Beranda / Rumah Tangga / Selingkuhan Suamiku / Hadiah Tas Dari Suami

Share

Hadiah Tas Dari Suami

Penulis: NonaRein
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-04 13:19:16

Hari ini aku pulang dari kantor editor, sengaja berangkat lebih pagi dari biasanya tanpa memberitahukan Mama sama Mas Fahri, katanya anaknya Pak Wira mau kunjungan ke kantor sekalian lihat-lihat kantor sebelum beliau menjabat gantiin Pak Wira. Tapi kami tunggu sampai siang anaknya Pak Wira yang entah siapa namanya tak kunjung datang katanya nggak jadi pulang ke Jakarta hari ini. Padahal aku sudah cari alasan sama Mama biar Mama nggak curiga kalau aku kerja.

"Ma..." Suasana rumah sepi, kucari Mama di halaman belakang siapa tahu sedang duduk santai sambil buka-buka hape. Namun sosok mertuaku itu tidak terlihat di sana. "Ma..." kupanggil lagi, tetap tidak ada sahutan.

Curiga, kulirik rumah sebelah. Kuputuskan mendatanginya dengan langkahku yang lebar dan tergesa-gesa, kubuka pintu samping. Mulai samar kudengar suara orang ramai ketawa-tawa di rumah itu. Kuhela napas dalam-dalam sebelum akhirnya aku buka pintu pagar Mbak Miska lalu kubuka perlahan agar aku bisa melihat apa sedang terjadi di dalam sana, kenapa semakin dekat aku mendengar suara Mama makin nyaring.

"Uuh cucu Oma, makin mirip aja kamu sama Papa kamu, cantiknya..."

"Ma.." tegurku mengintrupsi keakraban yang terlihat antara Mama dan Mbak Miska. Keduanya kaget lihat aku tiba-tiba berdiri di ambang pintu. "Memangnya Aurel mirip siapa gitu, Ma?" Sumpah, aku curiga banget kalau Mama mertuaku ini nyembunyiin sesuatu yang entah apa, aku pun nggak tahu itu.

"Loh Dinda, kamu udah pulang. Ayok-ayok pulang." Mama ngasihin Aurel ke ibunya, lalu buru-buru ngajakin aku pulang dengan narik tangan aku. "Ko kamu malah ke rumah Miska sih."

Mataku mengerjap, jelas kalimat itu bukan kalimat pertanyaan. Melainkan kalimat teguran kalau Mama nggak suka kalau aku datang ke sana.

"Kenapa memangnya kalau aku datang ke sana, Ma? Nggak boleh gitu?"

"Ya takutnya Miska nggak suka aja. Udah ah, Mama mau mandi dulu ya."

Rasanya, hatiku makin tak tenang dengan gerak-gerik Mama yang makin mencurigakan. Sering banget main di rumah tetangga sebelah dan sok tahu bilang kalau Aurel mirip Papanya. Bentar, Mama belum jawab kan pertanyaanku tadi.

"Ma.. tunggu." Lekas kucegah Mama yang baru membuka handle pintu. Mama balik badan dan natap aku dengan ekspresi yang sulit dijabarkan.

"Ada apalagi, Dinda?"

"Itu loh Mama tadi belum jawab, Mama bilang kalau Aurel mirip siapa? Mama tau suaminya Mbak Miska emangnya?"

Bola mata Mama bergerak liar, seperti sedang mencari jawaban.

"Anu tadi Mama sempat denger kalau Miska ngomong Aurel mirip papanya. Makanya Mama cuma ikut-ikutan aja. Udah aja, kayak gini aja kamu masalahin. Kamu fokus aja bikin anak sama Fahru biar cepet ngasih Mama cucu."

Kutarik napas dalam-dalam, agar otakku sedikit dingin. Setelah itu, kuayun langkahku menuju ke kamar dan rebahan di sana. Paling enak kalau siang-siang gini tiduran sambil buka sosial media. Tapi kali ini, aku ingin stalking story WA Mbak Miska. Bikin aku penasaran.

