Prolog

"Cerai?" Suara Rhea terdengar penuh tekanan. Mendengar permintaan sang suami untuk bercerai tentu bukan sebuah kabar yang menyenangkan untuknya.

"Aku yakin itu keputusan terbaik untuk kita, Rhea." jawab Danial dengan wajah putus asa.

Rhea memalingkan wajah, ia membuang napas panjang guna menetralisir rasa sesak yang merambat di dadanya. Meski hatinya sudah Danial buat hancur, tapi wanita itu berusaha untuk terus mempertahankan kewarasannya. Ia harus menuntaskan masalah ini sampai titik halaman terakhir.

"Apa kamu menceraikan aku karena hal itu, Mas?" Rhea melirih, jelas ia menahan tangis.

Danial yang mengerti dengan arah pembicaraan Rhea memilih untuk diam sejenak, menatap Rhea dengan wajah penuh sesal sebelum dengan berat hati ia menganggukkan kepalanya.

"Aku anak tunggal, Rhea. Ayah dan Mama ingin keturunan dariku agar kelak menjadi penerus pemimpin perusahaan milik keluarga kami." jelas Danial semakin mencabik-cabik hati Rhea saat ini.

Satu tahun lalu, Rhea mengalami keguguran untuk yang kedua kalinya karena wanita itu memiliki masalah pada rahimnya. Tidak hanya di sampai situ, Dokter juga menyarankan Rhea untuk mengambil tindakan operasi pengangkatan rahim untuk keselamatan wanita itu sendiri. Tidak ada pilihan, Rhea melakukannya.

Awalnya keluarga Danial tidak mempermasalahkan hal itu dan mendukung Rhea untuk melakukan operasi walaupun dampaknya Rhea tidak akan bisa memiliki anak sebab rahimnya sudah di 'buang'.

Tapi lihat sekarang, tragedi itu malah menjadi senjata mereka untuk mengenyahkan Rhea dari bagian keluarga Aktaraja.

"Mas melakukan ini ke aku atas keinginan orang tua kamu?" Sebab Rhea tau, cinta Danial untuknya tidak pernah habis. Danial sudah berjanji untuk selalu berada di sisinya. Namun, Rhea lupa kalau sifat janji adalah mengingkari.

Rhea tatap Danial lamat-lamat. Bibirnya bungkam, namun batin gadis itu berisik, berucap beribu-ribu doa agar Danial menganggukkan kepalanya.

Pada dasarnya, berharap kepada manusia adalah salah. Keyakinan yang dulu Danial berikan sebuah semu yang bisa berubah sesuai isi hati pria itu.

"Ini keputusanku sendiri." dusta Danial.

Kepingan hati Rhea semakin melebur. Luluh sudah air mata yang sedari tadi Rhea tahan. Tubuh wanita itu melemas, perlahan merosot ke lantai.

Kenapa Danial tega berbuat sejahat itu padanya?

"Mas pernah janji buat nggak ninggalin aku..." isak Rhea memenuhi kamar utama. Tidak ada yang bisa mendeskripsikan isi hatinya selain air mata yang mengucur semakin deras.

Keputusan Danial untuk berpisah menciptakan luka mendalam di hati Rhea. Selama lima tahun mereka bersama dan saling berbagi cinta, tidak ada dari mereka yang memiliki bayangan untuk berpisah. Rhea tidak pernah berdoa untuk kehilangan Danial. Sialnya, kutukan tidak bisa memiliki anak membuat Rhea harus menelan kenyataan pahit kalau tidak ada yang bisa menghindar dari kehendak Tuhan.

Rhea punya harapan, tapi Tuhan yang berkehendak atas segalanya.

Mungkin saja, Sang Kuasa iri karena cinta yang Rhea berikan ke Danial lebih besar.

"Maafin aku, Rhea. Aku harap kamu bisa mengerti."

"Apa yang harus aku mengerti, Mas? Kamu sendiri mengambil keputusan sepihak tanpa memahami perasaan aku!" balas Rhea dengan nada tinggi, tatapannya menyorot Danial penuh rasa benci.

Danial membuang napas panjang, ia berlutut lalu memegang pundak Rhea yang gemetar.

"Lebih baik aku ceraikan kamu dari pada harus melihatmu tersiksa batin setiap hari. Aku tau selama ini kamu dapat tekanan dari Mamaku, kan?"

Rhea mendengus kasar. "Mas anggap pernikahan ini main-main?! Semudah itu mas mengakhiri semua? Mas tidak perlu peduli sama apa yang aku rasain. Alih-alih menceraikan aku, bukannya lebih baik Mas menguatkan aku dan terus berada di sisiku? Jangan berdalih tentang kepedulian kalau selama ini mas diam saja melihat aku mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari keluarga mas!"

Napas Danial perlahan memburu, garis rahangnya mengeras. "Lalu kamu mau aku bagaimana? Aku juga dapat banyak tekanan dari Mama dan Ayah, apa kamu tau itu?!"

Sejujurnya, Danial juga tidak ingin perpisahan merenggut pertahanan rumah tangganya dengan Rhea, namun mempertahankannya juga bukan pilihan yang tepat. Hal itu hanya membuat mereka saling menyiksa diri lebih lama lagi.