belum menyertai sampai saat ini."Aku merindukanmu..." ungkap Liya sambil
Rhea menyerah untuk membantah permintaan Cleo. Ia memutuskan untuk ikut pergi ke pesta ulang tahun Gracia bersama pria itu. Selain karena muak mendengar rengekan Cleo, Rhea juga sedikit sentimen dengan balasan pesan Danial semalam. Susunan kalimat yang memintanya untuk tidak menghubunginya selama dia berada di Jakarta.Baiklah, jika Rhea tidak boleh menghubunginya, maka Rhea akan mendatanginya!Rhea berdiri di depan cermin besar, ia memanut dirinya dari pantulan kaca itu. Terakhir kali ia dandan secantik ini adalah saat ia menghadiri pesta pernikahan Danial dan Liya. Dengan dress berwarna pastel yang lingkar kerahnya cukup lebar hingga memamerkan belahan dada dan tulang selangkanya, Rhea berjalan dengan begitu percaya dirinya ke luar dari kamar. Rambutnya yang disanggul serta high heels berwarna putih yang semakin mempercantik kakinya itu membuat Rhea terlihat sangat elegant.Wanita itu benar-benar mempercantik dirinya dan berusaha untuk membuat seseorang terkesan.Jika orang itu Cleo
Sesuai dengan dugaan Rhea, Gracia tidak mungkin menggelar pesta ulang tahunnya dengan sederhana. Acara yang diadakan di ballroom hotel itu tampak mewah dan membuat siapa saja yang melihatnya terkesan. Tidak berbeda jauh dengan pesta-pesta ulang tahun Gracia di tahun-tahun sebelumnya. Ya, Gracia memang tidak pernah absen membuat perayaan untuk umurnya yang bertambah. Dan kematiannya semakin dekat. Sambil menggandeng tangan Cleo mesra, Rhea melangkahkan kakinya memasuki ballroom hotel yang sudah dipenuhi oleh para tamu undangan. Jantungnya berdegup semakin kencang, selaras dengan langkahnya yang mendekati ruang inti pesta. Cleo yang menghentikan langkahnya secara tiba-tiba membuat Rhea kontan berhenti melangkah juga. Alis tebal Rhea terangkat saat Cleo menatap wajahnya dengan raut wajah yang tidak bisa Rhea baca. "Senyum. Kau bukan sedang berjalan menuju alam baka. Kenapa sampai pucat begitu?" tanyanya jahil. Habisnya seulas senyum pun tidak Rhea lukiskan. Padahal Rhea sangat cantik
Sepasang mata elang Danial tidak lepas memandang wanita yang tengah menikmati makanan ringan sambil berbincang kecil dengan teman pestanya. Sisi tubuh Danial terkepal tanpa sadar, emosinya sudah memupuk, tapi ia belum mendapatkan kesempatan untuk melampiaskannya.Sebisa mungkin Danial menahan diri dan mencoba fokus menyapa para tamu Mamanya yang kebanyakan adalah relasinya. Saat suasana sedikit lenggang, Danial kembali melirik ke arah Rhea. Sudut bibirnya tertarik saat melihat Cleo yang beranjak meninggalkan wanita itu. Tanpa menunggu lama, Danial berjalan menghampirinya."Ikut aku," bisik Danial pergi lebih dulu.Rhea tidak langsung menuruti, untuk beberapa saat wanita itu terdiam. Mengamati sekitar, memastikan tidak ada yang melihat mereka. Rhea menaruh gelas di tangannya ke atas meja, lalu melangkah mengikuti jejak langkah Danial."Ada apa?" tanya Rhea begitu mereka sampai di sudut ruang lorong yang sepi.Danial berbalik badan, ia menatap Rhea dengan tajam dan menusuk. "Aku sudah b