Baru beberapa detik, mataku melotot kala membaca statusnya yang bikin aku membacanya berulang kali.

[Aurel habis main sama omanya, seneng banget deh ditengokin ke Jakarta. Mana bawa oleh-oleh banyak banget.. ] Di akhir kalimatnya, Miska menambahkan emoticon love kiss.

Aurel habis main sama omanya? Bukannya tadi Mama main ke rumahnya jendes itu. Jadi, Mama adalah omanya Aurel dong. Nggak, pasti ini ada yang salah. Ingin sekali aku tanyakan masalah ini pada Mama langsung, tapi aku tebak kalau Mama punya seribu jawaban untuk mengelak. Kuputuskan nanti saja kalau Mas Fahri pulang, biar aku tanya Mama di depan suamiku.

***

Berdua duduk di tepian kasur, aku sudah mengutarakan masalah Mama sama Mas Fahri. Kutelisik raut wajah suamiku yang nampak datar seperti biasa.

"Jadi kamu curiga kalau Mama itu oma anaknya Miska gitu? Dinda.. Dinda. Darimana ceritanya kalau Mama itu omanya Aurel, emangnya aku nikahin ibunya? Kamu ini ada-ada aja." Mas Fahri tergerak, kemudian tangannya terulur buat narik aku ke pelukannya.

"Tapi Mas, kamu baca sekali lagi deh story WA nya Mbak Miska. Jelas-jelas omanya Aurel itu adalah Mama." Aku bersikukuh kalau status WA itu adalah buktinya.

"Sayang, udah ya. Kamu lagi cemburu, kita lebih baik mandi bersama. Kayaknya kamu butuh penyegaran deh sore-sore yang gerah gini." Mas Fahri ngeduseul kepalanya ke dadaku, bikin aku geli hingga aku akhirnya terpaksa mengiyakan ajakan Mas Fahri. Aku memang sepertinya butuh penyegaran.

*

Habis mandi, aku keluar lebih dulu memakai handuk kimono berjalan ke lemari mengambil pakaian ganti dan juga pakaiannya Mas Fahri. Sewaktu berjalan ke arah lemari, tanpa sengaja aku melihat hape suamiku yang digeletakan begitu saja di atas meja nakas. Dalam hati ada keinginan untuk membukanya, karena aku memang jarang membuka ponselnya Mas Fahri, saking aku percayanya kalau Mas Fahri tidak akan berbuat aneh.

Mumpung Mas Fahri masih di kamar mandi, gegas ku ambil ponselnya. Kubuka chat whatsaap tapi aku tidak menemukan bukti chat aneh, karena takut Mas Fahri keburu keluar, asal saja aku buka pesan singkat dimana masih ada pesan yang belum dibaca. Tapi mataku membeliak saat membaca SMS Banking pembelian tas branded seharga hampir 20 juta.

Jantungku berdenyut cepat, memikirkan siapa yang sudah Mas Fahri belikan tas?

Buru-buru kututup semua aplikasi yang sudah kubuka agar tidak meninggalkan jejak dan lekas kubuka ponselku. Ada satu nama yang bikin membuatku menuduhnya sebagai tersangka utama, aku akan melihat jawabannya hanya dengan membaca status terbarunya. Karena aku yakin, segala sesuatu yang berhubungan dengannya selalu dibuat status WA.

[Dapat hadiah lagi, dari suamiku tercinta. Makasih tasnya.]

Tanganku melemas, matakupun ikut memanas kala membaca status jendes sebelah sambil pamer foto tas branded warna merahnya. Dan kali ini buktinya tidak dapat dielakkan lagi, jendes itu pasti ada hubungannya dengan Mas Fahri.

Aku harus membuktikannya sendiri. Lihat saja nanti, pasti aku akan dapatkan semua jawaban atas pertanyaanku ini.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Selingkuhan Suamiku   Fahri Datang Lagi

    Pak Raga terlihat sedikit terdiam saat mendengar pertanyaanku.“Saya kenal Miska karena kami masih ada hubungan keluarga. Dia sepupu jauh saya,” ucapnya dengan nada tenang, tapi cukup mengejutkan buatku.Deg.Aku refleks meneguk ludah. Mataku melebar, tak percaya dengan jawaban itu. Jadi... mereka masih ada hubungan saudara?“Serius, Pak? Maksudnya... kalian itu masih keluarga?”Raga mengangguk pelan. “Iya. Nggak dekat banget sih, saya ngerasanya kayak gitu.”Astaga. Kalau begitu...Kepalaku mendadak dipenuhi banyak skenario. Kalau aku dekat dengan Pak Raga… pasti Miska nggak akan suka. Wanita itu nggak pernah suka kalau ada sesuatu yang bukan miliknya ikut disentuh orang lain. Bahkan kalau hanya sebatas perhatian.Diam-diam muncul ide kecil dalam benakku. Mungkin... aku bisa memanfaatkan kedekatanku dengan Pak Raga untuk membalas dendam ke Miska. Bukan dengan cara jahat, tapi biar dia tahu rasanya tersisihkan.***Keesokan harinya, setelah Pak Raga pulang dan aku sedikit merasa lebih

  • Selingkuhan Suamiku   Jangan Dekati Dinda!

    Mataku seketika melebar kala melihat Mas Fahri tiba-tiba saja menarik kerah kemejanya Pak Raga. Spontan aku yang tadinya menjauh seketika berlari demi menghindari agar Mas Fahri tidak melakukan hal gegabah. Nahas, kakiku terkilir kemudian aku jatuh dan saat itu juga bokongku terasa sakit sekali apalagi pergelangan kakiku yang terkilir.Dua lelaki yang tadinya beradu pandangan tajam lantas menolong, terutama suara Pak Raga yang menyebut namaku."DINDA!" Suara yang aku tahu kalau nadanya seperti nada kekhawatiran."Aaww..." Bukan cuma bokong dan pergelangan kakiku saja ternyata yang sakit, kram cukup hebat menerjang perutku. Membuatku kesakitan sekali."Dinda.." Samar kulihat dan kepalaku pusing sekali, entah semuanya mendadak gelap dan aku tidak tahu apa-apa lagi setelah itu. *Bau desinfektan, aroma karbol khas rumah sakit tertangkap hidup saat mataku membuka. Tirai putih di sekelilingku dan tanganku yang sudah ditusuk jarum infus menyadarkanku kalau saat ini aku sedang berada di r

  • Selingkuhan Suamiku   Fitnah Tak Jelas

    POV DindaLama-lama kehamilanku ini malah tambah parah rasanya, mulai nggak bisa semua makanan aku nikmati dan aku juga nggak bisa menerima bau-bauan yang hinggap ke hidungku. Rasanya tuh mual dan lama-lama mau muntah. Sepertia saat ini, tetiba wangi parfum yang malah bikin kepalaku pusing. Wanginya nggak nyengat, nggak terlalu strong, manly tapi herannya nggak bisa aku terima dan lebih kagetnya kala mendapati bahwa Pak Ragalah pemilik wangi itu. Beliau ada di depan kubikel aku, spontan aku lirik teman-teman timku takut ada yang salah paham melihat 'kedekatanku' dengan Pak Raga."Din, sarapan dulu." Beliau nyimpan sesuatu, kotak makanan karena aromanya tercium nikmat. Kayanya enak, lagian kebetulan belum sempat sarapan."Buat saya Pak?" tanyaku sok pura-pura."Menurutmu buat siapa? Nggak ada orang lain lagi di ruangan ini."Ya karena memang cuma baru beberapa yang datang, itupun mereka lagi di pantry, biasalah sarapan, ngopi sambil gosip.Pak Raga tergolong bos yang rajin, masih ada