Danial tidak pernah menjamin kebahagiaan dalam pernikahannya, pria itu juga tidak menjamin keharmonisan akan selalu menghiasi rumah tangga mereka. Namun satu hal yang membuat Liya menerimanya, dia percaya kalau Danial adalah pria yang bertanggungjawab akan keputusannya.Saat pria itu memilihnya untuk menjadikannya seorang istri, Liya tahu Danial akan menjadi sosok suami yang selalu menjaga hatinya. Sekiranya begitulah ekspektasi yang Liya tanamkan di kepala. Meski kini mulai tumbuh cabang curiga tentang hubungan Danial dengan mantan istrinya. "Kenapa nggak ada satu pun foto pernikahan kita terpajang di apartmu?" tanya Liya setelah mengamati setiap sudut ruangan apartement mewah yang menjadi tempat tinggal Danial selama di Bandung. Dan betapa kecewa ia mengetahui kenyataan bahwa tidak ada satu pun foto pernikahan mereka yang di panjang oleh Danial. "Aku belum sempat memindahkannya dari gudang." Dan alasan itu semakin membuat Liya sakit hati. Jadi foto pernikahan mereka Danial taruh
Wajah lelah yang Danial pasang perlahan mengeras saat melihat pemandangan dinding apartemennya yang berubah. Siapa yang memajang foto pernikahannya dengan Liya di sini? Hasil fotonya memang bagus dan menghidupkan suasana, tapi Danial tetap tidak suka melihatnya. "Kau sudah pulang?" suara Liya membuyarkan fokus Danial yang sedang mengintai setiap dinding yang di tempeli foto pernikahannya dengan Liya. "Suka tidak? Aku yang menempelkannya di sana." tanya Liya sambil bergelayut manja di pundak lesuh sang suami.Danial mendengus, terlihat marah. "Kenapa tidak bilang padaku lebih dulu?" Danial balik bertanya dengan nada dinginnya. Wajah Liya yang semula ceria berubah cemas saat menyadari ada ketidaksukaan yang Danial gambarkan saat ini. Apa pria itu tidak suka ia memajang foto pernikahan mereka? "Kau tidak suka aku memajangnya? Maafkan aku, aku akan turunkan lagi nanti." suara Liya turun satu oktaf. Danial menghembuskan napas berat. "Bukan begitu, tapi sudahlah. Aku ingin mandi." Dani
"Ada apa?" Rhea menatap lesuh Danial yang berdiri di depan pintu rumahnya. "Biarkan aku masuk dulu." pinta Danial karena Rhea hanya membuka separuh pintu rumahnya. Menahan agar Danial tidak menerobos masuk begitu saja. Rhea menghembuskan napas panjang. Kondisinya belum membaik, demam dan flu yang menyerangnya belum reda meski ia sudah meminum obat yang sempat Danial belikan kemarin. "Maaf, katakan saja apa kepentinganmu.” Rhea menolak untuk menerima Danial.Danial membuang napasnya kasar, ia menunduk dan memijat keningnya terasa pening. Kini pria itu menampilkan wajah frustrasinya. “Rhe.., Please.”Rhea menggeleng. Kecemasan yang merundungnya beberapa hari terakhir membuat Rhea berpikir. Apa yang ia lakukan bersama Danial itu salah. Tidak seharusnya ia memberikan kesempatan kedua untuk Danial dan membuat Liya merasakan sakit yang ia rasakan saat itu, bahkan sakitnya masih terasa sampai saat ini. “Baiklah, aku tutup.” tegas Rhea, ia hendak menutup pintunya, namun dengan cepat Dani
"Dari mana saja kau?" Liya bertanya sinis, menatap tajam Danial yang baru saja datang dengan penampilan berantakan. Danial tak menjawab, pria itu membuang jas dan tas kerjanya dengan asal, kemudian ia melangkah menuju kamar mandi dengan terburu. "Siapkan baju kerjaku." perintah Danial. "Danial!" sentak Liya sembari menarik tangan Danial agar tetap berada di depannya. "Aku tanya kau dari mana?!" lanjut Liya tak bisa menyembunyikan kemarahannya. Semalam suaminya itu tidak pulang. Ponselnya dimatikan dan tidak ada penjelasan apapun. Tidak tahu kah Danial betapa Liya mengkhawatirkannya? Lalu pria itu pulang tanpa mengatakan apa-apa selain memintanya untuk menyiapkan baju kerja?Danial menghembuskan napas panjang. Agak menyesal karena memilih untuk pulang, kalau tahu Liya akan seperti ini, lebih baik ia membersihkan diri di kantor. "Aku bermalam di rumah temanku." "Siapa?" tuntut Liya. Tatapannya masih setia tajam dan penuh amarah. Tanpa sadar cekalan tangannya pada pergelangan tanga