  • Selingkuhan Suamiku   Hancur Perlahan

    "Jadi Raga lagi deket sama janda?" Tante Nelly kelihatan termenung, pasti pikirannya sudah terkontaminasi oleh ceritaku tentang si Dinda."Iya Tan, Tante coba deh bicara baik-baik sama Raga. Masa iya seorang Raga bisa sama janda kaya perempuan itu, dia perempuan nggak punya Tan. Rumahnya aja ngontrak, terus bukan dari turunan keluarga yang selevel dengan keluarga Tante. Ya Miska cuma menyayangkan aja, kasihan nanti kalau Om sama Tante harus malu pas kabar ini sampai ke kolega atau rekan bisnis kan."Perlahan Tante Nelly nggangguk, yes aku rasa misiku sudah hampir berhasil. Aku yakin banget setelah ini Raga nggak akan pernah kelihatan atau terdengar dekat lagi sama Dinda.Kami cukup lama ngobrol hingga akhirnya aku bisa lihat Raga keluar dari kamarnya di lantai atas, lah aku kira Raga sudah berangkat ke kantor tapi rupanya dia masih ada di rumah. Wah bisa-bisa nanti dia curiga sama aku lagi."Hai Ga.." Tanganku melambai nyapa dia yang menghampiri kami."Hai Mis, tumben..""Iya nih, kan

  • Selingkuhan Suamiku   POV Miska

    "Gimana, lo udah berhasil ngerjain si Dinda?" Kesal juga menunggu cukup lama di depan gerbang rumah.Sejak aku tahu kalau dia tinggal di perumahan itu, aku jadi punya ide buat ngerjain dia. Minimal bikin dia takut dan akhirnya nggak betah tinggal di Jakarta. Aku nggak mau yah kalau Mas Fahri nyamperin dia dengan alasan-alasan lain. Seperti kayak tempo hari, suamiku minta diantar buat urusan surat cerai. Padahal tinggal minta pengacara saja buat urus semuanya bikin hatiku ketar-ketir nggak jelas. "Berhasil Bos, cuma.." Orang suruhanku natap aku dalam-dalam kayak ada yang janggal."Saat kami mau masuk ke rumahnya, di rumah sebelahnya kayak masih rame Bos. Untungnya kami nggak jadi aksi, soalnya nggak lama setelah itu kami lihat ada mobil mewah datang pas kami udah kabur naik motor.""Mobil mewah?" Keningku mengernyit dalam, mobil siapa yang dia maksud itu."Iya Bos, kami nggak tau siapa yang ada di dalamnya karna kami langsung kabur dari perumahan itu."Penuturan anak buahku bikin aku

  • Selingkuhan Suamiku   Diinterogasi Pak RT

    Sekelebatan dua orang tadi terlihat lagi, keduanya naik motor dengan mesin yang tidak dinyalakan. Aku nggak salah lagi, jelas sekali mataku ini melihat kedua orang yang lari dari arah rumahku menuju tempat gelap dimana motor mereka berada.Diiringi ketakutan akibat mati lampu, mau tak mau memberanikan diri menyalakan meteran listrik di luar sana. Kalau tidak kan listrik di rumahku bakalan mati sampai pagi, anehnya pos ronda yang tak jauh dari rumah kelihatan sepi kalau biasanya ada yang jaga sampai subuh. Sayup-sayup terdengar suara deru mesin mobil makin dekat dan tak salah lagi, mobil yang aku kenali parkir di depan rumah. Itu mobilnya Pak Raga, ada apa coba datang lagi malam-malam begini? Bikin aku was-was disamperin bos di waktu yang kurang wajar."Dinda, kenapa listrik rumahmu mati? Apa tokennya mati?" Kulihat Pak Raga menghampiriku yang memang belum sempat menyalakan meteran listrik. Pun saat baru akan aku jawab, tetangga sebelah rumah keluar dan bertanya dengan suara nyaring.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status